Distrik Fatih adalah tempat paling bersejarah di Istanbul. Penuh dengan tempat-tempat historikal. Ada benteng Konstantinopel, masjid Fatih, makam pahlawan Islam, Muhammad Al-Fatih, Sultan Mehmed Square, dan spot bersejarah lainnya.
Distrik Fatih letaknya agak berbukit. Itu terlihat dari jalannya ada yang menanjak, ada yang menurun. Bangunan rumah, ruko, dan apartemen pun begitu. Basementnya lebih rendah dibanding jalan.
Kalian nonton atau pernah dengar, kan sejarah penaklukan benteng Konstantinopel. Yang mana pasukan muslim menarik kapal menyeberangi bukit?
Di sini, lingkungannya jauh lebih Islami dibanding tempat lainnya di Turki. Mungkin karena pengaruh  banyaknya muslim Suriah yang sudah berdomisili di sini. Terlihat dari masjid-masjid yang yang ada di setiap kompleks, tanda spritualitas agama hidup di negeri sekuler ini.
Setelah sarapan, kami keluar jam 10 pagi. Tapi lebih mirip suasana jam tujuh pagi di Indonesia. Masih sangat dingin. Jadwal shalat shubuh memang sekitar jam tujuh pagi.
Apartemen yang kami tinggali berada tepat di depan pasar Karagumruk. Sejak keluar pintu apartemen, kami sudah harus berjejal dengan pengunjung pasar tradisional yang dibuka hanya setiap hari Senin ini. Pasarnya sangat ramai. Yah, setiap pasar pasti begitu.
Mata kami dimanja oleh barang-barang jualan berupa sayur dan buah segar. Ukurannya besar-besar. Dua atau tiga kali lipat ukuran Indonesia. Harganya murah sekali pula.
Kami berjalan menuju ke arah barat, ke masjid Fatih. Di sepanjang jalan menuju masjid Fatih, berderet ruko-ruko menjual beragam barang dagangan. Cenderung mirip kompleks pasar dibanding sebuah kota.
Setelah berjalan sekitar 20 menit, tibalah kami di masjid Fatih. Masjid yang yang dibangun atas perintah Fatih Sultan Mehmed (bahasa Turki) pada tahun 1463 Â M. Di atas situs bekas sebuah gereja Byzantium yang telah hancur.
Pelataran masjid cukup luas. Semuanya berlantai ubin. Mirip kompleks yang terdiri dari masjid dan sarana-sarana lainnya. Ada makam Sultan Muhammad A-Fatih di bagian kanan masjid. Hanya saja makamnya sedang tertutup saat kami tiba. Jadi tak bisa masuk ke dalam.
Kami menyempatkan berfoto dengan latar belakang masjid Fatih. Atau pun dengan merpati-merpati jinak yang tinggal di kawasan masjid.
Sepulang dari masjid Fatih, kami melewati jalan lain. Tapi suasananya sama. Sepanjang jalan yang kami lalui dikelilingi oleh ruko-ruko atau pun lapak jualan. Ada banyak orang di jalan. Pengunjung pasar atau sekadar lewat.
Tak lupa mampir ke sebuah toko baju. Mirip stand Matah*ri di Indonesia. Baju-baju yang dipajang kebanyakan jaket atau pun sweater. Pakaian musim dingin. Tak aneh, sebab sekarang sedang musim dingin. Harganya murah-murah. Bisa dua kali lipat lebih murah dibanding harga Indonesia. Padahal kualitas dan modelnya jauh lebih bagus.
Karena harganya murah, saya mencoba menghubungi keluarga dan teman di Indonesia. Tak ada yang tak suka saat melihatnya lewat video atau foto. Hampir semuanya memesannya sebagai oleh-oleh. Tapi kecewa saat saya suruh untuk mentransfer uang. Ada uang ada barang...
Saat tiba di rumah kembali, kami kembali lapar. Cuaca dingin memang membuat cepat lapar. Buah-buah segar di pasar depan apartemen kami borong. Jeruk, pisang, delima, hingga apel. Rasanya enak sekali.
AYO KE TURKI...