Banyak sebab seseorang membeli sebuah barang, ada karena kebutuhan, ada karena kemampuan, ada juga sekedar hanya keinginan ( lapar Mata). Anda yang mana diantara itu.?
Untuk memenuhi kebutuhan hidup berapapun penghasilan akan terasa cukup, tapi ketika penghasilan digunakan untuk memenuhi kebutuhan gaya hidup, maka berapapun penghasilan tidak akan pernah cukup.
Hidup ini kita yang melakoni, kita yang mensiasti. Hidup itu adalah sesuatu yang sangat bersifat privasi, tidak seorangpun bisa mencampuri. Tapi ketika hidup yang kita lakoni berakibat kepada kehidupan orang lain, maka tidak ada salahnya orang lain pun mencampuri kehidupan Kita.
Sebagai illustrasi saya akan memberikan contoh kehidupan sebuah keluarga, dimana satu keluarga ini terdiri dari 2 keluarga kecil yang tinggal serumah.
Seorang kakak yang sudah berkeluarga dengan penghasilan suami yang minim, atau pas-pasan, namun karena kakak pintar mengatur penghasilan suaminya maka kebutuhan hidup mereka selama 1 bulan terpenuhi.
Sebaliknya Si Adek yang penghasilannya lebih dan penghasilan suami juga ada, tapi setiap bulannya tetap merasa kekurangan. Adek terkenal boros, penyuka barang branded, hampir setiap hari dia bisa belanja pakaian sehingga manajemen keuangannya kedodoran.
Mending kalau barang yang dibeli bermanfaat, kadang baru dibeli 1 Hari sudah dianggurkan, dan beli yang baru lagi. Barang-barang tersebut biasanya setelah gak dipakai di-garage sale secara murah, padahal barang yang dibeli bukan barang murah.
Barang yang dibeli diatas 1 juta, dijual hanya 100 ribu. Ini sebuah pemborosan yang amat sangat. Sering hal seperti ini yang memicu keributan antara kakak dan adek. Kakak yang merasa pola hidup adeknya yang salah mencoba untuk menasehati, tapi adek tidak bisa terima, karena dianggap itu hak pribadi.
Sebetulnya kalau saja kakak adek ini hidupnya saling menunjang, mungkin kesejahteraan keluarga mereka berdua tidaklah ada kesenjangan, karena kesenjangan dan tidak adanya kepedulian yang merusak kerukunan mereka berdua.
Tuhan saja memberikan kita rezeki sesuai dengan kebutuhan, kalau rezeki tersebut kita alihkan diluar kebutuhan, tentunya kita menghianati Amanah-Nya.
Jika hidup mau selamat, kita harus cermat, cermat menyikapinya, cermat juga dalam memilih hal yang bermanfaat.
Contoh lainnya, Pulan penghasilannya dalam 1 bulan sebesar 5 juta Rupiah. Untuk menutupi kebutuhan yang sewajarnya, uang sebesar itu cukup buat hidup selama 1 bulan. Namun karena tuntutan gaya hidup, Pulan harus punya motor sport, sebagai perlambangan peningkatan tarap hidup.
Beli cash tentu tidak mungkin, mau tak mau Pulan ambil kredit motor, yang tanpa disadari hal itu akan mengurangi biaya kebutuhan hidup yang tadinya cukup. Dengan demikian memunculkan problem baru dalam keluarganya. Dikejar tagihan tiap bulan membuat dia tidak tenang, akibat pelampiasannya adalah keluarga dan orang-orang disekitarnya, dan bahkan akhirnya menyalahkan keadaan.
Kembali kepertanyaan diatas, apakah kita membeli sesuatu karena merasa mampu, atau memang mampu. Kalaupun mampu, apakah kita benar-benar membutuhkan barang tersebut. Apakah kalau barang tersebut tidak Kita beli, maka kita akan mati. Seberapa pentingnya barang tersebut buat hidup Kita.?
Hidup tidak seperti menggantang asap, pandai-pandailah meniti buih. Pandailah menarik benang dalam tepung, agar tepung tidak tumpah. Berapapun penghasilan, kalau cuma untuk memenuhi gaya hidup, tidak akan pernah cukup, tapi kalau untuk kebutuhan hidup, berapapun akan terasa cukup.