Mohon tunggu...
KOMENTAR
Catatan

Kencan Pertama

3 Januari 2013   16:12 Diperbarui: 24 Juni 2015   18:33 417 0
Beberapa waktu yang lalu setelah semuanya berubah, berbagai modus kami lakukan untuk bertemu. Mulai dari hanya sekedar makan jagung bakar, beli durian, dan yang terakhir adalah mengunjungi pameran buku. Malam ini sengaja aku berdandan biasa saja, menganggap tidak ada hal yang spesial yang perlu sambutan luar biasa dariku. Namun meski begitu cuaca yang tidak menentu antara hujan dan tidak hujan tidak serta merta menyurutkan perasaan terpesona akan bertemu dengan seseorang yang mempesona. Aku bergegas membubuhkan sedikit pelembab dan bedak, memakai lip balm agar bibir tidak kering, serta mempertegas sedikit bentuk alisku. Sesekali melirik jam yang ada didinding kamarku, mengapa belum ada sms juga? Apa dia lupa, atau sengaja ingin membatalkan dan menoreh kekecewaan dalam hatiku?. Bermacam-macam hipotesis ku tarik demi menduga-duga apa yang sebenarnya terjadi dan hasilnya tidak lama kemudian sms masuk. Ya...dari seseorang yang mempesona itu, menanyakan apakah jadi ke pameran buku. Senyum sumringah terpancar dari wajahku, pura-pura tidak menginginkan pertemuan itu. Kalau tidak begitu takutnya dia akan ge-er. Setelah berdebat sekian lama akhirnya jadi juga kami menuju pameran dan diakhiri dengan makan jagung bakar, itulah rencana kami.

Sekitar pukul 19.15 WIB tepat adzan Isya' aku sampai di depan kos nya. Dan aku heran sekali, mengapa aku tidak nyasar? Padahal biasanya aku selalu kesasar bila belum sering mengunjungi suatu tempat, namun kali ini tidak dan dengan mulusnya aku sampai didepan kos nya. Karena aku yang menawarkan diri untuk menjemputnya saja, biar dia tidak repot-repot menjemputku. Baju putih, jaket hitam dan tas kesayangannya melengkapi penampilannya malam ini. Standar, biasa tidak berlebihan namun pancaran auranya kuat sekali dan aku bisa merasakan itu. Wanita mana yang tidak tertarik dengan pria soleh seperti dia, gentle sekali dalam memperlakukan wanita dengan tidak mengindahkan syariat agama yang berlaku (no touch). Sepanjang perjalanan dan kebersamaan kami tidak ada yang lebih indah selain saling melemparkan senyum, saling berbagi cerita yang lucu-lucu. Ya...rasanya seperti apapun yang aku butuhkan dan aku inginkan ada didepanku.

Beberapa waktu yang lalu, saat dimana kami saling jujur mengutarakan perasaan masing-masing jawabannya sangat bijaksana. Terkesan klise namun pada kenyataannya memang haruslah begitu sebagai sesama umat muslim. Karena aku tahu bahwa dia sudah mempunyai pasangan, meskipun belum sah dan tidak ada status yang jelas yang pasti mereka saling mencintai. Denganku, aku bahkan tidak tahu seperti apa perasaannya yang sebenarnya padaku. Hanya saja dia tidak ingin mengecewakan orang yang sudah menyukai, atau menyayanginya toh janur kuning belum melengkung dan jodoh, Allah SWT jualah yang mengatur. Belum tentu yang menurut kita baik, akan baik untuk kita. Suka dibalas suka, kagum dibalas kagum, sayang dibalas sayang, cinta dibalas cinta untuk cinta tidak direkomendasikan karena cinta lebih condong ke memuja secara berlebihan dan rasa ingin memiliki yang kuat. Saat aku ditanya, apa yang aku rasa padanya suka? Kagum? Sayang? Cinta?. Aku hanya beristighfar karena memang aku tidak tahu yang sebenarnya. Mungkin sayang insyaAllah begitulah kalimat yang meluncur dari bibirku.

Terkadang jika mengingat bahwa dia sudah mempunyai pasangan, dan pasangannya lebih membutuhkan dia daripada aku membutuhkan dia aku merasa menjadi orang jahat. Air mata tak bisa lagi terbendung dan disudut hati yang kecil ini ingin rasanya aku berjuang menghilangkan rasa ini. Tapi... ini anugerah mengapa tidak aku syukuri saja agar tetap tahan lama dan mempererat silaturrahmi diantara kami. Galau, kata yang cukup untuk menggambarkan situasi dan kondisiku. Tapi aku yakin Allah menjaga dan melindungiku, Allah akan selalu menolongku.

Saat di pameran buku, tak kudapati satupun buku yang ingin kubeli. Semuanya berisi novel romantika islami, dan aku tidak terlalu suka yang aku mau kitab klasik yang inspiratif dan membuka jendela kehidupan. Akhirnya kami bergegas untuk makan jagung bakar saja. Sampai di lokasi sambutan gerimis kian menambah keromantisan bagi dua insan yang perasaannya sama-sama nelum jelas. Mengapa belum jelas? Lebih baik dikatakan belum jelas daripada dikatakan saling mencintai yang kenyatannya memang perasaan kami seperti misteri yang belum terpecahkan. Hingga jika memang kami berjodoh dan dipersatukan dalam biduk rumah tangga saat itulah semuanya akan jelas.

Lama kami menunggu si penjual selesai mempersiapkan sajian yang kami pesan. Tapi tidak ada rasa bosan yang mendera , tawa renyah selalu menghiasi kebersamaan kami. Akhirnya tepat pukul 21.00 WIB kami memutuskan untuk pulang aku tahu dia khawatir jika aku kemalaman. Saat dia mengajak pulang, aku mengutarakan jika aku ingin mengambil beberapa film di warnet. Ya...dia keheranan, sambil menunjukkan wajah bingung namun akhirnya dia menawarkan diri untuk menemani sayangnya sampai di warnet ternyata penuh semua dan aku memutuskan untuk pulang saja daripada pulang malam hanya untuk mengatre meja warnet. Aku langsung pamitan saat kami sudah sampai di kos nya. Tidak salaman, hanya saling mengucapkan salam.

Inilah ceritaku malam ini, cerita tentang pertemuan pertama atau bahasa gaulnya kencan setelah saling mengungkapkan perasaan masing-masing. Doaku, ya Allah ya Rabb yang memiliki kuasa atas perasaan ini bimbinglah hati ini agar perasaan ini menggiring kami dalam kebaikan berjodoh atau tidak hilangkanlah rasa penyesalan dalam hati ini . Aamiin

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun