Mohon tunggu...
KOMENTAR
Healthy Pilihan

Perbedaan Gangguan Bipolar Dengan Depresi, Antara Marshanda dan Robin Williams

13 Agustus 2014   10:25 Diperbarui: 18 Juni 2015   03:40 983 0
Secara biopsikologi, pada dasarnya manusia bersifat bipolar. Kadar dan atau kemampuan mengendalikan ke-bipolar-an lah yang membedakan antara manusia yang normal dengan manusia penderita gangguan bipolar.

Cirikhas penderita gangguan bipolar adalah moodnya yang relatif cepat berubah-ubah dan bersifat ekstrim.

Dalam satu masa ia begitu gembira, bergairah (exciting), namun tidak berapa lama kemudian, katakanlah dalam beberapa jam, ia menjadi murung, menahan tangis atau melepaskan tangisnya. Setelah berapa lama kemudian ia kembali terlihat gembira.

Proses itu berlangsung berulangkali dalam kehidupan sehari-harinya. Tingkat keparahan penyakit ini bisa dilihat dari frekuensi terjadinya proses tersebut.

Emosi yang tidak stabil adalah ungkapan yang tepat bagi penderita gangguan bipolar, emosi yang berakibat negatif bagi kesehatan dan kehidupan sosialnya.

Penyebab gangguan bipolar ini cukup kompleks, merupakan kombinasi dari beberapa faktor seperti adanya sesuatu yang tidak normal di bagian otaknya yang memang berasal dari sononya (genetis), peristiwa-peristiwa sosial yang tidak menyenangkan (traumatik) dan akibat dari gaya hidup yang tidak sehat misalnya jarang atau tidak bernah berolah raga, mengkonsumsi makanan-makanan yang relatif tidak sehat (junk food) dsb.

Lalu bagaimana dengan depresi?

Depresi jelas sangat berbeda dengan gangguan bipolar, namun keduanya saling terkait. Depresi merupakan bagian dari penyakit gangguan bipolar, sementara penderita depresi belum tentu mengalami gangguan bipolar.

Secara sederhana, depresi adalah penyakit kejiwaan yang ditandai dengan kehilangan semangat hidup, perasaan yang tertekan, kesedihan yang berlarut-larut yang merupakan akibat dari akumulasi peristiwa-peristiwa tertentu yang membuat stres.

Secara umum, moodnya relatif stabil (mood yang negatif), cenderung pendiam, pemurung, suka menyembunyikan atau menutup-nutupi kesedihannya (di depan umum terlihat gembira), tidak atau jarang melakukan aktivitas-aktivitas sosial, dan cenderung melarikan diri ke dalam kegiatan-kegiatan yang negatif yang dapat menimbulkan kecanduan seperti narkoba, alkohol dan gaming.

Namun tidak sedikit juga penderita depresi yang akhirnya juga mengalami gangguan bipolar.

Antara Marshanda dan Robin Williams

Saya setuju dengan pandangan atau psikoanalisis pasif yang dilakukan oleh dr Wahyu Asmara terhadap Marshanda yang dituangnya ke dalam artikel, "Gangguan Bipolar Marshanda Makin Terlihat di Just Alvin", yang selaras juga dengan penelaahan saya terhadap berita-berita terkait Marshanda.

Sedangkan informasi-informasi yang saya gali dari berbagai sumber, Robin Williams juga diduga sebagai penderita gangguan bipolar, namun berbeda dengan Marshanda, gangguan bipolar Robin Williams disertai gangguan depresi yang sangat berat hingga menyebabkan ia membunuh dirinya sendiri.

Mengenai Marshanda, saya khawatir pemberitaan dan perbincangan sosial mengenai masalahnya yang mustahil dicegah, malah membuat ia semakin tertekan, membawanya pada tingkat depresi yang tidak sanggup dipikulnya.

Semoga pihak-pihak terkait, keluarga dekatnya, dan terutama dirinya sendiri bisa membantu dirinya untuk bertahan, sabar dan tabah menghadapi masalah yang sedang dipikulnya.

Terkait hal ini, saya sangat setuju dengan pendapat Imam Prasetyo berupa nasehat-nasehat agama yang disampaikannya dalam artikel, "Depresi: Antara Robin William dan Marshanda", dengan pendapat Ellen Maringka, "Tentang Waktu dan Esensi Kehidupan" dan dengan pendapat teman-teman Kompasianer lainnya bahwa kunci bertahan hidup dari tekanan-tekanan kehidupan adalah bersyukur dan berbuat kebaikan.

Dalam kesempatan ini saya turut menyampaikan dukacita atas meninggalnya Robin Williams...

Salam Hangat Sahabat Kompasianers...

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun