Mohon tunggu...
KOMENTAR
Politik Pilihan

14 Title

13 Februari 2014   18:43 Diperbarui: 24 Juni 2015   01:51 35 0
INDONESIA ; SURPLUS POLITISI, DEFISIT NEGARAWAN
Politisi dan negarawan ini pada dasarnya sangat-sangat kontras sekali perbedaannya dalam hal sikap dan afliasimission -nyasecara ideal. Politisi merupakan orang yang bergelut dalam dunia politik praktis yang punya tujuan tertentu yang lazimnya hanya untuk mengedepankan kepentingan pribadi dan kelompoknya saja. Baik itu untuk kepentingan Partai Politiknya maupun kolega, sahabat dan karib kerabatnya.

Hal itu sangat berbeda dengan sang Negarawan, karena Negarawan merupakan orang yang mempunyai semangat nasionalisme yang klimaks, serta mempunyai perhatian yang sangat besar kepada rakyat dan orang-orang yang dipimpinnya. Walaupun disadari bahwa pada dasarnya, Sang Negarawan ada yang terlahir dari rahim politik maksudnya ,Partai Politik . Tapi, tidak semua negrawan terlahir dari partai politik.

Namun perbedaan antara keduanya adalah sang Negarawan mengutamakan dan memprioritas orang yang dipimpinnya. Agar mereka bisa hidup sejahtera, aman, damai dan madani dalam bingkai persatuan. Tetapi politisi sangat jarang yang mau berjuang membela kepentingan rakyatnya. Semua kebijakan yang timbul di Parlemen rata-rata harus sesuai dengan keinginan politik ( political wiil ) mereka,yang kadang kala tidak bersentuhan langsung dengan rakyat.

Menjadi seorang pengabdi dalam konteks negara demokrasi yang berlandaskan pancasila adalah suatu kebanggaan tersendiri bagi mereka yang duduk di Eksekutif, Legislatif dan Yudikatif. Karena yang dipimpin itu bukan hanya kaum-kaum mayoritas, akan tetapi juga memimpin kaum-kaum minoritasyang multikultural , bagaimana sejatinya pancasila yang memadukan segala bentuk keberagaman dalam bingkai kerukunan dan kekeluargaanpada bangsa ini .

Berlatar belakang demikian maka, pengabdi untuk Negara ini harus bekerja keras untuk selalu memposisikan kepentingan umum yang paripurna. Bukan sebaliknya memposisikan kepentingan pribadi yang paripurna. Kewajiban seperti ini pada hakikatnya tidak bisa dilaksanakan banyak pengabdi Indonesia kekinian. Mulai dari pengabdi yang berada pada lembaga Eksekutif, Legislatif dan Yudikatif.

Hal ini terjadi, akibat kebanyakan dari pengabdi di Indonesia ditunggangi quwwatun syaithaniyyah. Apabila seorang pengabdi selalu ditunggangi oleh kekuatan ini, maka kinerja yang dilakukannya pasti dengan setengah hati dan setengah jiwa. Tentu kalau sudah demikian apapun yang diimpi-impikan oleh bangsa danNegara ini akan mengalami stagnanisasi.

Karena pengabdian sang negarawan ini merupakan bagian dari pada sistem untuk memajukan Negara.
Maka dipandang perlu untuk selalu mengkristalisasikan integritas, moralitas dan intelektualitas sang pengabdi. Sumber daya manusia yang selalu berpondasi kepada idealisme dalam menunaikan amanah maka akan dapat menghasilkan kebijakan yang tepat sasaran. Sebaliknya apabila sumber daya manusia sang pengabdi defisit moralitas maka kebijakan yang diambilpun sangat berseberangan dan bertolak belakang dengan kebutuhan rakyat.

Sehingga formulasi seperti apapun yang diterapkan dalam merengkuh kemajuan bangsa ini tidak akan terealisasi dengan maksimal, apabila sumber daya manusia sang pengabdi sebagai subjek kemajuan tidak berafliasi kepada qaidah fikriyahyang relegius.

