Mohon tunggu...
KOMENTAR
Humaniora Pilihan

Ketika Isi Pidato Berjarak dengan Pendengarnya

3 November 2018   06:42 Diperbarui: 3 November 2018   07:41 375 5
Seorang Orator tentunya adalah seseorang yang tidak saja jago berorasi dengan suara lantang, tapi juga seseorang yang mengerti siapa khalayak yang ada didepannya, mengerti kalau apa yang akan disampaikan, difahami oleh khalayak ramai.

Makanya seorang Orator sering juga disebut "Singa Podium," setiap kali dia berpidato, orang-orang antusias untuk mendengarkannya. Perkara ini bukanlah tanpa memiliki ilmu, bukan cuma bermodalkan suara lantang, tapi juga membutuhkan kejujuran dan ketulusan, dalam menyampaikan isi Pidatonya.

Banyak pemimpin gagal sebagai orator, karena memang tidak memiliki ilmu dan ketulusan hati, yang muncul kepermukaan hanyalah kepura-puraan kepedulian, sehingga apa yang disampaikan bersifat semu. Yang seperti ini biasanya mengalami kegagalan dalam berorasi, sehingga Audience tidak terlalu peduli dengan apa yang disampaikan.

Seorang orator itu adalah seorang motivator, seorang agitator, yang mampu mengibarkan semangat khalayak pendengarnya. Kalau orasinya saja tidak didengar, bagaimana mau memotivasi. Banyak pemimpin Pidatonya tidak didengar khalayak yang ada didepannya, semata karena dia hanya asyik dengan dirinya sendiri, tidak memahami hati khalayak pendengarnya.

Jadi agak lucu kalau ada seseorang yang merasa dirinya seorang Orator ulung, marah-marah dengan khalayak pendengarnya, hanya karena Pidatonya tidak didengar, hanya karena Pidatonya tidak ada yang memperdulikan. Semakin dia marah pada pendengarnya, maka akan semakin dia kehilangan khalayak pendengarnya.

Mungkin kita pernah tahu, ketika seorang pemimpin pidato didepan anak-anak, saat Hari anak Nasional. Anak-anak tertidur ketika dia berpidato, sang Pemimpin marah, merasa Pidatonya tidak didengar. Marah pada anak-anak adalah tindakan yang salah, tidak mendidik, seharusnya sang Pemimpin punya welas asih terhadap anak-anak, bukan memarahinya.

Itulah kehebatan Bung Karno sebagai seorang Orator, dia selalu sadar terhadap khalayak pendengarnya, sehingga Pidatonya selalu enak didengar oleh khalayak yang ada didepannya, orasinya selalu dikejar oleh khalayak ramai, dimanapun dia berorasi, selalu ramai dikunjungi khalayak pendengarnya, bukan karena iming-iming, bukan karena disuruh Tim horenya, tapi khalayak ramai memang ingin mendengar petuahnya yang mengobarkan semangat.

Tirulah Bung Karno bukan cuma dari atribut-atribut yang dipakainya, tapi dari jiwa dan semangat juangnya, yang selalu memikirkan kepentingan orang banyak, bukan kepentingan kelompok yang dibungkus dengan kepentingan rakyat miskin. Bagaimana mungkin seseorang berpikir tentang kemiskinan, sementara isi Pidatonya sendiri berjarak dengan kemiskinan yang diucapkannya.

Gaya hidupnya sendiri berjarak dengan kemiskinan, bagaimana mungkin bisa memahami kemiskinan secara praktiknya. Berpolitik menjual kemiskinan itu adalah kamuflase, dan itu bisa dirasakan oleh rakyat miskin sebagai kepura-puraan. Kemiskinan itu tidak bisa dientaskan dengan kata-kata, tapi dengan perbuatan.

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun