Kursus jurnalistik edisi 22 agustus 2013 yang memfokuskan tema “Sosial Media” di aula GKP Katedral malam ini banyak pertanyaan dengan tema yang sama di tanyakan beberapa kali “Seratus Empat Puluh karakter.”
Setelah menjelaskan seputar jurnalis social media dan dilanjutkan dengan mendengarkan lagu “Video Killed the radio super star” pak Primus dari redaksi Kompas.com sebagai pembicara meminta kepada peserta untuk mengomentari lagu yang baru saja diputar.
“Silahkan anda komentari lagu tersebut , paling banyak seratus empat puluh karakter.”
Karena bingung saya tanya “Kenapa harus seratus empat puluh karakter pak? Boleh lebih nggak?”
“harus seratus empat puluh karakter. kenapa harus seratus empat puluh karakter?”Pak primus mendekati saya dan mengatakan “Karena di twitter Cuma muat seratus empat puluh karakter. Kita kan belajar social media jadi bagaimana kita membuat kalimat singkat yang efektif. Caranya ya berkomentar.”
“Oooo…” saya baru paham.
“Guwe bisa jadi artis gede Cuma modal narsis di yutub.” Aaah ternyata gampang. Saya maju kedepan dan membacakan komentar saya. Kemudian dengan sedikit ancaman “yang tidak berkomentar tidak dapat sertifikat.” Ke duapuluh peserta yang semula malu malu, satu persatu menyuarakan komentarnya.
Perintah selanjutnya yang bikin saya sampai sekarang tidak bisa berkomentar.
“silahkan anda komentari mengapa saya meminta anda membuat komentar tadi.”
Waaah….bingung saya harus berkomentar apa. Dan harus seratus empat puluh karakter lagi. Eh ternyata ada yang bertanya “harus empat puluh karakter ya pak? “ saya terharu mendengar pertanyaan saya di ajukan lagi oleh seorang peserta yang duduk di depan saya.
Jak, 22agst2013