Sehingga permasalahan yang sangat penting dan fundamental pada bangsa ini adalah persoalan Sumber Daya Manusia yang menjadi iconsatau pelaku dari kemajuan bangsa ini Indonesia. Melihat fakta yang ada pada Republik ini, bangsa Indonesia banyak melahirkan cikal-bakal pemimpin bangsa. Namun cikal-bakal itu tidak terlahir sesuai dengan yang didambakan oleh masyarakat Indonesia. Hal ini terjadi tidak terkapernya dengan baik insan-insan pengabdi yang ada pada Negeri ini dengan akhlak yang muliadan semangat cinta Negara .

Banyak lahir pemimpin bangsa tapi, minim akan kesadaran mencintai terhadap bangsa yang besar ini. Mulai dari kegiatan merebut kekuasaan yang dipertontonkan,sampai masuk hotel prodeo karena tersangkut kasus korupsi. Inilah jenis pemandangan yang kita lihat sehari-hari pada wajah pengabdi bangsa Indonesia.
Bangsa Indonesia pada hari ini sudah kehilangan jati diri, disebabkan ulah pemimpin bangsa ini yang dari pusat sampai daerah tidak pernah mengingat sejarah Indonesia.

Bangsa ini berdiri bukan seindah yang kita bayangkan, berapa banyak nyawa telah melayang hanya untuk mempertahankan tanah air yang kita cintai ini yaitu Indonesia. Mulai dari eraSriwijaya, Majapahit, Penjajahan Belanda, lahirnya Sumpah Pemuda yang diprakarsai oleh pemuda Indonesia, Proklamasi kemerdekaan Indonesia, sampai kepada mempertahankan kemerdekaan Indonesia dengan pemberontakan dari beberapa aliran atau ideologi. Yang mengakibatkan tumpahnya darah bukan hanya pihak penjajah tapi pejuang bangsa yang tidak satu pemikiranpun akhir bertikai dan saling unjuk kekuatan dengan pola mereka sendiri.

Seperti pemberontakan Darul Islam/ Tentara Islam Indonesia ( DI/TII ) Kartosuwiryo, Teuku Daud Beureuh di Aceh, dan Kahar Muzakkar di Sulawesi Selatan. Pemberontakan DI/TII adalah urusan internal pergerakan rakyat Indonesia, sebagai bagian dari perjuangan merintis, mempersiapkan, dan mengantarkan rakyat Indonesia kemerdekaan dan kemudian bersama-sama melaksanakan, mempertahankan dan menegakkan proklamasi kemerdekaan itu.

Pemberontakan ini terjadi disebabkan oleh perbedaan visi, strategi, dan taktik dalam mengusir kolonialisme belanda dari bumi pertiwi. Juga karena watak yang keras menegang prinsip, tidak sabar menyaksikan sikap kompromi dengan Belanda, dan tidak pernah diajak berkonsultasi atau bermusyawarah tentang itu.Itulah salah satu pemberontakan dari beberapa pemberontakan yang terjadi pada saat mempertahankan kemerdekaan indonesia. Bayangkan berapa korban yang sudah melayang persoalan hanya mempertahakan kemerdekaan Indonesia, yang itu datang dari parang pejuang sendiri. Belum lagi para pejuang yang tewas dalam medang perang menghadapi belanda yang 3.5 abad menjajah Indonesia.

Maka daripada itu untuk menghasilkan pemimpin yang baik atau sang Negarawan pada bangsa ini kita harus kembali pada jati diri bangsa dan pilar bangsa Indonesia yang telah dirumuskan oleh The Founding Father yaitu adalah sumpah pemuda, pancasila, proklamasi kemerdekaan Tahun 1945, dan UUD 1945. Kalau bangsa Indonesiasudah bisa kembali kepada jati di bangsanya, maka insyaAllah bangsa Indonesia akan menjadi bangsa yang maju dalam segala aspek kehidupan.

Oleh : Alben Tajudin
*Gerakan Penyadaran*

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun