HANDPHONE saya bernyanyi, seorang teman menghubungi saya. Dia mengajak saya ke Tenggarong Kabupaten Kutai Kertanegara. Bila dari Samarinda ibukota Kalimantan Timur sekitar 40 km.
Teman saya itu mengajak saya untuk ke Penas (Pekan Nasional (Penas) Kontak Tani Nelayan Andalan (KTNA) yang digelar di Stadion Madya Tenggarong, Kutai Kartanegara (Kukar).
Tak biasanya dia bersemangat mengajak untuk melihat kegiatan-kegiatan seperti itu.
Besoknya kami bersama dengan seorang teman lagi menuju ke Penas. Tiba di arena promosi dari berbagai daerah, yang dicari-carinya adalah stand Papua Barat. Tak jauh berbeda dengan stand dari daerah lain, yang memajang tanaman, peternakan, hasil olahan bahan makanan dari perikanan dengan khas daerah masing-masing.
Teman saya itu tak tertarik dengan minyak lintah atau bulus yang ada di stand suatu daerah. Atau potongan batang-batang kecil dan daun untuk mengobati berbagai penyakit. Dia tak tertarik, dengan berbagai jenis tanaman, alat-alat pertanian atau hal-hal yangnya yang ada di pamerkan di stand sejumlah daerah di Indonesia.
Dia hanya tertarik dengan daun dan kulit pohon asal Papua. Daun itu disebut daun bungkus. Apa kegunaan utama dari daun yang mirip daun sirih itu? Untuk memperbesar “peralatan perang” milik lelaki. Sedangkan rajikan kulit pohon tersebut untuk menambah stamina agar tahan lama ‘berperang’. Pengertian sederhana tahan lama ini adalah sama dengan berjalan puluhan kilometer tanpa kelelahan.
Sayangnya, kedatangan kami satu hari menjelang penutupan acara Penas sedikit terlambat. Menurut seorang penjaga stand, yang selalu tersenyum-senyum, daun bungkus sudah habis. Tak sampai setengah hari daun bungkus itu ludes diserbu pengunjung.
‘’Tapi kalau mau menunggu nanti malam ada lagi. Saat ini sedang dibikin, ‘’ kata seorang ibu-ibu asli Papua.
Daripada menunggu sampai malam, kami berencana besoknya akan ke sana lagi. Kami berpesan kepada penjaga stand Papua Barat itu, agar disimpankan untuk kami dan besoknya akan diambil.
Kenapa teman-teman saya—dan tentu saja saya juga—tertarik. Karena daun bungkus ini bisa membikin penis kita sebesar kaleng coca cola atau seperti anak kucing yang baru dilahirkan. Pemuda Papua kebanyakan mencoba daun, yang konon hanya tumbuh di Papua ini.
Karena penasaran, kami mendatangi penginapan peserta asal Papua Barat. Cornelis, ‘dokter’ speasialis memperbesar penis dengan daun bungkus kami temui. Setelah berbincang seadaanya seorang teman saya mencobanya. Bersama Cornelis menuju rumah di samping rumah tempat peserta Penas Papua Barat menginap. Cornelis sempat berbisik, bapak yang punya rumah ini juga sedang melakukan pembesaran. Kami melirik; seorang lelaki yang berumur sekitar 50 tahunan lebih duduk di kursi. Dia mengenakan sarung.
Cornelis sedang memberikan petunjuk kepada teman saya. Daun diambilnya selembar daun, disiapkannya minyak sari kelapa dan perban. Daun bagian dalam dikeriknya, lalu diolesinya minyak. Teman saya disuruhnya mengolesi batang kemaluannya. Selanjutnya daun dibungkuskan ke penis dan dibalut perban.
Tak sampai sepuluh menit, teman saya berteriak panas. ‘’Terasa nyut-nyut,’’ ujarnya.
Cornelis berpesan, bila terasa panas dilepas saja. Jangan sampai terkena air.
Besoknya saya menanyakan kepada teman saya, apakah ada perubahan. Dengan bangganya dia menjawab; benar ada perubahan. Bengkak. Besoknya saya bertanya lagi. ‘’Punyaku menjadi hitam sedikit besar. Nanti akan saya bungkus lagi,’’ katanya. Besoknya saya bertanya lagi. ‘’Lecet. Kena air. Saya mirip anak yang baru bersunat. Bila punya saya kena sarung, sakit,’’ ceritanya lagi.
