Dimajukanya Jokowi-Ahok sebagai calon Gubernur dan Wagub DKI 2012 secara kasat mata sangat nampak bahwa Prabowo menggunakanya untuk menaikkan elektabilitas Gerindra dan dirinya sendiri. Bahkan iklan Jokowi saat menjadi calon Gubernur jauh lebih sering dan massif dibanding saat beliau menjadi calon presiden saat PDIP akan bertarung di pileg. Maka tak heran kalau Megawati sempat 'ngambek' karena kalah tenar dibanding Prabowo saat itu.
Iklan-iklan Jokowi JK baru merebak setelah Nasdem melalui Metro TV memberikan slot iklan yang sangat banyak. Surya Paloh juga menegaskan akan melakukan 'serangan' udara secara terstruktur dan rata di semua stasiun TV nasional.
Melihat banyaknya dana kampanye yang keluar dari kantong Hashim untuk Prabowo dalam kurun waktu hampir 5 tahun, jika harus dihitung tentu bukanlah nominal yang sedikit. Bahkan mungkin cukup untuk membeli pulau pribadi.
Andai saja strateginya menguasai Indonesia berjalan sesuai prediksi, maka Prabowo dipastikan saat ini menjadi presiden dengan kemenangan sangat telak. Bayangkan saja jika Jokowi dan Ahok menjadi tim sukses kampanye Prabowo, maka kemungkinan lawan seperti Bakrie dan lainya akan kalah total, sekalipun didukung seluruh partai yang ada di Indonesia.
Namun yang terjadi malah sebaliknya. Jokowi maju sebagai penantang satu-satunya dan menang secara sah mulai dari versi quick count, KPU dan MK.
Bagaimanapun kekalahan selalu terasa tidak nyaman, bahkan meskipun kalah saat pertandingan uji coba tanpa piala. Apalagi kalah bertanding di level nasional yang melibatkan lebih dari seratus juta jiwa sebagai bagian dari pertandingan. Selain keinginan berkuasa, tentu saja ada gengsi dan prestise tertentu.
Kekesalan dan sedih saat kalah tentulah hal yang harus dimaklumi. Kita pasti pernah kalah juga di beberapa pertandingan bukan? Sakitnya di mana? Hehe
Tapi melihat ekspresi kemarahan Hashim sepertinya sudah berlebihan. Pernyataanya akan menjegal agenda Jokowi di pemerintahan seperti membuka aib sendiri. Menegaskan dan menjelaskan pada publik bahwa dirinya memiliki ambisi dan dendam pribadi.
Seharusnya pernyataan tersebut tidak perlu disampaikan pada publik. Karena ini akan membuat beliau nampak tak kalah labil dari ABG yang diputus pacarnya. Kalaupun mau menjegal atau apalah namanya, ya cukup diam sambil terus bergerilya. Setidaknya jika nanti beliau berhasil 'mengganggu' Jokowi, publik tidak akan marah padanya.
Yang cukup membuat kita semua terdiam adalah pernyataan "ada harga yang harus dibayar". Bagi saya ini adalah ucapan dari seseorang yang sudah berada di titik terakhir kemarahanya. Karena kalaupun harus dihitung, biaya yang dikeluarkan untuk Jokowi saat menjadi calon Gubernur bukanlah nominal yang besar bagi seorang pengusaha kelas nasional. Rasanya tak sampai 1% dari dana kampanye untuk Prabowo selama ini.
Sekarang semua sudah terjadi. Publik dan dunia internasional sudah tau apa yang sedang terjadi. Meskipun cerita 'mendanai' kampanye seorang pejabat bukanlah hal baru, tapi setau saya tidak ada yang terang-terangan mengungkapkan ke publik.
Prabowo boleh mencak-mencak dengan suara kerasnya, politisi KMP silahkan teriak-teriak dengan muka macan asianya. Tapi jika saya menjadi kalian, saya akan mulai cemas karena Jokowi masih juga senyum-senyum menanggapi kondisi yang terjadi.
Perlu diketahui bahwa, kita tak perlu terlalu takut pada orang yang sering marah dan ekspresif. Justru orang yang nampak santai dan cengengesan, kalau sudah marah bisa bertindak di luar batas prediksi.
Sekalipun saya bukan keluarganya Jokowi, rasanya geram juga melihat muka-muka manusia sapi di beberapa partai politik. Meski begitu, saya tetap berdoa dan berharap Jokowi masih memiliki stok sabar yang banyak sehingga kita tetap bisa melihat dinamika politik yang menarik. Karena memang perlu ada yang nampak bodoh, perlu ada yang nyolot dan sebagainya supaya kita bisa mendapat banyak hikmah.