Mohon tunggu...
KOMENTAR
Sosbud Pilihan

Di Persimpangan Gotong-Royong dan Pendidikan

18 Januari 2024   18:52 Diperbarui: 18 Januari 2024   19:02 99 3
  • Jikalau saya peras yang lima menjadi tiga, dan yang tiga menjadi satu maka dapatlah saya satu perkataan Indonesia tulen, yaitu perkataan "gotong-royong". 

  • Negara Indonesia yang kita dirikan haruslah negara gotong-royong! Alangkah hebatnya! Negara Gotong Royong! (tepuk tangan riuh rendah) "Gotong-Royong" adalah faham yang dinamis, lebih dinamis dari "kekeluargaan", saudara-saudara ! kekeluargaan adalah faham yang ststis, tetapi gotong-royong menggambarkan satu usaha, satu amal, satu pekerjaan, yang dinamakan anggota yang terhormat Soekardjo satu karyo satu gawe. 

  • Marilah kita menyelsaikan karyo, gawe, pekerjaan, amal ini, bersama-sama! Gotong-Royong adalah pembantingan tulang bersama, pemerasan keringat bersama, perjuangan bantu-binantu bersama.amal semua buat kepentingan semua, keringat semua buat kebahagiaan semua. 

  • Holopis-kultul-baris buat kepentingan bersama ! itulah gotong-royong ! Itu merupakan kutipan pidato Soekarno pada satu juni 1945 pada sidang BPUPKI, Suekarno jelas menyebutkan bahwa Gotong-royong adalah hal yang sangat mendasar, bahkan Gotong-royong bisa dimaknai sebagai perasan terakhir pancasila. 

  • Lalau bagaimana semangat gotong-royong dewasa ini, masihkah ada atau telah hilang?. Pendidikan merupakan salahsatu upaya membangun bangsa melalui transformasi nilai pada generasi bangsa untuk meningkatkan harkat dan martabat manusia. 

  • Target utama pendidikan adalah mampu meningkatkan keberdayaan dan kemandirian masyarakat yang tentunya itu harus dilakuakan secara kolaboratif antar stake-holder dengan cara bergotong-royong. 

  • Pendidikan harus terus memupuk dan menanam semangat gotong-royong dengan berbagai varian yang tentunya bisa diterima oleh generasi saat ini, tapi tidak hilang esensi. ilai-nilai seperti reflektif, percaya diri, rasional, logis, kritis, analitis, kreatif dan inovatif, mandiri, hidup sehat, bertanggung jawab, cinta ilmu, sabar, berhati-hati, rela berkorban, pemberani, dapat dipercaya, jujur, menepati janji, adil, rendah hati, malu berbuat salah, pemaaf, berhati lembut, setia, bekerja keras, tekun, ulet/gigih, teliti, berinisiatif, berpikir positif, disiplin, antisipatif, inisiatif, visioner, bersahaja, bersemangat, dinamis, hemat/efisien, menghargai waktu, pengabdian/dedikatif, pengendalian diri, produktif, ramah, cinta keindahan (estetis), sportif, tabah, terbuka, tertib. Harus terus di ajarkan dan di praktikan. 

  • Kita sudah tidak bisa menampik bahwa kemajuan jaman banyak membawa pengaruh negatif dalam moralitas anak muda, tapi kita tidak bisa serta merta mengkambinghitamkan teknologi begitu saja, tapi harus ada usaha yang gigih dan berimbang dalam melawan pengaruh negatif terknologi terhadap moralitas anak bangsa. 

  • Pada level rendah budaya gotong royong seperti menengok teman yang sedang sakit, membersihkan lingkungan bersama, sampai pada level dewasa mengurus pemakaman tetangga secara bersama-sama tanpa meminta imbalan harus terus di jaga sebagi api gotong-royong. 

  • Praktik tidak mau bertanya pada orang disekitar kita dengan penuh mengandalkan kemampuan teknologi untuk menjawab pertanyaan kita, adalah embrio krakter apatis yang sangat ampuh menghancurkan jiwa ke ngotong-royongan kita. 

  • Kalau kita mau menelisik lebih dalam hampir rata-rata rumah adat di Indonesia dari berbagai daerah mempunyai ukuran yang cukup besar, dan selalu dalam pembuatannya melalui proses yang cukup panjang dan membutuhkan banyak orang. 

  • Hal ini didasari ukan karena tidak ada teknologi yang bisa melakukannya secara efisien dan efektif tapi itu gambaran kebudayaan luhur kita yang menjujung tinggi nilai-nilai kebersamaan, dan budaya itu masih ada di berbagai suku di nusantara ini.
KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun