Pengelolaan pengunjung dalam perkembangan pengelolaan pengunjung di Indonesia sangat perlu di berlakukan juga diberikan pemahaman khususnya untuk sektor destinasi pariwisata. Pada hakikat pengelolaan pariwisata pada destinasi tidak bisa dipisahkan untuk segala kegiatan yang mendukung pada sektor pariwisata, menurut beberapa ahli menyimpulkan beberapa pendapatnya tentang pengelolaan pariwisata salah satunya menurut Tery (2013), menyatakan bahwa pengelolaan merupakan terjemahan dari kata "management".Kita bisa ambil contohnya dalam ketiga destinasi dari: Pulau Lombok ( Gili Trowongan ) Gunung Rinjani dan Taman Nasional Bunaken. Jika dilihat dan dibandingkan bisa dikatakan relevan ke dalam topik rancangan pengelolaan dan perkembangan pengunjung karena sama menghadapi tantangan namun penanggulangan dalam mengelola jumlah pengunjung, pertahanan kualitas lingkungan dan memastikan keberlanjutan jangka panjangnya.Pengelolaan Pulau Lombok, terutama Gili Trawangan, serta Taman Nasional Bunaken, menawarkan berbagai perspektif tentang bagaimana menyeimbangkan pariwisata dengan pelestarian lingkungan. Diskusi mengenai hal ini mengungkapkan tantangan yang dihadapi serta peluang yang bisa dimanfaatkan dalam pengembangan pariwisata berkelanjutan.Dampak Pariwisata dan Masalah LingkunganDi Gili Trawangan, pertumbuhan pariwisata terjadi dengan sangat cepat dan tanpa perencanaan yang matang. Perubahan ini berdampak besar pada masyarakat lokal, yang sebelumnya mengandalkan pertanian dan perikanan sebagai sumber utama pendapatan. Dengan meningkatnya jumlah wisatawan, banyak penduduk yang beralih ke sektor pariwisata, mengubah pola hidup dan kegiatan ekonomi mereka. Meskipun hal ini dapat meningkatkan pendapatan, konsekuensi jangka panjangnya terhadap lingkungan sangat signifikan.Penelitian yang dilakukan oleh Hampton & Hampton (2009) mengungkapkan bahwapertumbuhan pariwisata yang tidak dikelola dengan baik dapat menyebabkan kerusakan serius pada ekosistem lokal. Pencemaran, penurunan kualitas air, dan hilangnya keanekaragaman hayati menjadi beberapa masalah yang muncul akibat aktivitas pariwisata yang tidak berkelanjutan.Di sisi lain, Taman Nasional Gunung Rinjani juga menghadapi tantangan yang serupa. Aktivitas ekowisata yang terus meningkat sering kali melampaui kapasitas daya dukung lingkungan taman nasional tersebut.untuk mencatat bahwa dampak dari lonjakan pengunjung menyebabkan kerusakan pada sumber daya alam dan memperburuk masalah pengelolaan sampah kita bisa melihat kurva kenaikan pengunjung dan melakukan perbandingan dari jumlah sebelumnya. Kenaikan jumlah wisatawan tanpa adanya pengaturan yang tepat mengakibatkan kerusakan habitat dan erosi tanah, yang pada gilirannya dapat mengurangi keindahan alami dan keanekaragaman hayati di area tersebut.Kedua contoh ini mencerminkan dampak pentingnya perencanaan yang matang dalam pengembangan pariwisata. Tanpa strategi yang jelas dan pengelolaan yang berkelanjutan, pertumbuhan pariwisata dapat menjadi bumerang bagi lingkungan dan masyarakat lokal.Tidak hanya masyarakat namun kenyamanan yang di rasakan pengunjung akan kurang dan rating atau penilaian di media sosial akan mempengaruhi. Juga Pendekatan yang tidak terencana dapat mengarah pada dampak negatif yang dapat berlangsung lama, mengancam keberlanjutan ekosistem dan kesejahteraan penduduk.Apakah peran masyarakat setempat penting ?Penting untuk melibatkan masyarakat lokal dalam proses perencanaan dan pengelolaan pariwisata. Ketika masyarakat diberdayakan dan dilibatkan, mereka dapat berkontribusi dalam menjaga lingkungan sekaligus mendapatkan manfaat dari perkembangan sektor pariwisata. Keterlibatan ini tidak hanya memperkuat rasa memiliki terhadap sumber daya alam, tetapi juga meningkatkan kesadaran akan pentingnya pelestarian lingkungan. Dengan cara ini, pariwisata dapat berkembang dengan lebih bertanggung jawab, sehingga membawa manfaat ekonomi tanpa mengorbankan kesehatan lingkungan.Dalam konteks ini, perencanaan yang berbasis pada data dan pemahaman yang mendalam tentang ekosistem sangat penting. Upaya untuk membatasi jumlah pengunjung, pengelolaan limbah yang baik, dan program edukasi untuk wisatawan dapat menjadi langkah-langkah yang efektif untuk mengurangi dampak negatif. Selain itu, kerjasama antara pemerintah, lembaga swadaya masyarakat, dan masyarakat lokal juga dapat memperkuat strategi pengelolaan yang berkelanjutan.Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa tantangan yang dihadapi oleh Gili Trawangan dan Taman Nasional Gunung Rinjani mencerminkan perlunya pendekatan yang lebih terintegrasi dan berkelanjutan dalam pengembangan pariwisata. Hanya dengan merencanakan dan mengelola pariwisata secara bijaksana, kita dapat memastikan bahwa keindahan alam dan warisan budaya tetap terjaga untuk generasi mendatang.Setelah mengetahui dampak dalam study case diatas kita bisa mengetahui penting dan diperlukannya perencanaan yang matang juga memikirkan dampak serta kelonjakan yang terjadi akan seperti apa.Pulau Lombok, terutama Gili Trawangan, menawarkan berbagai daya tarik dan atraksi yang menjadikannya salah satu destinasi wisata populer di Indonesia. Berikut adalah beberapa keunggulan utama yang dapat ditemukan di sana:1.Keindahan AlamPantai Pasir Putih: Gili Trawangan terkenal dengan pantainya yang bersih dengan pasir putih dan air laut yang jernih. Pemandangan di pantai-pantai ini sangat memukau, terutama saat matahari terbenam.Terumbu Karang: Gili Trawangan memiliki terumbu karang yang indah, sehingga menjadi tempat populer untuk snorkeling dan menyelam. Pengunjung dapat melihat berbagai spesies ikan tropis dan kehidupan laut lainnya.2.Aktivitas BahariSnorkeling dan Diving: Dengan perairan yang jernih dan terumbu karang yang kaya, snorkeling dan diving merupakan daya tarik utama di Gili Trawangan. Spot snorkeling populer seperti "Turtle Point" sering menarik wisatawan untuk melihat penyu laut.Aktivitas Perairan Lainnya: Selain snorkeling dan diving, wisatawan juga dapat mencoba aktivitas lain seperti paddleboarding, kayak, dan surfing di pantai-pantai sekitar Gili Trawangan.3.Pemandangan Matahari Terbit dan TerbenamPulau ini adalah tempat yang ideal untuk menikmati pemandangan matahari terbit dan terbenam. Banyak wisatawan yang memanfaatkan momen ini untuk berfoto atau hanya bersantai menikmati suasana alam.4.Wisata Budaya dan Tradisi LokalPasar Malam: Di Gili Trawangan, terdapat pasar malam yang ramai dengan makanan lokal dan suvenir. Ini menjadi tempat yang bagus untuk merasakan makanan tradisional dan berinteraksi dengan penduduk setempat.Upacara Adat: Walaupun Lombok dan Gili Trawangan lebih dikenal dengan wisata baharinya, pengunjung juga dapat menyaksikan beberapa upacara adat dan festival lokal yang diadakan di wilayah sekitar.5.Kehidupan Malam yang MeriahGili Trawangan terkenal dengan kehidupan malamnya yang ramai. Banyak bar dan restoran tepi pantai yang menyelenggarakan acara malam hari dengan musik live, DJ, dan pesta pantai.6.Lingkungan Bebas Kendaraan BermotorGili Trawangan adalah pulau yang bebas dari kendaraan bermotor. Wisatawan dapat menjelajahi pulau dengan berjalan kaki, menggunakan sepeda, atau menaiki cidomo (kereta kuda), yang memberikan pengalaman wisata yang unik dan ramah lingkungan.PARIWISATA BERKELANJUTAN DAN PENGELOLAAN DESTINASIPengelolaan pariwisata yang efektif menjadi kunci dalam mencapai tujuan Indonesia Emas 2045, yaitu pertumbuhan ekonomi berkelanjutan yang memperhatikan kesejahteraan masyarakat dan kelestarian alam. pengelolaan di deskripsikan sebagai proses yang melibatkan perencanaan, pelaksanaan, dan pengawasan terhadap sumber daya yang ada.Dalam konteks pariwisata, pengelolaan destinasi meliputi pengaturan jumlah pengunjung, pembangunan infrastruktur yang ramah lingkungan, dan