Saya kembali membuka facebook dan melihat di beranda ada kiriman dari mbak Usi Karundeng tentang sosok Jokowi. Saya klik tautan yang dibagikan. Saya dibawa ke www.lensaindonesia.com yang memuat artikel berjudul : Hermasari: Bak tokoh kartun, mungkin rahang saya sudah jatuh...Ini Curhat penumpang Garuda mengira Jokowi Palsu bawa ransel sendirian pada tanggal 15 april 2014 dengan editor D Irianto.
Artikel tersebut menceritakan kesaksian Seorang aktivis, Hermasari Dharmabumi, yang aktif di Lembaga “International Union of Food And Allied Workers’Association ” di Bandung, mengaku tercengang ketika dari mulai antri tiket sampai naik pesawat Garuda dari Solo menuju Jakarta, bertemu Capres PDI Perjuangan, Jokowi tanpa pengawalan. Sendirian.
Namun, menariknya ketika di baca komentar di artikel tersebut salah satunya oleh @Muh Hasrul Irwan, menuliskan: "Plagiat nih, ini tulisan tahun lalu..." dengan menyertakan alamat link sebagai berikut : www.adesmurf.wordpress.com/2013/05/28/ga-229-soc-cgk/, dengan mengklik link tersebut kita akan dibawa ke salah satu blog yang memposting artikel berjudul GA 229, SOC-CGK pada tanggal 28 Mei 2013 yang isinya persis sama dengan yang ditulis di lensaindonesia tersebut diatas.
Dua hari setelahnya, 17 April 2014 muncul lagi tulisan yang sama di LensaIndonesia.com dengan editor yang sama berjudul Psikolog UI Deasy satu pesawat dengan Jokowi: Kagum kesederhanaannya. yang ternyata penyebab munculnya artikel ini karena banyak yang menuduh Hermasari plagiat. Setelah dikonfirmasi oleh Hermasari ke lensaindonesia.com karena bukan beliau yang menulis artikl itu, beliau hanya membantu -share saja di facebook barulah terbit artikel ini.
Di artikel itu Hermasari menjelaskan artikel tersebut adalah milik Psikologi Deasy Amrin yang ditulis di blognya. Sebelumnya pihak lensaindonesia.com menghubungi Hermasari Dharmabumi untuk mengutip tulisannya di facebook, dan hermasari menyangka tulisan yang diambil itu adalah tulisannya soal anak-anak.Ternyata yang diambil adalah tulisan Deasy yang di-sharenya.
Kasus artikel "plagiat" tentang jokowi itu pun selesai.
Akhir kata, penulis hanya bisa geleng-geleng kepala. Demi "pencitraan" Jokowi beberapa awak media rela "sembrono" menayangkan sebuah artikel atau pemberitaan tanpa melakukan cek dan ricek. Apakah ini disengaja atau memang kekhilafan semata, tentu pihak editor sendirilah yang tahu.
atau ini adalah fenomena seperti yang dituliskan oleh Admin Kompasiana Iskandar Zulkarnaen di Facebooknya, bahwa jurnalisme cepat membuat meniscayakan wartawan-editor bekerja tergesa-gesa! Entahlah!
(Saya ingat pesan orangtua bahwa tergesa-gesa itu adalah pekerjaan yang tercela, dan ternyata benar adanya)
salam.