Mohon tunggu...
KOMENTAR
Kebijakan

Gelisah Nggak Bisa Murah : Surat Untuk Menteri Jonan

7 Januari 2015   20:44 Diperbarui: 17 Juni 2015   13:37 139 0
Yth. Pak Menteri Jonan,

Pak Menteri, apa kabar ? Semoga selalu sehat ditengah kesibukan memperbaiki transportasi Indonesia yang telah lama mahal dan bobrok. Surat ini merupakan wujud dari kegelisahan saya tentang kebijakan bapak menetapkan batas bawah harga tiket pesawat minimal 40% dari batas atas harga tiket pesawat. Saya akan menceritakan kepada bapak kegelisahan saya dari kaca mata seorang Travel Blogger dan pelaku dunia pariwisata. Semoga bapak berkenan memperhatikan suara kecil ini, atau jika bapak tidak sempat membacanya karena lebih banyak hal penting untuk dikerjakan, barangkali bapak bisa meminta staf bapak untuk membacakannya kepada bapak disela perjalanan blusukan meresmikan pelabuhan, terminal, dan bandara di penjuru Indonesia.

Pak Menteri, mungkin bangsa ini masih disibukan dengan usaha mencari korban dan investigasi kecelakaan pesawat AirAsia QZ8501 yang mengalami musibah. Airline Low Cost Carier yang selama 13 tahun berdiri, yang hampir tidak pernah cacat dalam hal keselamatan penerbangan. Kemudian dilakukanlah investigasi, tim dibentuk, dan ditemukan fakta-fakta permasalahan dunia penerbangan Indonesia saat ini. Peraturan baru mendadak dibuat, pecat-memecat dan mutasi terjadi pada institusi perhubungan dan lembaga yang berkaitan. Adalah baik memang menertibkan peraturan, dan menegakan prosedur demi keselamatan dan keamanan, dan saya mendukung proses tersebut. Tetapi, hal tersebut memperlihatkan negeri ini sangat suka hal mendadak, kita baru bertindak dengan cepat, bahkan terkadang tanpa pikir panjang memutuskan sesuatu setelah ada korban nyawa, dan materi terlebih dahulu. Tetapi untuk konteks ini tak apalah, toh banyak yang bilang bapak kan baru menjabat, belum genap 100 hari berkerja. Lanjutkan saja pak kerja cepatnya, semoga dunia transportasi terus diawasi dengan diiringi pemikiran yang sehat dan koordinasi yang baik.

Pak Mentri, perombakan dunia penerbangan yang bapak telah lakukan sebagai tindak lanjut kecelakaan AirAsia, saya rasa mulai teralalu jauh dan terburu-buru. Seolah-olah bapak merombak tanpa koordinasi dan meminta pendapat bagian-bagian lain yang terkait, supaya kebijakan tersebut bisa cepat diterapkan. Padahal kebijakan tersebut memberi dampak yang cukup besar terhadap berbagai sektor. Tadi malam, saya membaca beberapa media tentang kebijakan harga tiket pesawat yang baru. Bapak tidak ingin ada lagi maskapai berbiaya murah, karena dianggap mengorbankan keselamatan penerbangan. Entah fakta mana yang bapak temukan untuk mendasari pendapat itu. Selama ini saya selalu mengandalkan LCC dan masih selamat, sehat walafiat. Pesawat airline LCC bahkan keluaran baru dan sama dengan yang dimiliki Garuda, SIA, MAS, atau maskapai full service lainnya. Bahkan MAS MH370 Boeing 777 pesawat full service terbaru sekalipun, yang didalamnya ada konfigurasi kelas executive, hilang dilaut Hindia hingga sekarang. Musibah tidak melihat harga tiket pesawat pak. Maskapi LCC tetap mematuhi semua syarat agar pesawat dikatakan aman dan siap terbang, dan pemerintah sudah tetapkan standar keselamatan, salah pemerintah jika ada maskpai LCC tidak prima dalam soal keselamatan, bukan berarti bapak juga turut menetukan harga airline tersebut, karena harga merupakan strategi bisnis perusahaan. Tugas bapak adalah awasi keselamatan, bekukan izin jika tidak standar, tak perlulah memahalkan harga tiket mereka. Mereka murah karena ada efisiensi di sisi pelayanan. Seperti tidak perlu pakai garbarata, tidak perlu makan, tidak perlu bagasi, tidak perlu ruang tunggu dengan makanan mewah, asalkan penumpang bisamobile, bisa naik pewasat, bisa liburan, bisa bertemu dengan keluarga. LCC memberikan pilihan bagi masyarakat, dan hal tersebut seharusnya menjadi peluang untuk kemajuan Indonesia dalam banyak sektor. Tiket mahal tidak menggaransi keselamatan, dan tiket murah bukan berarti tidak selamat.