menjaga keseimbangan antara kebutuhan wisatawan dan pelestarian ekosistem lokal.Dampak Pariwisata dan Tantangan Lingkungan1.Gili Trawangan: Potret Pertumbuhan Wisata Tanpa Perencanaan MatangGili Trawangan, salah satu pulau kecil di Lombok, telah mengalami lonjakan pengunjung dalam beberapa dekade terakhir. Sebelumnya, masyarakat lokal Gili Trawangan mengandalkan sektor pertanian dan perikanan sebagai mata pencaharian utama. Namun, dengan hadirnya wisatawan, mereka beralih ke sektor pariwisata. Meski memberikan keuntungan ekonomi, perubahan ini juga membawa dampak negatif yang serius bagi lingkungan, seperti pencemaran, penurunan kualitas air, dan kerusakan terumbu karang.Studi Kasus: menyoroti bahwa pertumbuhan pariwisata yang tidak terkontrol di Gili Trawangan telah menyebabkan eksploitasi sumber daya alam secara berlebihan.Pembangunan penginapan, restoran, dan fasilitas pariwisata lainnya dilakukan tanpa memperhatikan dampak terhadap lingkungan. Hasilnya, Gili Trawangan kini menghadapi tantangan dalam menjaga kebersihan air laut serta pelestarian terumbu karang yang rusak akibat limbah wisatawan dan pembangunan.Solusi Pengelolaan: Beberapa inisiatif mulai dijalankan, seperti proyek pelestarian penyu dan upaya pembersihan pantai secara rutin. Namun, diperlukan lebih banyak kebijakan dari pemerintah daerah yang bersinergi dengan masyarakat dan pengusaha lokal untuk mengatasi masalah ini. Pembatasan jumlah pengunjung, pengelolaan limbah yang lebih baik, dan edukasi wisatawan tentang pentingnya menjaga lingkungan adalah langkah awal yang penting.2.Gunung Rinjani: Antara Keindahan Alam dan Beban WisatawanGunung Rinjani, salah satu ikon wisata alam di Indonesia, juga menghadapi masalah serupa. Sebagai destinasi populer bagi pendaki dan pecinta alam, Gunung Rinjani mengalami lonjakan jumlah wisatawan yang melampaui kapasitas daya dukung lingkungan. Dampak negatif dari pertumbuhan ini termasuk erosi tanah, kerusakan vegetasi, dan peningkatan limbah di area pendakian.Studi Kasus: Gunung Rinjani mengalami masalah serius terkait pengelolaan sampah. Banyak pendaki yang meninggalkan sampah di sepanjang jalur pendakian, yang pada gilirannya mengancam keindahan alami serta kesehatan ekosistem pegunungan. Kurangnya infrastruktur pengelolaan sampah yang memadai dan pengawasan terhadap perilaku wisatawan juga memperburuk kondisi ini.Solusi Pengelolaan: Pemerintah dan organisasi non-pemerintah mulai bekerja sama untuk memperkenalkan sistem registrasi wisatawan dan batasan jumlah pendaki yang diizinkansetiap hari. Langkah lain termasuk kampanye kesadaran lingkungan bagi pendaki dan penambahan fasilitas pengelolaan sampah di sepanjang jalur pendakian. Dengan pendekatan yang lebih berkelanjutan, Gunung Rinjani diharapkan dapat tetap menjadi destinasi yang menarik tanpa mengorbankan kelestarian alamnya.Taman Nasional Bunaken: Perlindungan Terumbu Karang dan Manajemen PengunjungTaman Nasional Bunaken adalah salah satu situs penyelaman terbaik di dunia dengan keanekaragaman hayati laut yang menakjubkan. Namun, popularitasnya sebagai destinasi wisata bahari juga membawa tantangan besar dalam hal pelestarian lingkungan laut. Aktivitas diving dan snorkeling yang tidak diatur dengan baik dapat merusak terumbu karang, yang merupakan rumah bagi berbagai spesies laut.Studi Kasus: Pada 2010, Taman Nasional Bunaken menghadapi ancaman dari pertumbuhan pariwisata yang pesat, dengan banyaknya wisatawan yang tidak disertai dengan edukasi lingkungan. Terumbu karang rusak akibat penyelam yang tidak berpengalaman serta pembuangan limbah dari perahu wisata.Solusi Pengelolaan: Pemerintah dan komunitas lokal mulai menerapkan aturan yang lebih ketat terkait aktivitas penyelaman dan snorkeling. Pengunjung kini harus mengikuti pelatihan singkat tentang konservasi laut sebelum menyelam. Selain itu, pembatasan jumlah wisatawan yang diizinkan untuk menyelam dalam satu waktu juga diberlakukan untuk mengurangi tekanan terhadap ekosistem laut.3.Pentingnya Pelibatan Masyarakat Lokal dalam Pengelolaan DestinasiPengelolaan destinasi yang berkelanjutan tidak akan efektif tanpa keterlibatan masyarakat lokal. Masyarakat setempat memiliki pengetahuan mendalam tentang kondisi lingkungan mereka, dan mereka juga yang akan merasakan dampak langsung dari pariwisata, baik itu positif maupun negatif.Partisipasi Masyarakat di Gili Trawangan: Di Gili Trawangan, beberapa inisiatif berbasis masyarakat sudah mulai berjalan, seperti program pelestarian penyu dan kegiatan pembersihan pantai secara rutin. Namun, tantangan utama adalah kurangnya dukungan dari pemerintah lokal dalam menyediakan infrastruktur yang memadai. Untuk memaksimalkan kontribusi masyarakat, perlu adanya pelatihan tentang pengelolaan pariwisata berkelanjutan dan mekanisme bagi masyarakat untuk berpartisipasi secara aktif dalam proses perencanaan pariwisata.Kolaborasi di Gunung Rinjani: Di Gunung Rinjani, komunitas lokal, pemerintah, dan organisasi lingkungan bekerja sama untuk mengelola wisatawan yang semakin meningkat. Pendekatan ini melibatkan masyarakat lokal dalam kegiatan konservasi, seperti penanaman kembali vegetasi yang rusak dan pemeliharaan jalur pendakian.4.Perencanaan Pariwisata Berkelanjutan Berbasis DataPerencanaan pariwisata yang efektif harus berbasis pada data yang akurat dan pemahaman mendalam tentang ekosistem yang ada. Misalnya, data jumlah pengunjung yang diizinkan di setiap destinasi dapat membantu mencegah over-tourism, yang sering kali menjadi penyebab utama kerusakan lingkungan.Gunung Rinjani: Pemantauan Jumlah Pengunjung Sistem pemantauan dan registrasi pendaki di Gunung Rinjani membantu mengontrol lonjakan jumlah wisatawan dan melindungi sumber daya alam dari eksploitasi berlebihan. Dengan demikian, kapasitas lingkungan dapat dijaga tanpa mengurangi pengalaman wisata yang berkualitas bagi para pengunjung.5.Masa Depan Pariwisata Indonesia: Menuju Pariwisata Berkualitas dan BerkelanjutanPariwisata di Indonesia memiliki potensi besar untuk menjadi pendorong ekonomi, namun pertumbuhannya harus dikelola dengan bijak. Masa depan pariwisata Indonesia tidak hanya bergantung pada jumlah wisatawan yang datang, tetapi juga pada kualitas pengalaman yang ditawarkan dan dampak jangka panjang terhadap lingkungan serta masyarakat.Dengan menerapkan strategi pengelolaan yang berkelanjutan dan melibatkan berbagai pemangku kepentingan, Indonesia dapat memastikan bahwa destinasi wisatanya tetap menarik dan lestari bagi generasi mendatang. Gili Trawangan, Gunung Rinjani, dan Taman Nasional Bunaken adalah contoh nyata dari pentingnya perencanaan pariwisata yang matang untuk menjaga keseimbangan antara kepentingan ekonomi, sosial, dan lingkungan.UPAYA YANG PERLU KITA LAKUKAN SAAT INGIN MEMBUAT ATAU MENGELOLA SUATU DESTINASI WISATA:A.MENGETAHUI BAGAIMANA TATA LETAK LOKASI DI TEMPAT DESTINASITata letak lokasi memiliki pengaruh signifikan terhadap pengembangan pariwisata dan dampaknya terhadap lingkungan. Kita bisa ambil dalam akses dan mobilitas pada Tata letak yang strategis dapat meningkatkan aksesibilitas bagi wisatawan. Lokasi yang dekat dengan jalur transportasi utama, seperti pelabuhan atau bandara, akan memudahkan pengunjung untuk menjangkau destinasi. Namun, jika tata letak ini tidak dikelola dengan baik, bisa mengakibatkan kerumunan dan tekanan yang berlebihan pada infrastruktur lokal. Misalnya, Gili Trawangan yang memiliki akses mudah dari Lombok sering kali mengalami lonjakan pengunjung yang menyebabkan kepadatan, menciptakan masalah parkir, dan meningkatkan produksi sampah.B.MENGHITUNG DAN MEMPERKIRAKAN JUMLAH KAPASITAS WISATAWANTujuan menghitung kapasitas wisatawan agar meminimalisir kelebihan wisatawan. Contohnya misalnya: destinasi hanya mampu 70% untuk kapasitasnya namun lonjakan dihari libur tidak di