Mohon tunggu...
KOMENTAR
Olahraga

Sudahlah, Jangan Gugat Garuda Muda (lagi)!

9 Maret 2012   18:54 Diperbarui: 25 Juni 2015   08:17 318 0

Perjuangan “Garuda Muda” di partai puncak Piala Sultan Hassanal Bolkiah berakhir dengan kekalahan. Cukup menyakitkan memang. Apalagi lawan di final adalah Brunei Darussalam. Ya, Brunei yang katanya pernah kalah dengan tim Pra PON Indonesia, Kalimantan Timur pada Desember 2011. Memang kenapa bila mereka pernah kalah? Kekalahan itulah yang dimanfaatkan oleh Brunei sendiri untuk menjadi pelucut semangat agar bisa tampil maksimal saat melawan Indonesia.

Lalu, apakah Andik Vermansyah Cs bermain buruk? Tidak! Mereka sudah menerapkan apa yang diperintahkan oleh pelatihnya. Mereka sudah menjalankan tugasnya semaksimal mungkin. Semua orang yang menonton, bisa menyaksikan sendiri bagaimana mereka beraksi di lapangan. Penguasaan bola dan determinasi yang ditunjukkan Garuda Muda sungguh sesuatu yang luar biasa. Mereka menguasai permainan. Mental mereka kuat. Bayangkan saja, bermain di depan publiknya sendiri, Brunei malah mengandalkan serangan balik dengan umpan-umpan panjang.

Kita berhasil mengurung pemain-pemain Brunei Darussalam di wilayahnya sendiri. Mereka bertahan dan berusaha mempertahankan keunggulannya. Garuda sama sekali tidak tampil buruk. Hanya saja mereka belum bisa memaksimalkan peluang yang ada. Beda dengan Brunei yang sesekali dapat peluang langsung bisa menghasilkan gol. Dan itu sangat efektif. Mereka memang sudah merencanakan itu semua. Kita hanya bisa menonton. Lalu menghujat! Sama sekali berbeda dengan masyarakat Brunei yang tidak berhenti berteriak dan menyanyikan yel-yel sebagai penyemangat pemain-pemain mereka.

Iya, ada penonton Indonesia juga ada di sana. Ramai sekali. Kita memang dekat sekali dengan tempat final itu dihelat. Tapi, atmosfernya jalas milik Brunei. Mereka bermain di rumah sendiri. Dan mereka juga tidak akan pernah mau kalah di depan Sultannya sendiri. Mereka bisa memanfaatkan itu semua. Lalu bagaimana dengan Garuda Muda? Saya kira, mereka sudah bekerja keras. Tentunya, kalah bukanlah sesuatu yang buruk. Brunei bisa memanfaatkan kesalahan kecil dari pemain Indonesa.

Setelah melihat pertandingan yang berakhir 2-0 untuk kemenangan Brunei Darussalam, saya sempat membaca beberapa berita di portal online. Yang menariknya adalah banyak sekali komentar-komentar yang menyudutkan. Ada yang menyalahkan Andik karena terlalu individual. Ada yang menyalahkan taktik yang digunakan Widodo CP yang telalu monoton sehingga mudah dibaca. Bahkan, ada yang kembali menyalahkan dualisme kompetisi di Indonesia. Lalu apa ada perubahan setelah beramai-ramai menyalahkan keadaan?

Komentar-komentar tersebut jelas sekali menampakkan bahwa kita sebagai penonton adalah orang-orang yang hobinya hanya bisa memberikan kritikan. Tapi tak pernah berusaha berpikir dan mencoba untuk memberikan sesuatu yang positif untuk timnas sendiri. Saya yakin yang berkomentar itu adalah orang-orang yang cinta dan tidak mau tim kesayangannya kalah. Tapi, ngak juga harus saling menghujat.

Kita hanya penonton. Melihat mereka berlari-lari mengejar bola sampai 90 menit di lapagan. Seperti berperang. Mereka saling adu strategi dan berusaha menjadi yang terbaik. Ya, siapa yang bertahan, dia yang menang. Kita yang menonton cuma bisa berkoar-koar dan menghujat mereka. Apa untungnya? Barangkali bila kita yang di sana, kita juga bakal mendapat hal yang sama.

Indonesia kini makin terpuruk. Kita tak seharusnya menggugat mereka yang telah berani menegakkan kepala ketika keluar dari lapangan itu. Kalau memang ingin ada perubahan, kita punya wadah untuk membangun kembali sepak bola nasional ini.

Ada berjuta penduduk di Indonesia. Kalau untuk 18 orang pemain susah dicari yang terbaik, maka ada yang salah dengan manajemennya. Saya tidak mau hanya 11 orang yang dipilih karena tanpa pemain pengganti mereka tidak ada apa-apanya. Jadi, kini, jangan pernah salahkan pemain yang sudah dipilih. Ada Garuda sebagai lambang Negara yang mereka lekatkan pada dada mereka. Semua usaha dilapangan telah mereka kerahkan untuk mengharumkan nama bangsa.

Kalah tentu bukanlah hal buruk sekali. Apalagi mereka sendang mencai prestise. Mereka pemain-pemain muda yang mentalnya masih harus dibenahi. Mereka kelelahan. Mereka terus berjuang. Dukung mereka, bila benar kita mencintai semuanya. Karena kalah itu bukanlah hal yang buruk sekali, maka berbenah setelah kalah adalah jalan yang pantas dan harus segera dilakukan.

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun