1. Niat mereka sebenarnya bagus yaitu dakwah, dengan menggunakan wasilah partai mereka berharap menjadikan masyarakat kita menjadi masyarakat madani (santun, beradab, berkeadilan dan hal positif lainnya). Niat harusnya menjadi pondasi tangguh dalam partai berbasis dakwah ini. Akan tetapi mereka lupa dalam kenyataannya setiap partai pasti ada individu-individu yg salah niat, jadi koreksi untuk mereka "luruskan kembali niat utk berdakwah lewat partai" supaya cita-cita bersama yg bagus itu bisa terwujud.
2. Ucapan, perkataan kelompok yg agamis seharusnya lebih santun dan lebih berahati-hati, ibarat pepatah "mulutmu harimau-mu". Kita lihat kenyataannya perkataan petinggi PKS yg terkesan "kasar" menyerang KPK sekarang terkesan "melemah", statemen yg terkesan "melindungi" contoh kasus LHI sekarang tekesan "membuang", ucapan yang tidak konsisten ini justru membuat bumerang bagi mereka. Oleh karenanya Perbaiki ucapan/statemen ke publik supaya PKS bisa membangun komunikasi publik yg baik "bila perlu rekrut jubir sekalem "johan budi" :).
3. Perbuatan, inilah titik temu antara niat dan ucapan. Ketika PKS mengeluarkan slogan bersih, peduli, tambahan penulis "sederhana", maka yang akan menentukan selaras atau tidaknya slogan itu adalah tindakan nyata. Celoteh masyarakat "Bersih ko korupsi juga", "Peduli penegakan hukum ko melawan KPK". Terkait kasus LHI dan sahabatnya AF, slogan itu terasa "tersobek-sobek" sehingga muncul persepsi itu hanya "jargon kemunafikan". Saran bagi mereka, bersikaplah sederhana untuk menyelaraskan niat, ucapan dan prilaku supaya tidak tergelincir kepada visi awal berpartai.
Tanggapan diatas hanya opini dan masih butuh koreksi, karena apapun juga PKS tetap aset bangsa yg didalamnya terdapat individu-individu yg masih ber-KTP indonesia :) "Surat cinta" ini sebagai bukti bahwa cinta kasih dan kesederhaan akan membuat segalanya menjadi lebih baik.
Salam persatuan dan kedamaian dari pojok kampung!