Penulis mencoba merangkum hasil wawancara dengan Ibu mengenai apa saja perbedaan kurikulum 1984 dengan kurikulum 2013.
Pendekatan Pembelajaran
Kurikulum 1984, yang juga dikenal sebagai Kurikulum Berbasis Siswa Aktif (CBSA), menekankan pada keaktifan siswa dalam proses pembelajaran. Pendekatan ini bertujuan untuk mengembangkan kemampuan berpikir kritis dan kreatifitas siswa. Sebaliknya, Kurikulum 2013 mengadopsi pendekatan pembelajaran terpadu yang mengintegrasikan pengetahuan, keterampilan, dan sikap. Ini dirancang untuk mempersiapkan siswa dengan kompetensi yang diperlukan untuk menghadapi tantangan abad ke-21.
Struktur Kurikulum 1984 lebih fleksibel dan memberikan ruang bagi guru untuk mengembangkan program pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhan siswa. Kurikulum 2013, di sisi lain, memiliki struktur yang lebih terstruktur dengan standar kompetensi yang jelas dan hasil pembelajaran yang diharapkan, yang memastikan keseragaman pendidikan di seluruh negeri.
Dalam Kurikulum 1984, penilaian lebih difokuskan pada proses dan hasil belajar siswa secara kualitatif. Penilaian ini seringkali bersifat naratif dan deskriptif. Kurikulum 2013 memperkenalkan penilaian otentik yang mencakup aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik siswa, yang mencerminkan kemampuan mereka dalam kehidupan nyata.
Salah satu perbedaan yang paling signifikan adalah pengenalan pendidikan karakter dalam Kurikulum 2013. Ini bertujuan untuk membentuk karakter siswa melalui nilai-nilai seperti integritas, nasionalisme, mandiri, gotong royong, dan religius. Kurikulum 1984 tidak memiliki fokus yang kuat pada pendidikan karakter, tetapi lebih kepada pengembangan intelektual dan keterampilan belajar siswa.
Perbedaan-perbedaan ini mencerminkan evolusi pendidikan di Indonesia, dari pendekatan yang lebih tradisional menuju pendidikan yang lebih holistik dan terintegrasi, yang tidak hanya menekankan pada pengetahuan akademik tetapi juga pengembangan pribadi dan sosial siswa.