Pak Menteri, Malaysia memiliki badara KLIA2 yang sangat besar. Bapak tahu, bandara baru itu khusus untuk pesawat LCC. Thailand punya Dong Muang Airport khusus untuk pesawat LCC. Di dunia pesawat LCC ada ratusan dan mereka menjadi pilihan untuk berpergian dan masih tetap selamat sampai hari ini, pemerintah mereka mendukung dan berkerja sama dengan pihak LCC. Bapak perlu tahu, kunjungan wisatawan Indonesia yang sangat bear ke Singpaura dan Malaysia di musim libur salah satu faktornya adalah kehadiran maskpai LCC. Harga tiket lebih murah hanya Rp. 500.000 PP untuk Jakarta-Singapura jika musim promo, bandingkan dengan PP Jakarta-Jayapura yang bisa mencapai 3-4 Juta rupiah. Jika bapak menetapkan aturan ini bisa dibayangkan mobilitas daerah timur Indonesia dan daerah lain dengan penerbangan perintis yang mahal. Mungkin kebijakan ini bisa mengurangi kepergian kami keluar negeri, tapi menjelajahi negeri sendiri pun jadi terhambat mahalnya tiket, naik kereta subsisi sudah dicabut, naik bis malah jadi korban calo, ya diam dirumah pak, terus bapak ngapain kalo kita dirumah aja, kan kasian gak ada kerjanya. Efek lain adalah turis asing akan malas ke Indonesia karena tiket yang mahal, dan akan memilih pergi ke Cebu, Bangkok, KL, dan negara lain yang menghargai hadirnya LCC dengan tiket yang murah. Gimana mau mewujudkan cita-cita mengalahkan pariwisata Malaysia? Seharusnya kita malah perlu menambah LCC agar harga tiket semakin murah, transportasi semakin mudah dengan jaminan keselamatan yang ketat dan selalu diawasi oleh Kemenhub. Tidak seolah melemparkan semua tanggung jawab ke maskapai. Kemenhub, maskapai, Kemenpar, Menko ekonomi, dan pihak terkait harusnya duduk bersama dan berunding sebelum memutuskan harga tiket pesawat. Siapa tau biaya subsidi BBM kami  yang telah dicabut, bisa diberikan ke airline LCC, biar keselamtan terjamin dan rakyat tetap bisa menikmati tiket murah.

Pak Menteri, maafkan jika surat ini terlalu panjang dan berbelit-belit. Maafkan pula jika saya tidak tahu apa-apa, dan jadi sok tahu menggurui bapak. Saya memang cuma mahasiswa semester tiga pak. Tapi saya berhak untuk mengutarakan pendapat saya. Soal bapak menanggapi atau tidak, kembali ke bapak. Yang jelas, kami harap bapak agak sedikit lebih rendah hati, mau duduk bersama, dan tidak main buat keputusan karena baru ada kasus. Terkadang terlalu tegas dan arogan malah membuat suatu masalah tidak selesai. Tetapi saya tahu bapak tidak seperti itu, semoga semangat Ignasian selalu menyertai bapak. Selamat berkerja pak, dan mohon dipikir kembali kebijakannya. Salam Albert Ghana Pratama.

Pemimpin tangan besi mematikan nyali. Pemimpin yang dinabikan mematikan nalar. - Sudjiwo Tedjo

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun