Sebagai anak rantau yang tinggal di Jogja, saya merasa punya hubungan khusus dengan jajanan murah meriah yang satu ini, yaitu "roti anget." Roti legendaris yang nggak cuma mengenyangkan, tapi juga mampu menyelamatkan tanggal tua. Dengan harga mulai dari Rp2.000 hingga Rp2.500 per biji, roti anget ini jadi pahlawan bagi mahasiswa kere macam saya. Bayangkan, di tengah hiruk-pikuk kuliah, tugas yang menumpuk, dan dompet yang makin tipis, datanglah suara khas yang terdengar dari kejauhan, "Roti angeeettt... roti angeeettt..." Suara itu seperti alarm kebahagiaan. Lucunya, meskipun suaranya nyaring, mencari penjual roti anget itu seperti berburu harta karun. Kadang terdengar jelas, tapi pas dicari, eh sudah hilang entah ke mana. Kenapa roti anget lebih cepat hilang dari mantan? Fenomena ini saya sebut sebagai anomali roti anget.
KEMBALI KE ARTIKEL