Mohon tunggu...
KOMENTAR
Fiksiana

Doa di Sebuah Lorong

18 Agustus 2015   19:31 Diperbarui: 18 Agustus 2015   19:35 44 1
Air mata mampir, melepas getir
Selepas waktu mencatat sejumput murung di kertas nasib
Di bawah pijar lampu lorong ini begitu liku
Di antara lalu lalang orang orang yang di buru mimpi

Di lorong yang sama
Sepi yang sama
Duka yang sama, doa yang hampir sama
Aroma gelisah yang selalu sama

Di balik pintu maut mengintip
Di sisinya terbaring harapan berdebu 
Sebab di sini batas hidup dan mati begitu tipis
Tak lebih tipis kulit dari kulit ari


Wijayakusuma D1
18082015

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun