Al Mufti Bhutasvara –Langit terasa pecah, dan kerikil-kerikil berjatuhan mengenai kepalaku, ubun-ubunku, pening kurasa. Apalagi ketika rintikan itu bersuara riuh sekali, hatiku berasa
munek-munekingin menyingkrih segera dari keadaan. Petir juga tak kehilangan saling sambar-menyambar. Sambaran dari dua kutub berlawanan, ya! Kutub yang tak mungkin dipersatukan. Mereka kedua orang tua, saling bertengkar, dan aku di tengah-tengah mereka, menjadi perebutan, sikut-menyikut, tarik-menarik, seakan aku ingin berteriak dengan sekeraskerasnya, sayang tak sampai.
KEMBALI KE ARTIKEL