Oleh Akmal M. Roem
Sepertinya sajak yang kutulis ini tak memiliki arti lagi
Dia hilang dalam waktu yang telah mejadi batu
Katamu; “waktu bukanlah jawaban kegelisahan atas apa yang kurasa”
Aku ingin sekali mencatat apa yang kau bisikkan itu,
Biar pun mereka menyangka bahwa cinta karena manusia itu indah,
Tapi, aku lebih memilih mencintamu karena Tuhan yang menuntun hatiku
Katamu; “ketika malam datang, aku seperti bayi yang hanya terus ingin menangis”
Malam menuntunku untuk mangadu padaNya
Bertanya tentang jawaban dari kegelisahan yang kurasa hari ini
Di dalam dekapan sunyi
Aku mengadu padaNya
Katamu; “Malam itu waktu yang menjadi batu, diam dan sunyi. Kita di sana. Bersujud!”
Aku akan selalu dituntun waktu
Dalam dekap malam
Dalam hati yang damai
Dalam jiwa yang sunyi
Hanya ada aku
waktu
kau
dan
sujud
kita hambaNya
Banda Aceh, 20 Oktober 2009