Mohon tunggu...
KOMENTAR
Healthy Artikel Utama

Leisure Activity, Keluar dari Rutinitas dan Psikologi Positif

9 September 2014   19:27 Diperbarui: 10 Agustus 2017   09:34 1009 5
Diawal masa perkuliahan dan pembelajaran, seringkali dinding FB dan twitter dipenuhi dengan status dan kicauan mahasiswa atau pelajar yang terbebani dengan tugas kuliah. Ada yang hanya mengeluh, sampai ada yang terkesan marah-marah. Tanggungjawab dan beban sosial seringkali menjadi prediktor kuat munculnya gejala stress. Kalau kita membuka kembali keluhan di dinding sosmed kita, saya rasa banyak sekali keluhan muncul setiap harinya dari berbagai latar belakang profesi. Karyawan sering mengeluhkan beratnya target yang dibebankan kepada mereka. Pengusaha penat dengan manajemen usaha yang harus diawasi dengan ketat. Ibu rumah tangga menjerit karena rutinitas rumah tangganya, sampai-sampai presiden-pun seringkali dianggap mengeluh dalam pidatonya.

Benarkah kita sedang dilanda stress?? Depresi?? Atau malah kita yang begitu manja dan seringkali mengeluh dengan tanggungjawab hidup kita masing-masing. Masalah lain adalah kapan kita menganggap tanggungjawab sebagai beban hidup? Kapan juga kita menganggap itu sebagai arus kehidupan yang harus kita nikmati?

Hidup, merupakan definisi tanpa henti tentang berbagai dimensi, salahsatunya tentang tanggungjawab. Tanpa tanggungjawab, manusia akan tercerabut dari akar sosiokulturalnya. Itu tentu menghilangkan esensi kemanusiaan, manusia tanpa definisi.

Psikologi dalam berbagai kajiannya secara mendalam telah berusaha mendefinisikan kesehatan mental manusia. Sayangnya, seringkali kita terjebak pada tataran sisi lain dari kesehatan, yaitu penyakit, sakit dan abnormal. Meskipun dewasa ini psikologi berkembang pada ranah pemberdayaan dan meningkatkan kesejahteraan manusia atau kita kenal dengan sebutan psikologi positif (Linley dan Joseph, 2004). Paradigma tersebut kemudian secara tidak langsung memberikan stigma bahwa psikologi (termasuk professional, ilmuan dan sarjana yang lahir darinya) hanya menyediakan penanganan (pengobatan) bagi mereka yang telah dilabeli (didiagnosa) sakit jiwa. Paling pol, psikologi sekarang juga dianggap sebagai pihak yang bertanggungjawab atas lolos tidaknya seseorang dalam kerja dan kenaikan jabatan. Hal tersebut belum mampu menjawab keramahan dan kedekatan ilmu psikologi dengan masyarakat.

Kembali pada fenomena keluhan di sosmed. Selintas, itu merupakan sebagai bentuk katarsis yang wajar. Namun jika lebih jeli lagi, banyak sekali keluhan di sosmed yang berujung pada tuntutan hukum. Mulai dari kasus PM dengan salah satu Rumah Sakit swasta sampai terakhir yang paling hot tentu kasus FS dengan masyarakat Yogyakarta. Dalam kondisi tertekan, apapun dapat kita lakukan, apapun dapat terjadi, sayangnya sebagian besar dari kita tidak memperhitungkan efek dari perilaku kita saat tertekan. Tekanan psikologis dan perilaku yang ditimbulkannya terjadi begitu cepat tanpa kontrol penuh dari kesadaran kita saat itu.

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun