sangat cepat. Dalam kurun waktu 50 tahun pada dunia penerbangan, teknologi
militer dirgantara telah berkembang dari pesawat kayu sederhana untuk keperluan
intai pada perang Italia-turki tahun 1910-an, menjadi Pesawat mata-mata yang
dapat terbang dengan kecepatan 3.500 KM/Jam ditahun 1960-an.
Pada perkembangannya dalam menentukan kemenangan dalam perang di udara, teknologi
militer dirgantara telah mengalami berbagai macam perubahan. Dari kemampuan untuk
dapat terbang lebih tinggi, dapat bergerak lebih cepat, dan lincah. Pada
perkembangannya yang terkini, teknologi militer dirgantara harus dapat berperang
dari jarak yang sangat jauh.
Untuk dapat berperang dari jarak yang jauh setidaknya ada beberapa faktor kunci
yang dapat menentukan keberhasilannya. Pertama jelas kemampuan radar yang kuat,
kedua kemampuan untuk mebawa rudal udara ke udara jarak jauh (contohnya mampu
membawa rudal AIM-120 AMRAAM, atau rudal R-77), dan yang terakhir adalah kemampuan
untuk menghindari pendekteksian oleh radar, atau yang disebut sebagai STEALTH.
Teori teknologi stealth ditemukan oleh fisikawan asal Uni Soviet yang bernama
Pyotr Ufinmtsev pada tahun 1962. Inti dari Teori yag dikemukakan oleh Pyotr
Ufimtsev adalah bentuk pesawat dapat memungkinkan untuk mengurangi kemampuan radar
untuk dapat mendeteksinya. Teori tersebut kemudian diaplikasikan oleh orang-orang
di Lockheed Martin pada pesawat serang F-117A Night Hawk.
F-117A memiliki bentuk yang cukup unik, ia berbentuk menyerupai potongan-potongan
Berlian yang disatukan, bentuk inilah yang membuatnya mampu membelokan sinyal
radar, sehingga pesawat tersebut hampir tak dapat dilihat oleh operator radar.
Selain itu untuk menjaga kemampuannya agar tidak tertangkap sinyal radar, senjata
yang dibawa oleh pesawat tersebut disimpan didalam perut (bom bay). Untuk
keperluan akurasi penembakan, pesawat ini dilengkapi perangkat laser untuk
memandu bomb berpenuntun laser (contohnya bom GBU-27 Paveway III).
F-117A Sukses digunakan pada perang Teluk Tahun 1991. Pada saat itu F-117A
mencetak skor 1600 kali serangan terhadap fasilitas strategis milik Irak. Walau
pada awal penggunaan pesawat ini pada medan tempur terbukti cukup sukses, namun
pada akhirnya teknologi pesawat ini dapat dikalahkan. Hal tersebut terjadi pada
tahun 1999 pada konflik di Kosovo. Sebuah F-117A ditembak jatuh oleh
sistem senjata anti pesawat Isavev S-125 "Neva" (kode NATO SA-3 Goa).
Walapun pada akhirnya teknologi Stealth ini dapat dikalahkan, tapi seperti
teknologi milter lainnya, teknologi tersebut kian disempurnakan, dan digunakan
untuk menghasilkan pesawat tempur generasi stealth terbaru. Setidaknya hingga kini
terdapat 3 jenis pesawat tempur stealth generasi terbaru, yang telah diperkenalkan
kepada publik.
Yang pertama adalah F-22 Raptor. Program Pengembangan F-22 Raptor telah bergulir
sejak tahun 1980-an. Program tersebut dinamakan Advanced Tactical Fighter.
Inti dari program tersebut adalah untuk memenuhi kebutuhan Angkatan Udara
Amerika Serikat untuk memiliki pesawat tempur generasi terbaru, yang lebih canggih
dari SU-27 buatan Uni Soviet. Pesawat tempur generasi terbaru tersebut haruslah
memiliki teknologi baru termasuk penggunaan bahan material yang lebih maju,
penggunaan sistem kendali fly by wire yang tercanggih, dan tentu kemampuan
stealth.
Dari berbagai kontarktor yang mengikuti orgram ATF, akhirnya pada 1989 dua tim kontraktor yakni Lockheed/Boeing/General Dynamics, dan Northrop/McDonnell Douglas terpilih untuk mengajukan prototip program ATF. Tim Lockheed mengajukan YF-22, sementara Tim Northhrop mengajukan YF-23. Setelah berbagai evaluasi lanjutan akhirnya pada tahun 1991 YF-22 terpilih sebagai pemenang program ATF.
Hingga kini setidaknya terdapat 145 unit F-22 raptor yang telah dibuat. Dan dari
semua F-22 Raptor yang telah dibuta, semuanya adalah eksklusif diperuntukan untuk
Angkatan Udara Amerika Serikat.
Pesawat Tempur Stealth Generasi terbaru lainnya adalah F-35 Lightning II. Pesawat
tempur ini adalah program keroyokan antara Amerika Serikat dan sekutu-sekutunya.
Tujuan dari pesawat pengembangan pesawat ini adalah menciptakan pesawat tempur
berkemampuan stealth ringan, yang dapat digunkan untuk peran multi fungsi untuk
menggantiakn peran F-16 dan F-15. Sehingga dapat digunakan untuk keperluan close
air suport, pemboman taktis, dan keperluan pertahanan udara.
Pesawat tempur F-35 memiliki 3 varian, yakni varian CTOL (conventional take off
and landing), Varian VTOL (Vertical Take Off And Landing). Untuk sistem
persenjataanya, F-35 diproyeksikan untuk membawa persenjataan generasi terbaru.
