Tulisan mbak Admin Nur Hasanah berhasil membuat saya sedikit emosi. Pilihan kata yang sangat tajam dan outspoken. Ini salah satu kalimat yang menjadi penutup dalam tulisan Negeriku dan Negeri Orang Bahagia
******
Sebelum aku menganggap olok-olok itu benar-benar lucu, baiknya kalian berhenti bercerita kepadaku tentang negeri surga di luar negeriku. Kalaupun masih tetap mau bercerita, ceritakanlah selain yang bagus-bagus. Ya, mungkin aku hanya tak ingin merasa terpuruk sendiri. Mungkin aku hanya tak rela menyaksikan negeri-negeri lain bahagia, sementara negeriku berurai air mata
*******
Sampai di sini, bagi yang penasaran dengan tulisan tersebut, silahkan baca sendiri bisa melalui googling.
Harus saya katakan, pemilihan kata dari mbak Nur Hasanah ini sangat bagus, saya malah tertarik untuk belajar menuliskan seperti dia. Tapi sebelum itu, sebagai orang Indonesia yang pernah lumayan lama berada di luar dan berencana untuk ke luar lagi, saya ingin menanggapi tulisan Mbak Nur. Seperti yang dilakukan Mbak Weedy K, tapi dengan cara yang berbeda.
Tulisan ini untuk Mbak dan semua orang yang mungkin sependapat denganya.
Bagi saya, senyaman apapun tinggal di luar negeri, kami tetap rindu untuk menetap di Indonesia. Kami akan terus bermimpi suatu saat kami akan kembali. Kami memang nyaman dengan transportasi umum yang rapi, cepat dan minim macet. Tapi mungkin bagi kalian ini ga masuk akal, bahwa kami malah merindukan berdiri di bus kota dan dihibur oleh pengamen. Kami benar-benar rindu panas dan sesaknya penumpang, yang menurut kalian sama sekali ga nyaman.
Mana ada negeri seindah negeri kami sendiri? Ga ada. Kami yang bekerja atau kuliah di luar negeri, bukanlah orang yang mencari kebahagiaan. Di negeri yang kalian anggap bahagia itulah kami merasakan sengsara. Rindu yang berkepanjangan dengan segala hal tentang Indonesia.
Mungkin ini jarang diceritakan oleh mereka yang di luar negeri, seolah mereka bahagia sekali dan baik-baik saja. Padahal di manapun, kita akan selalu menemukan masalah. Andai boleh memilih, kami mungkin akan lebih bersedia bermasalah di negeri sendiri dibanding di negara orang.
Bagaimanapun kami memang lebih sering menuliskan tentang hal positif dari negeri orang. Dengan harapan suatu saat kebaikan tersebut juga akan diterapkan di Indonesia. Meskipun kalian rasa negara kita ga kunjung berbenah, bukan berarti kami pernah berpikir untuk menetap selamanya di negeri orang.
Dan kalian juga harus tahu, jika di sini ada orang yang mengolok-olok Indonesia, kami adalah orang pertama yang bereaksi saat itu. Karena seburuk apapun dan meskipun yang mereka katakan adalah benar adanya, nyatanya mereka ga punya hak untuk mencemooh negara kita. Kami tak hanya berhadapan dengan orang luar, beberapa kali kami menegur orang-orang sebangsa yang mencela Indonesia. Kami dengar, kami tau itu ada dan mungkin jumlahnya banyak sekali di luar sana. Kami tak pernah sudi dan rela Indonesia dicela oleh siapapun, termasuk kalian yang sedang menikmati hidup di surga pertiwi.
Dan sebelum tulisan ini berakhir, kalian tau kenapa kami jarang menceritakan keburukan di negara tempat kami tinggal? Karena kami tidak ingin cerita buruk itu terjadi di negera kita. Biarlah keburukan dan kesusahan itu kami tanggung sendiri. Kami menuliskan kemajuan dan hal positif, agar kita semua berpikir tentang perbaikan serta perubahan. Kami tau kalian sudah dengan masalahnya masing-masing, jadi mari saling berbagi tentang hal positif ke depan.
Dengan cerita bagusnya sistem di luar negeri, bukan berarti secara otomatis kami lebih membanggakan negara tempat kami tinggal. Tidak sama sekali. Kami hanya ingin bercerita, berbagi, bukan untuk pamer-pameran. Kalau tidak dengan kalian, lalu dengan siapa lagi? apa iya kami akan bercerita pada warga di sini?
Di manapun, kapanpun dan oleh siapapun kami ditanyai, jawabanya kami tetaplah orang Indonesia dan akan tetap bangga terlahir di tanah pertiwi.
Jangan pernah kehabisan harapan, bahwa besok atau lusa negara kita akan lebih baik dari negara yang kalian anggap indah itu.