Mohon tunggu...
KOMENTAR
Money

Tatkala Pembeli Dilarang Menawar

11 Agustus 2012   04:12 Diperbarui: 25 Juni 2015   01:57 408 0

Beberapa hari yang lalu di bulan puasa ini saya menginjakkan kaki di pasar payakumbuh. Kesempatan kali itu dikarenakan teman saya meminta menemaninya untuk berbelanja disana.

Dari awal sebenarnya saya memang hanya bermaksud untuk mengantarkannya saja. Sekalian ngabuburit atau menunggu waktu berbuka puasa tiba. Juga sekalian jalan-jalan sore menikmati suasana kota yang lumayan macet dan padat di sore hari suasana puasa seperti ini.

Kami berangkat ke pasar sekitar pukul 16.30 WIB. Agak terburu-buru dan kekurangan waktu sepertinya kami nantinya di pasar. Waktu yang hanya tinggal beberapa jam saja itu sepertinya tidak cukup untuk berkeliling pasar dan mencari-cari sepuasnya barang yang akan dicari teman.

Namun kami tetap berangkat. Teman saya sudah siap-siap dari tadi. Tampilan dan gayanya sudah oke. Sayang kalau dibatalkan.. :D

Kami masuk keluar masuk gang-gang yang ada di pasar. Berkeliling dan sekali-kali mampir ke toko yang menjual barang yang dituju teman. Tapi setelah beberapa kali putaran si teman malah belum menemukan ada yang cocok sesuai keinginannya. Lalu tujuan terakhir adalah ke toko tempat temannya teman tadi bekerja. Untunglah di toko itu barang yang dicari ada dan sesuai keinginan. Mereka pun bertransaksi sore itu juga.

Lalu setelah itu kami berniat langsung balik ke rumah saja. Karena waktu yang tersisa tinggal sedikit sekali. Sebentar lagi waktu berbuka akan masuk.jadi kami harus buru-buru meninggalkan pasar.

Tapi ternyata saya masih ada keperluan lagi. Tiba-tiba saya berkeinginan untuk membeli buah jeruk. Rasanya pasti segar dimakan saat berbuka. Sekalian untuk memperbaiki gizi karena sudah lama tidak makan buah jeruk.. He he he..

Teman saya suruh tinggal di tempat ia memarkirkan kendaraannya saja. Supaya tidak merepotkan dan tidak berlama-lama nantinya. Karena yang saya tuju memang hanya buah jeruk saja. Jadi pasti hanya sebentar waktu yang diperlukan untuk mendapatkan sekilo jeruk..

Kemudian saya bergegas bergerak menuju lapak yang menjual buah jeruk. Tujuan saya adalah seorang pemuda di ujung jalan. Kira-kira umurnya baru sekitar 32 tahunan.

Lalu saya langsung bertanya dan mencoba sedikit menawar.

“Yang ini berapa bang?” Sambil menunjuk onggokan jeruk.

“itu 12” (maksudnya Rp 12.000)

“Kalo yang ini bang?”

“Itu 14”

“Saya mau yang ini bang tapi 12 aja ya?” Sambil berharap kebaikan hatinya.

“Itu namanya kau bukan menawar!” Dengan suara yang terdengar aneh dan tampilan wajah yang kasar.

Saya menjadi sedikit kecewa dan juga merasa aneh. Kok bisa-bisanya ya penjual berbuat seperti itu pada pembelinya? Setelah mendengar penjual berkata seperti itu, saya tak mau mengeluarkan satu katapun dari mulut saya. Lalu saya langsung bergegas meninggalkannya dan menuju lapak penjual jeruk yang tidak jauh dari lapaknya.

Di lapak yang baru itu saya dilayani oleh bapak-bapak. Layanannya cukup baik. Saya memutuskan untuk bertransaksi disana saja. Sekilo jeruk pun sudah ada ditangan dan akan saya bawa pulang. Pelayanannya sangat berbeda dengan pemuda tadi.

Kemudian saya menuju tempat teman saya menunggu tadi. Lalu kami pun bergerak pulang menuju rumah untuk berbuka.

Diperjalanan lagi-lagi saya merasa heran kok bisa-bisanya ya penjual berbuat seperti itu pada pembelinya? Apakah zaman sekarang ini pembeli memang sudah tidak boleh untuk menawar? Jika demikian untuk apa lagi keberadaan pasar tradisional? Mungkin akan lebih baik dan nyaman kiranya jika pembeli berbelanja di pasar modern. Harganya sudah ditentukan. Pembeli tinggal ambil dan membayarnya di kasir. Tidak ada istilah tawar menawar disana.

Tapi ini kan pasar tradisional. Budaya tawar menawar masih berjalan dengan baik. Memang saya hanya menemukan layanan buruk saat membeli jeruk tadi. Sedangkan di tempat atau di toko lain tidak demikian.

Apakah itu efek dari berpuasa? Tak mungkin… orang yang berpuasa tidak akan berbuat seperti itu. Padahal ia masih muda.. Tapi sikapnya kasar.. Sangat disayangkan memang..

Kondisi seperti itu memang sangat disayangkan. Karena hanya akan menjauhkan si penjual dari sumber rezeki. Jika sikapnya seperti itu pada pembeli maka hanya akan membuat pembeli enggan untuk berbelanja di tempatnya. Otomatis rezekinya mungkin akan berkurang. Saya pribadi memang enggan untuk mampir di lapak pemuda tadi. Insyaallah saya tidak akan pernah mampir lagi kesana.

Sepertinya istilah “pembeli adalah raja” saat ini semakin pudar maknanya. Jika penjual masih memegang istilah itu pasti penjual akan menghargai hak pembeli untuk melakukan budaya tawar menawar.

Menawar adalah hak pembeli. Penjual harap maklum. Karena pembeli tentu ingin mendapatkan tawaran harga yang pas dengan mendapatkan barang yang sesuai harapan yang diinginkan pembeli. Jadi.. Tak ada larangan sama sekali bagi pembeli untuk menawar terlebih dahulu..

Salam.. (BAR)

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun