2 Oktober 2014 06:53Diperbarui: 1 Desember 2016 16:271460
Demokrasi, satu kata yang menggelitik telinga kita beberapa waktu belakangan ini. Terutama saat kita melihat proses penyelenggaraan pemilihan umum legislatif dan pemilihan presiden tahun 2014 pada beberapa saat yang lalu. Betapa banyak hal seputar demokrasi yang tersaji dengan begitu pelik pada wilayah teknis dan sangat menguras tenaga serta pikiran kita. Sehingga kemudian muncul satu pertanyaan, benarkah demikian konsep demokrasi sesuai pemahaman teori yang ada, yang sampai detik ini selalu digaungkan dan seolah menjadi satu-satunya solusi untuk merangkul semua keberagaman pendapat tentang upaya mewujudkan suatu keadilan, kesejahteraan, dan kemakmuran rakyat sesuai dengan cita-cita para pendiri bangsa?
Sesungguhnya tak ada yang spesial tentang demokrasi. Hanya saja, bungkus yang disajikan atas istilah menu demokrasi tersebut sehingga membuat hampir 70 persen masyarakat awam kita sejenak termangu dan terheran-heran akan makna sesungguhnya dari kata itu.
Demokrasi hampir sering disajikan dengan istilah kekuasaan penuh atau kedaulatan yang berangkat dari kehendak rakyat. Akan tetapi, justru saya ingin tertawa ketika melihat realita saat ini akan makna sesungguhnya jika dibandingkan dengan wujud seutuhnya demokrasi yang terpampang bugil di depan mata kita.
Jixie mencari berita yang dekat dengan preferensi dan pilihan Anda. Kumpulan berita tersebut disajikan sebagai berita pilihan yang lebih sesuai dengan minat Anda.
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Akun Terverifikasi
Diberikan kepada Kompasianer aktif dan konsisten dalam membuat konten dan berinteraksi secara positif.