Jika seseorang tidak makan selama satu hari satu malam atau tidak makan diwaktu-waktu biasa makan, pasti rasa lapar akan muncul. Oxford English Dictionary mendefinisikan lapar sebagai rasa gelisah atau sakit disebabkan karena ketiadaan atau kekurangan makanan di suatu negara.
Lapar dialami oleh semua makhluk hidup di dunia. Tidak hanya manusia, lapar juga dirasakan oleh hewan, tumbuhan, jamur, protista, dan mikroba ketika tidak mendapat asupan makanan.
Kelaparan menjadi masalah pelik di bumi yang semakin tua dengan jumlah manusia yang semakin banyak. Menurut data Food and Agricultural Organization (FAO) sekitar 828 juta orang di dunia mengalami kelaparan pada tahun 2021.
Kasus kelaparan tersebut tersebar di wilayah seperti Afrika, Asia Timur, Asia Tenggara, Asia Selatan, Amerika Latin, Karibia dan Oceana. Makanan yang menjadi hak setiap manusia ternyata masih belum mencukupi kebutuhan semua orang.
Mereka yang kaya bisa mendapatkan makanan sehat 3 kali sehari bahkan lebih. Sedangkan yang miskin harus berjuang keras untuk mendapatkan makanan meski cukup untuk sekali dalam sehari.
Kelaparan dapat digolongkan menjadi 2, pertama kekurangan kalori dan protein, kedua kekurangan mikronutrien (mineral dan vitamin). Kekurangan kalori dapat menyebabkan malnutrisi dengan sebutan penyakitnya adalah marasmus atau kwashiorkor. Penderita marasmus memiliki tubuh yang kurus, berat badan yang ringan dan tulang rusuknya mudah terlihat.
Sedangkan kekurangan mikronutrien mengalami berbagai penyakit sesuai jenis mikronutriennya. Kekurangan vitamin A menyebabkan kebutaan, kekurangan iodin menyebabkan penyakit gondok, kekurangan Fe menyebabkan anemia dan lain sebagainya.
Kedua jenis kelaparan tersebut memicu kasus stunting di Indonesia. Sebagai informasi, prevalensi stunting Indonesia tahun 2022 masih dalam kategori tinggi yaitu 21,6%. Menurut tulisan Khusnul Kholifah (klik disini) di Kompasiana.com, diperlukan upaya menurunkan 3,8% prevalensi stunting setiap tahunnya untuk menargetkan prevalensi stunting menjadi 14% pada tahun 2024.
Kelaparan yang terjadi di beberapa negara disebabkan oleh faktor diantaranya kemiskinan, jumlah penduduk yang terlalu banyak, perubahan iklim yang tak menentu, harga pangan yang mahal, terjadi perang, dan pendidikan yang rendah.
Pendidikan yang rendah memberikan dampak cukup signifikan. Pendidikan yang lebih baik akan memunculkan solusi untuk mengatasi masalah jumlah penduduk yang banyak, perubahan iklim, harga pangan yang mahal dan masalah-masalah lainnya yang dapat menimbulkan kelaparan.
Disisi lain, lapar menjadi suatu keberkahan ketika masa puasa tiba, baik itu puasa wajib ramadhan maupun puasa sunah (daud dan senin-kamis). Puasa adalah aktivitas (ibadah) menahan lapar dalam rentang waktu tertentu dengan niatan menjalankan perintah Tuhan. Jam biologis makan manusia berubah ketika puasa.
Waktu makan direkayasa untuk menahan lapar selama sekitar 16 jam. Rasa lapar pun hilang begitu niat telah dimantapkan dalam hati. Puasa mempunyai nilai sosial yang sangat tinggi, dimana ada upaya untuk merasakan bagaimana rasa lapar dialami orang lain yang kurang beruntung.
Teringat waktu kecil, ketika lapar melanda maka tak ada keraguan untuk mengutarakan rasa lapar kepada ibu dan ayah (orang tua) tercinta. Maka dengan segenap upaya orang tua akan mencarikan makanan untuk anaknya.
Ada yang tinggal membuka kulkas atau lemari maka dengan mudah makanan diberikan kepada anaknya. Namun ada pula yang harus bersusah payah, bahkan sampai mengais sisa makanan dari sampah demi menghilangkan rasa lapar anak tercinta.
Masa dewasa tiba, rasa malu pun muncul ketika harus terus menggantungkan diri kepada orang tua. Rasa lapar yang muncul merangsang akal seseorang untuk berpikir bagaimana mengatasi lapar secara mandiri. Kerja.
Bekerja adalah upaya mandiri yang dapat dilakukan seseorang untuk mengatasi masalah kelaparan. Segala upaya akan dilakukan seseorang ketika mengalami rasa lapar.
Jika tidak kuat dengan godaan maka cara terlarang pun dilakukan seperti mencuri, merampok dan lain sebagainya. Namun, bagi mereka yang cerdas, rasa lapar akan memunculkan ide-ide kreatif untuk menciptakan usaha atau mendapatkan pekerjaan.
Lapar yang dialami sehari-hari adalah lapar dalam pengertian jasmani. Ada yang lebih berbahaya dari sekadar laparnya jasmani, yaitu laparnya rohani. Ketika rohani merasa kelaparan, dibiarkan tanpa diberi asupan maka yang ada adalah kerasnya hati.
Hati yang mengeras membuat seseorang dipenuhi aura negatif. Hati juga membutuhkan asupan agar tidak kelaparan. Laparnya hati akan membuat seseorang tak mampu mengatasi laparnya jasmani.
Bisa jadi seseorang dapat mengatasi laparnya jasmani tapi dengan cara-cara yang kurang tepat. Namun jika jasmani yang lapar dalam keadaan hati yang senantiasa dipenuhi santapan ruhani maka itu lebih baik.
Ada banyak hal yang dapat dibahas tentang lapar. Lapar bisa mendewasakan juga bisa membuat kekanak-kanakan. Lapar juga dapat menguji seberapa dekat seseorang dengan Tuhan. Lapar mengajarkan kepada kita tentang arti kepedulian. Lapar merupakan naluri manusia.