Kiai Zainal meninggalkan seorang istri, yakni Nyai Malihah, dan seorang putri, yaitu Neng Hafshah yang kini baru kelas tiga Aliyah. Jadi, dari segi keturunan, pesantren ini memang belum mempunyai penerus. Dari segi kader, penerus, asisten, badal, atau santri senior, di pesantren ini belum ada yang bisa menggantikan Kiai Zainal. Satu-satunya kegiatan yang sampai sekarang masih berjalan adalah pengajian kitab ‘Irsyadul ‘Ibad pada malam Senin dan kitab at-Targhib wat Targhib pada malam Kamis. Pengajian ini khusus untuk santri mahasiswa yang dipimpin Kang atau Abah Ruslan. Dia dulu adalah santri senior di pesantren ini, tapi sekarang sudah berkeluarga dan tinggal di kota.