perhitungkan dan pengelolaan tiket yang kurang baik menyebabkan lonjakan pengunjung, dan pengunjung yang hadir akan merasa tidak nyaman. Bertujuan ingin berlibur namun gagal hanya pengelolaan destinasi yang kurang baik.C.MENELITI PASAR SASARANAnalisis pasar sasaran merupakan aspek mendasar dalam mengelola tujuan wisata. Misalnya, di daerah pegunungan, pengunjung biasanya ingin menikmati alam sambil mencari lokasi yang optimal untuk fotografi. Oleh karena itu, menjadi tanggung jawab pengelola untuk mengembangkan karakteristik dan daya tarik unik yang akan menarik wisatawan untuk ikut serta dalam pengalaman ini. Singkatnya, terlepas dari lokasi tujuan wisata, pengelola harus secara efektif menciptakan daya tarik dan aktivitas yang menarik bagi pengunjungnya.D.EDUKASI KEPADA MASYARAKATMemberikan panduan kepada wisatawan tentang perilaku yang bertanggung jawab dan pentingnya menghormati adat istiadat setempat. Program Kesadaran Lingkungan: Melaksanakan inisiatif yang bertujuan untuk meningkatkan pemahaman pengunjung tentang pentingnya pelestarian lingkungan dan budaya.UPAYA YANG PERLU KITA LAKUKAN SAAT INGIN MENGEMBANGKAN SUATU DESTINASI WISATA:Pendirian destinasi wisata memerlukan perencanaan dan pertimbangan yang cermat untuk menjamin keberlanjutan, keuntungan ekonomi, dan pelestarian lingkungan. Berikut ini adalah beberapa inisiatif yang harus dilakukan dalam pengembangan destinasi wisata:Perencanaan KomprehensifTahap awal dalam pendirian destinasi wisata melibatkan pelaksanaan perencanaan terpadu. Proses ini memerlukan penelitian komprehensif terhadap potensi pariwisata saat ini, yang mencakup objek wisata alam, budaya, dan sejarah. Sebuah studi kelayakan harus dilakukan untuk mengevaluasi objek wisata yang tersedia dan tantangan yang mungkin timbul. Tahap perencanaan ini harus mengartikulasikan visi jangka panjang, menentukan tujuan yang jelas, dan menguraikan strategi untuk mencapainya. Dengan demikian, semua pemangku kepentingan akan memiliki pemahaman yang sama tentang lintasan pengembangan destinasi.Promosi dan Pemasaran yang EfektifSetelah destinasi siap, langkah selanjutnya adalah mempromosikannya. Strategi pemasaran yang efektif perlu diterapkan untuk menarik wisatawan. Penggunaan media sosial, website, dan platform pemasaran digital dapat membantu menjangkau audiens yang lebih luas.Pemasaran harus berfokus pada keunikan dan daya tarik destinasi, seperti keindahan alam, budaya lokal, atau kegiatan khas yang ditawarkan. Selain itu, penting untuk menjaga reputasi destinasi melalui ulasan positif dari pengunjung.Edukasi dan Kesadaran WisatawanEdukasi tentang perilaku bertanggung jawab sangat penting untuk menjaga kelestarian lingkungan dan budaya. Program edukasi untuk wisatawan tentang cara berperilaku di lingkungan alami dan budaya lokal harus diperkenalkan. Ini termasuk informasi mengenai kebersihan, pelestarian budaya, dan penghormatan terhadap masyarakat setempat. Dengan meningkatkan kesadaran ini, diharapkan wisatawan dapat menjadi duta lingkungan dan budaya.KesimpulanPengelolaan destinasi wisata berkelanjutan bukan hanya tentang menjaga alam, tetapi juga tentang merancang masa depan yang lebih baik bagi masyarakat lokal dan wisatawan.Kepedulian terhadap hal kecil akan berdampak berkelanjutan untuk masa yang akan datang juga Dengan perencanaan yang tepat, kolaborasi antara berbagai pemangku kepentingan, dan kesadaran akan pentingnya pelestarian lingkungan, kita mampu juga bisa memastikan bahwakeindahan alam Indonesia tetap lestari agar nantinya bisa menambah pendapatan baik perekonomian dari skala kecil hingga besar, dan membawa manfaat bagi semua pihak, dan menjadi aset berharga dalam mencapai Indonesia Emas 2045.Dimulai adanya perencanaan yang tersusun akan menjadi dampak yang berkembang, untuk perusahaan kecil maupun perusahaan besar dalam aspek industri pariwisata dikhusus pada destinasi pariwisata.