Saya terbangun oleh alarm HP jam tiga pagi. Alarm yang saya setel untuk menyaksikan laga super Clasico, Brazil vs Argentina dalam laga lanjutan kualifikasi piala dunia 2022.
Karena tak disiarkan di TV nasional, saya mencari layanan TV di internet lewat HP. Dapatnya siaran Bein sport berbahasa Arab.
Laga baru memasuki lima menit. Kantuk saya belum begitu hilang. Karena belum ada peluang berbahaya bagi kedua tim yang membuatku bergairah. Tapi tiba-tiba laga terhenti.
Reporter Bein Sport yang berbahasa Arab belum mengetahui alasan mengapa laga dihentikan. Tapi saya menebak, ini karena alasan prokes Covid 19 sebab yang selalu disorot kamera adalah seorang pria dengan rompi mirip petugas kesehatan sedang berbicara pada panitia pertandingan.
Sedikit ada kericuhan saat Otamendi, bek timnas Argentina sedikit mendorong salah seorang petugas kesehatan (Anvisa) yang masuk lapangan. Mengundang reaksi dari beberapa petugas kesehatan hingga mengerubunginya.
Para pemain Argentina kemudian meninggalkan lapangan, memasuki dressing room. Lalu beberapa saat kemudian Messi kembali ke lapangan hanya menggunakan rompi, tanpa jersey Argentina lagi untuk berbicara dengan beberapa pemain dan official timnas Brazil. Alamat laga tak akan dilanjutkan.
Hingga akhirnya Bein Sport menghubungi jurnalis mereka di Brazil. Ia melaporkan bahwa otoritas kesehatan Brazil bersama polisi memasuki paksa lapangan untuk mengejar empat pemain Argentina yang bermain di Liga Inggris.
Mereka adalah Emiliano Buendia, Emiliano Martinez, Lo Celso, dan Cristian Romero, yang mana tiga nama terakhir sedang bermain di lapangan.
Inggris dianggap sebagai salah satu negara zona merah covid 19 oleh Brazil. Ini merupakan balasan Brazil atas Inggris yang lebih dahulu memasukkan Brazil dalam daftar negara zona merah.
Menurut Otoritas kesehatan Brazil, empat pemain Argentina yang bermain di Liga Inggris harusnya melakukan karantina selama 14 hari dulu sebelum betul-betul dibolehkan kegiatan di Brazil.
Timnas Argentina dianggap melakukan kebohongan Administrasi yang menyebabkan empat pemain mereka lolos dari karantina.
Namun Timnas Argentina beralasan mereka adalah bubble team yang dibebaskan dari karantina. Apalagi keempat pemain yang dianggap melanggar prokes itu tidak langsung terbang dari Inggris, namun sejak seminggu berada di Venezuela melakoni laga kualifikasi piala dunia melawan timnas Venezuela.
Apa pun itu, jelas bahwa ini adalah bentuk ketidakprofesionalan. Messi pun bahkan sangat geram atas terhentinya laga tersebut karena alasan prokes. Ia mengatakan jika mereka sudah tiga hari berada di Brazil, namun mengapa di saat laga berlangsung baru dipermasalahkan.
Reporter Bein Sport pun sampai menyindir bahwa dalam laga Internasional yang dihadiri sejumlah pemain bintang kelas dunia seperti Messi dan Neymar harus terhenti karena hal-hal sepele.
Apa pun itu, CONMEBOL, otoritas sepak bola Amerika Selatan sudah menyerahkan masalah ini kepada FIFA. Yang mana FIFA punya peraturan tersendiri bahwa laga tak bisa dihentikan oleh otoritas selain mereka.
Dan bayang-bayang ancaman buat Brazil pun sudah terbayang di depan mata. Ada yang bilang Timnas Brazil harus kena banned yang memaksa mereka harus libur mengikuti kompetisi yang digelar oleh FIFA termasuk Piala Dunia tahun depan.
Bisa membayangkan piala dunia tanpa pemenang terbanyaknya?
Tapi bagi saya, tak sulit membayangkan Brazil tak ikut serta dalam gelaran Piala Dunia. Yang saya sulit bayangkan adalah kemarahan publik sepak bola Brazil yang konon lebih mendahulukan sepak bola dibanding Tuhan mereka.