Bis antarkota ini terus berlari, menerobos derasnya hujan meninggalkan kotamu. Dari balik jendela rintik hujan riang menari Shuffle, menertawakan diriku. Hentakan rintiknya bagai berondongan peluru meneror hati yang telah tercekam. Kutinggalkan segala kenangan di kota itu, juga dirimu. Tubuhku pasrah berebah di sofa bis Nuswantara yang tak lagi empuk seperti ketika berangkat. Terkoyak tubuh ini digoyang hentakan badan bis yang tak stabil lajunya. Aku sudah rindu hangatnya rumah, aku rindu belaian ibu, bukan lagi pelukmu.