Sebutsaja diantaranya AIM-120 AMRAAM, AIM-132 ASRAAM, hingga bom berpemandu GPS
(JDAM).
Walaupun F-35 diproyeksikan sebagai pengganti pesawat tempur F-15 dan F-16, namun
beberapa calon opeator pesawat jenis ini mulai meragukan kemampuannya. Sebut saja
Kemampuan radar yang disinyalir masih dibawah kemampuan radar pesawat tempur
sekelas SU-30, daya jangkau pesawat yang juga masih kalah dibandingkan SU-30,
terlebih lagi pada ruang senjata internal pesawat ini hanya terdapat 4 cantelan
senjata, sehingga memiliki kapasitas senjata dibawah pesawat tempur sekelas SU-30.
Hal-hal tersebut tentu menimbulkan pertanyaan, apakah pesawat tempur ini benar-
benar mampu menjadi pesawat penerus F-15 dan F-16 ? Walaupun begitu, program
pengadaan F-35 tetap berjalan hingga kini. Di wialayah Asean Singapura dan
Australia merupakan calon pengguna pesawat tempur jenis ini.
Sementara itu penantang dari timur adalah Sukhoi PAKFA. PAKFA merupakan singkatan
dari Perspektivny aviatsionny kompleks frontovoy aviatsii, atau jika di bahasa
Ingriskan menjadi Future Frontline Aircraft System. Sama seperti F-22 Raptor,
program Pakfa telah dimulai sejak tahun 1980-an. Namun dikarenakan bubarnya Uni
Soviet, dan kemudian disusul krisis finansial yang melanda Russia, program ini
akhirnya baru dapat diwujudkan pada tahun 2010, dan terbang perdana pada
29 januari 2010.
Belum banyak keterangan yang dapat diketahui mengenai Sukhoi PAKFA, namun beberapa
keterangan telah disebutkan oleh Angkatan Udara Russia dan Kementrian Pertahanan
Russia, sebut saja bahwa pesawat tempur ini memiliki kemampuan Stealth, dapat
terbang melebihi kecepatan suara tanpa after burner (Super Cruise), dapat membawa
senjata udara ke udara, udara ke darat, serta rudal anti kapal termodern, dan juga
terdapat beberapa kabar yang menyebutkan bahwa pesawat ini memiliki kepandaian
buatan.
Bagai mana dengan Angkatan Udara Indonesia ?
Dengan perkembangan Alutsita di sekitar negara Asean harusnya kita mulai panik.
Mengapa Tidak ? Dua negara yang kerap bermasalah dengan Indonesia telah membangun
kemampuan Angkatan Udara berkemampuan stealth. Memang hingga kini Australia dan
Singapura lebih banyak menunjukan sikap bersahabat, namun apakah siakp ini akan
tetap bertahan hingga masa depan ? Terlebih lagi apa bila kepentingan antar negara
akan saling berhadapan ?
Memang pada dasarnya dalam Hukum Internasional terutama pada Piagam PBB menekankan adanya cara-cara menghindari kekerasan, hal tersebut ditekankan pada pasal 2 ayat 4 Piagam tersebut. Selain itu memang terdapat berbagai mahkamah internasional yang diciptakan untuk memutus sengketa antar negara. Tetapi di sisi lain Piagam PBB pada Pasal 51, memberikan hak kepada negara-negara untuk melakukan tindakan bela diri.
Oleh karena itu memang pada dasarnya kita harus mengutamakan perundingan dalam
menyelesaikan sengketa, namun bagai mana kita bisa menang berunding tanpa memiliki
daya tawar yang besar ? Kita memang dapat bergantung kepada Dewan Kemanan untuk
melakukan berbagai tindakan dalam menjaga perdamaian dan kemamnan Internasional,
Namun bagai mana jika Dewan Keamanan gagal menentukan sikap, seperti pada perang
Korea Utara-korea Selatan, atau pada Perang Russia-Georgia ?
Atas adanya fakta-fakta tersebut sudah sewajarnya, kita juga harus dapat
menandingi perkembangan Alutsista negara-negara tetangga kita. Ibarat adagium
"Sivis Pacem Parabellum" yang berarti "If you Want Peace, Prepare For War", maka
untuk menjaga perdamaian, kemerdekaan yang telah kita peroleh, kita juga tidak
boleh mengesampingkan adanya kemungkinan perang.
Untuk saat ini kita memang masih memiliki daya tangkal yang cukup, karena
kita masih memiliki salah satu pesawat tempur generasi terbaru seperti
SU-27/30 SKM/MKII, namun patut diketahui bahwa Jumlah alutsita juga akan sangat
berpengaruh pada besar kecilnya daya tangkal, di satu sisi kita memang memiliki
pesawat tempur Su-27/30 generasi baru, tapi apakah akan sepadan jika kita akan
berhadapan dengan pesawat F-35 dengan jumlah yang lebih banyak ?
Oleh karena itu ada beberapa opsi yang di miliki Pemerintah Indonesia dalam
menghadapi hal tersebut, yakni meningkatkan kemapuan dalam hal pendeteksian
(contohnya mengoperasikan radar yang meiliki jarak jangkau yang jauh, ataupun
mengoperasikan pesawat terbang berkemampuan AWACS) dan melengkapinya dengan
sistem pertahanan udara darat ke udara yang canggih (sepeti sistem anti udara
S-300) atau turut membangun kekuatan angkatan udara yang berkemampuan stealth
(mengakuisisi PAKFA untuk TNI AU, atau bekerja sama dengan negara lain dalam
membangun pesawat generasi ke lima).
Sumber:
www.globalsecurity.org/military/world/russia/pak-fa-specs.htm
http://en.wikipedia.org
www.Kaskus.us : Forum Militer