Ribut-ribut kecil sudah terlihat sejak babak pertama dengan melibatkan beberapa pemain diantaranya Beto dan Fakdawer. Tetapi anehnya Najamudin Aspiran, wasit yang memimpin pertandingan terlihat tidak tegas dengan tidak mengeluarkan kartu untuk kedua pemain ini. Sampai akhirnya keributan dengan skala yang lebih besar kembali pecah pada akhir babak kedua. Kali ini keributan dipicu oleh perkelahian oleh Dendi Santoso dengan Ruben Sanadi.
Pada pertandingan tersebut Najamudin Aspiran terkesan lambat dalam mengambil keputusan, termasuk keputusan mengusir (memberi kartu merah) Dendi dan Ruben. Keributan tersebut juga melibatkan perangkat pertandingan dan official Persipuran. Oknum perangkat pertandingan dan official tersebut menghadiahi Kurnia Meiga dengan cekikan dan bogem mentah padahal saat itu meiga terlihat ingin melerai perkelahian. Bahkan oleh Najamudin Aspiran Meiga diganjar dengan kartu kuning.
Sebenarnya keributan ini bisa dicegah jika saja wasit asal Balikpapan tersebut lebih tegas dalam menyikapi pelanggaran keras yang terjadi sejak awal. PSSI sebagai induk tertinggi sepak bola Indonesia kembali (lagi) harus lebih berkaca diri. Wasit babak delapan besar yang katanya dikarantina bahkan terlihat gamang dalam memimpin pertandingan.
Sekarang kita hanya tinggal menunggu keputusan Komisi Disiplin dan Komite Wasit PSSI apakah masih akan menggunakan jasa wasit ini lagi atau tidak. Tetapi komentar menarik keluar dari Jimmi Napitupulu yang merupakan anggota Komite Wasit PSSI. Mantan wasit itu mengatakan jika kepemimpinan wasit di pertandingan Persipura melawan Arema sudah maksimal.
Berikut ini beberapa kontroversi Najamudin Aspiran di Liga Indonesia.
Semoga dengan REVOLUSI MENTAL yang didengungkan Presiden Joko Widodo bisa turut berimbas untuk keseluruhan aspek masyarakat termasuk sepak bola Indonesia.