Bahkan pada kenyataannya mereka lebih bergengsi kalau dikatakan Pejabat Publik. Memanglah hal-hal yang berbau rakyat itu tidaklah mempunyai gengsi apa-apa, sebut saja misalnya Taman Hiburan Rakyat (THR), Panggung Rakyat danlain sebagainya. Makanya DPR kita kurang berkenan kalau disebut wakil rakyat. Tapi sebutan Pejabat Publik atau Elit Politik malah membuat lupa pijakannya, mereka seakan tidak lagi pijak kebumi. Makanya Wakil Rakyat kita jadinya tidak merakyat. Pada masa reses mereka lebih suka menghabiskan waktunya untuk pelesiran keluar negeri, ketimbang menemui konstituennya didapil masing-masing, nah inikan sangat mengindikasikan bahwa mereka memang tidak dekat dengan rakyat.
Memang tidak semua anggota dewan yang berprilaku seperti itu, ada juga yang sangat merasa sebagai wakil rakyat, sehingga sewaktu masa reses mereka mengunjungi konstituennya didapil masing-masing, berdialog dengan dan mendengar setiap aspirasi serta memperjuangkannya. Tapi masalahnya karena yang seperti ini jumlahnya tidak banyak, maka perjuangannya pun menemukan banyak kendala ketika didalam sidang komisi.
Sedikit yang benar-benar memperjuangkan aspirasi rakyatnya, sehingga yang sedikit ini seperti asing dikeramaian begitu menyatu digedung dewan. Memang mengharapkan agar wakil rakyat lebih merakyat, dengan pola dan gaya hidup anggota dewan saat ini rasanya satu hal yang mustahil, terlebih lagi sudah sangat istimewa diperlakukan pemerintah, apapun fasilitas yang dibutuhkan sudah dipenuhi oleh pemerintah.
Salam Kompasiana