Di Papua, bubuk daun bungkus yang berwarna hijau tua itu dimasukkan dalam botol ukuran 10 cm tapi isinya hanya sepertiganya saja. Harga jualnya jika dibeli langsung ke pembuatnya hanya Rp 20-30 ribu.
Cornelis member kami brosur. Daun Bungkus atau pilemon cor, sp nama latinnya. Untuk hasil yang baik, lakukan pembungkusan beberapa kali. Apabila terasa panas segera lepas perban dan daun bungkus, agar penis tak lecet.
Jangan membalut seluruh bagian penis, karena kulit daerah bawah penis sangat sensitif sehingga lebih mudah lecet..
Jika terlalu lama membalutkan daun ini akan menyebabkan penis membengkak dan melepuh. Kalau sudah membengkak membutuhkan waktu yang lebih lama untuk mengembalikan kulit ke bentuk normal dan biasanya bisa mencapai 2 minggu waktu pemulihan.
Untuk tahap awal, biasanya orang-orang mengulanginya setiap 2 hari sekali tidak perlu tiap hari agar memberikan waktu pada kulit berada dalam kondisi normal.
Reaksi yang diberikan dari daun bungkus ini terbilang cepat, karena dalam waktu beberapa menit setelah digunakan maka penis akan menegang.
Namun untuk mencapai hasil yang maksimal tidak bisa didapatkan dalam waktu singkat, karena untuk mendapatkan bentuk penis yang permanen harus diulang beberapa kali tergantung kondisi orang tersebut.
Menurutnya daun ini berasal dari alam dan terbebas dari penggunaan bahan kimia apapun. Selain itu hingga kini efek samping yang ditimbulkan hanya rasa tak nyaman dan bengkak atau melepuh jika memakainya terlalu lama.
Saat dikonfirmasi ke dr Hardhi Pranata selaku ketua Umum Perhimpunan Dokter Herbal Medik Indonesia mengenai khasiat dari daun bungkus untuk memperbesar alat vital, dirinya mengaku belum pernah mendengar hal tersebut dan belum ada penelitian ilmiah yang membahas hal ini.
“Prinsip pembesaran penis adalah adanya aliran darah arteri yang terus menerus ke bagian korpus skrotum serta menghambat aliran darah baliknya yaitu vena. Hal ini akan membuat korpus skrotum terisi darah dan membesar. Namun mengenai kinerja dari daun bungus ini, ia mengaku belum mengetahuinya,” ujarnya ketika diwawancarai detikHealth.
Hingga kini memang belum ada satupun penelitian ilmiah atau medis yang dapat menunjukkan khasiat dari daun bungkus ini. Pakar herbal juga masih kesulitan menemukan nama latin daun bungkus ini.
Penelti herbal buah merah (Pandanus conoideus) drs I Made Budi MSi dari Universitas Cendrawasih ketika diwawancarai detikHealth mengaku belum pernah meneliti daun bungkus ini.
Tapi menurutnya, khasiat daun bungkus yang tumbuhnya merayap di hutan ini ada pada trikoma atau rambut daun. Made juga mengingatkan agar hati-hati menggunakan daun bungkus karena belum ada penelitiannya sehingga jangan sampai si pemakai mengalami masalah karena tidak ada petunjuk yang jelas. (Detik.com)
Menurut dr Boyke Dian Nugraha, metode itu alamiah namun reaksinya cukup berbahaya. Alat kelamin yang dibungkus daun itu menjadi bengkak seperti tersengat lebah.
"Itu bahaya banget soalnya banyak yang terkena infeksi dan penisnya sampai bernanah," kata Boyke.
........
Selain untuk memperbesar penis, menurut brosur milik cornelis itu, daun bungkus juga dapat menyembuhkan penyakit maag (dapat mengeluarkan asam lambung) dengan cara mengkonsumsi 1-2 lembar daun. Selain itu untuk menghilangkan bau mulut.
Seminggu sudah sejak teman saya itu mencoba daun bungkus. Menurut pengakuannya, memang ada sedikit perubahan. Sedikit besar dari ukuran standar orang Indonesia. Cuma terlihat hitam.
Bukan hanya anda yang tertarik. Sebagai sarjana pertanian, saya membeli tanaman tersebut di pot kecil untuk dikembangkan. Dan bila ada waktu akan diadakan penelitian.***