Selama beberapa dekade, dominasi ilmu pengetahuan di ranah akademis dikuasai oleh pendekatan dan teori yang berasal dari tradisi Barat. Hal ini tercermin dalam kurikulum pendidikan tinggi yang banyak berfokus pada teori-teori yang dikembangkan di dunia Barat, seperti positivisme, empirisisme, dan epistemologi rasional. Akibatnya, pemikiran cendekiawan Muslim sering kali terpinggirkan dan kurang mendapat tempat di ruang diskursus akademis. Sebagaimana dipaparkan oleh Al-Attas dalam
Prolegomena to the Metaphysics of Islam (1995), pendekatan ini tidak hanya mengurangi ruang lingkup pandangan dunia dalam kurikulum, tetapi juga menciptakan ketimpangan epistemik yang memperlebar jurang antara teori Barat dan perspektif Islam.
KEMBALI KE ARTIKEL