Partonem, seorang pemulung berusia empatpuluh tahunan, dan sudah lebih dari sepuluh tahun kerja sebagai pemulung, oleh karena itu bolehlah disebut sebagai pemulung senior, memperhatikan dari kejauhan prilaku lelaki muda yang menurunkan beberapa kardus besar ke tepi jalan itu, dan kemudian meninggalkannya pergi.
Dengan sepeda motor butut rakitan sendiri, Partonem menghampiri kardus-kardus yang nampak berat itu, dia mengangkat dan meletakkan ke dalam gerobaknya yang terikat di bagian belakang sepeda motor antiknya. Berdasarkan pengalaman, dia sudah bisa pastikan, bahwa kardus-kardus yang ditinggalkan pria bermobil tadi adalah berisi sampah-sampah. Partonem membawanya pulang untuk nanti disortir, jenis sampah apa saja dari dalam kardus itu yang bisa dijadikan fulus.
"Tampang keren dan pakai mobil pula. Tapi buang sampah sembarangan, dan pakai dibungkus rapi dengan kardus segala," tukas Partonem kepada saya yang sengaja datang mewawancarainya, selesai dia menceritakan pengalamannya menyaksikan orang yang membuang sampah bukan pada tempatnya itu.
Apa yang diceritakan Partonem di atas, bukanlah cerita fiksi atau bohongan. Tapi itu benar-benar nyata dan hingga kini kerap terjadi. Itulah budaya di masyarakat kita, masih gemar buang sampah sembarangan.
Soal buang sampah sembarangan telah lama menjadi masalah di Indonesia. Kebiasaan ini muncul dari berbagai faktor, termasuk kurangnya kesadaran masyarakat tentang pentingnya menjaga kebersihan, minimnya fasilitas pembuangan sampah, serta pengawasan yang kurang ketat dari pihak yang berkompeten.
Masih banyak orang yang menganggap sepele membuang sampah di tempat-tempat umum seperti jalan raya, sungai, dan taman, tanpa mempertimbangkan dampak negatifnya terhadap lingkungan dan kesehatan masyarakat sekitar.
Prilaku acuh tak acuh terhadap sampah ini seringkali didasari oleh anggapan bahwa satu potong sampah kecil tidak akan memberikan dampak yang besar. Padahal, jika kebiasaan ini dilakukan oleh jutaan orang, sampah yang menumpuk akan menjadi masalah serius. Selain itu, ketidaktegasan penegakan hukum juga menjadi faktor pendorong mengapa kebiasaan ini masih terus berlanjut.
Terkait kebiasaan buang sampah sembarangan memiliki dampak yang sangat merugikan, baik bagi lingkungan maupun kesehatan manusia. Sampah yang tidak dibuang pada tempatnya dapat menyebabkan pencemaran lingkungan. Misalnya, sampah plastik yang terbuang ke sungai dapat menyumbat aliran air, menyebabkan banjir saat musim hujan. Plastik yang hancur menjadi mikroplastik juga dapat mencemari tanah dan laut, yang pada akhirnya masuk ke dalam rantai makanan dan mengancam kesehatan manusia.
Selain itu, sampah yang menumpuk di lingkungan sekitar menjadi tempat berkembang biaknya berbagai jenis penyakit. Nyamuk dan tikus, yang merupakan pembawa penyakit seperti demam berdarah dan leptospirosis, sangat menyukai lingkungan yang kotor. Hal ini tentu saja membahayakan kesehatan masyarakat, terutama mereka yang tinggal di daerah yang kebersihannya tidak terjaga.
Untuk mengatasi masalah buang sampah sembarangan memerlukan upaya yang terpadu dari berbagai pihak. Pertama, pendidikan dan sosialisasi tentang pentingnya menjaga kebersihan harus ditingkatkan, terutama di kalangan generasi muda. Sekolah-sekolah dan komunitas lokal dapat menjadi tempat yang efektif untuk menanamkan nilai-nilai kebersihan dan tanggung jawab lingkungan sejak dini.
Kedua, pemerintah perlu meningkatkan pengadaan fasilitas pembuangan sampah yang memadai, seperti tempat sampah yang tersebar di lokasi-lokasi strategis, serta sistem pengelolaan sampah yang efisien. Dengan adanya fasilitas yang memadai, masyarakat tidak lagi memiliki alasan untuk membuang sampah sembarangan.
Ketiga, penegakan hukum harus dilakukan dengan tegas. Sanksi yang lebih berat dan konsisten dapat diterapkan untuk mereka yang melanggar aturan terkait pembuangan sampah. Misalnya, dengan memberikan denda yang cukup besar bagi pelanggar, serta melakukan patroli rutin untuk memastikan bahwa aturan tersebut dipatuhi.
Kebiasaan buang sampah sembarangan adalah masalah serius yang membutuhkan perhatian dan tindakan nyata dari semua pihak. Kesadaran dan tanggung jawab individu terhadap kebersihan lingkungan harus ditingkatkan, baik melalui pendidikan, penyediaan fasilitas, maupun penegakan hukum yang lebih tegas.
Hanya dengan upaya bersama, kita dapat menciptakan lingkungan yang bersih, sehat, dan nyaman untuk ditinggali oleh semua orang. Mari kita mulai dari diri sendiri, untuk tidak lagi membuang sampah sembarangan, demi masa depan yang lebih baik.
"Sebagai pemulung senior, apa yang Mas Parto harapkan dari masyarakat Indonesia terkait soal sampah-menyampah ini?" tanya saya lagi.
"Benar, Mas Bro. Saya ini memang sudah cukup lama jadi pemulung. Yaah, memang hidup saya dan keluarga ditunjang oleh barang-barang hasil mulung ini....Yang sangat saya harapkan semoga seluruh warga punya kesadaran untuk membuang sampah pada tempatnya, sehingga petugas kebersihan mudah untuk mengangkutnya dan membuangnya ke TPA (Tempat Pembuangan Akhir). Jadi kami sebagai pemulung bisa terkonsentrasi mulung di TPA itu," kata Partonem, seraya mencabut sebatang rokok murah dari dalam bungkusnya. Dan sebentar kemudian mulutnya kepus-kepus dengan asap rokok. ***