Sahabatku ini mendebatku. Sebenarnya agak aneh, karena seharusnya dia mendebat yang punya artikel. Intinya dia menuduh kompasianer senior itu sepertinya hanya untuk mencari popularitas saja, agar terlihat "keren" dari muslim-muslim lain yang rata-rata menolak berdoa untuk Ariel Sharon. Aku hanya tertawa dengan tuduhan itu.
Dalam panjang diskusi yang entah beribu kata itu. Kami menarik kesimpulan, Ariel Sharon yang sudah mati itu memang tidak pantas didoakan oleh kita umat Muslim. Terlebih, mengingat kejahatannya kepada saudara kita Muslim Palestina semasa dia hidup. Biarkanlah Ariel Sharon pergi bersama kejahatannya yang akan dipertanggungjawabkannya kepada Tuhan Sang Pencipta alam semesta dengan segala isinya ini.
Namun itu berlaku hanya untuk Ariel Sharon dan mereka non muslim lain yang mati karena memerangi Umat Muslim. Sedang untuk saudara-saudara kita non muslim yang masih hidup, seperti mereka yang masih memerangi kita, mereka yang hidup damai berdampingan dengan kita dianjurkan mendoakan mereka agar mendapat Hidayah.
Bahkan, bagi mereka yang hidup damai berdampingan dengan kita diwajibkan melindungi mereka agar selalu merasa aman hidup bersama-sama dengan kita. Kemudian juga diperbolehkan mendoakan mereka untuk mendapatkan kebaikan dalam perkara dunia seperti segera disembuhkan dari sakit, dipermudah rezki, selamat dalam perjalanan dan sebagainya.
Itulah kesimpulan kami, jika berkaca kepada Al Quran, Sunnah Rasul dan Ijma para ulama. Kami tidak mau tercebur dalam lumpur haram yang sudah diijmakan para ulama karena memaksakan diri mendoakan mereka yang mati dalam keadaan kufur.
Namun untuk non muslim yang meninggal dan lewat di depan kami, kami pasti berdiri untuk penghargaan terhadap Malaikat yang sudah mencabut roh jasad non muslim tersebut. Karena begitulah ajaran Nabi.
Kami meyakini bahwa bagi mereka yang sudah meninggal dunia itu akan terputus amal perbuatan nya kecuali 3 hal:
- Sedekah jariyah
- ilmu yang bermanfaat sesudahnya
- anak sholeh yang mendo’akannya.