Bagi wisatawan religi atau mahasiswa asing yang kebetulan sedang menimba ilmu di Negara seribu menara kiranya termasuk dalam golongan orang-orang yang rugi apabila belum menginjakan kaki di masjid Amru bin Ash. Karena masjid ini merupakan tonggak awal dan prasasti atas masuknya agama islam ke daratan Afrika yangnanti di kemudian hari akan menyebar hingga ke pedalamannya serta daerah-daerah sekitar hingga mencapai Andalusia dan daerah-daerah Eropa lain serta tercatat dalam sejarah menjadi masjid tertua bukan hanya di Mesir akan tetapi di seluruh tanah Afrika pada umumnya.
Sedangkan untuk mengunjunginya kita tidak usah hawatir, karena agen-agen travel biasanya memasukan masjid Amru bin Ash dalam jadwal kunjungannya, ataupun kalau mau mengunjunginya sendirian bisa menggunakan tramco/angkutan umum, bis atau kereta listrik. Dan bagi pengguna kereta listrik(baca:metro) harap turun di mahathoh Mar Jirjis setelah itu Tanya sama orang setempat, tempatnya tidak terlalu jauh dari mahathoh tadi.
Letak
Masjid Amru bin Ash terletak di daerah Fusthath atau Fastum menurut versi latin yang bermakna kemah/tempat tinggal. Para sejarawan Arab mengatakan bahwa nama fusthat ini diambil dari legenda tanah Yamamah.
Daerah Fushtath merupakan daerah yang sangat strategis, karena daerah ini dekat dengan jalur pertanian yang memudahkan masuknyapasokan bahan makanan apabila terjadi peperangan dan mendistribusikannya secara gampang apabila dalam keadaan aman, terlindungi gunung Muqothom dari timur, dan dekat dengan delta sungai nil yang menjadikannya sebagai tempat pemukiman penduduk dan perniagaan. Dan nanti di kemudian hari akan didirikan kamp pertahanan, dan kota Kairo di arah timur laut kota Fusthath. Pantas saja Amru bin Ash menjadikannya sebagai tempat berdirinya masjid tertua di tanah Afrika ini.
Pembangunan
Masjid Amru bin Ash di bangun pada tanggal 1 Muharram 21 H. dengan luas 50X30 dziro' atau24X14,4 M. sama dengan 345,6 m. persegi. Sesuai dengan namanya, pembangunan masjid ini di prakarasai oleh sahabat Amru bin Ash setelah mendapatkan perintah dari Amirul mu'minin Umar bin Khotob.
Pada awal berdirinya, masjid ini terbilang sangat sederhana. Bangunannya terdiri dari atap pelepah kurma, tiang-tiang dari pohon kurma, dua pintu yang menuju ke kediaman sahabat Amru bin Ash, dua pintu menuju ke kolam Air, dan dua pintu di arah barat sebagai pintu masuk utama masjid. Sedangkan untuk dindingnya menggunakan batu bata mentah, itupun tidak terlalu tinggi. Dan tidak punya serambi, sehingga kalau musim panas tiba, para jama'ah duduk-duduk di pelatarannya. Dalam masalah penetapan kiblat, Amru bin Ash meminta bantuan kepada dua sahabat, yaitu Robi'ah bin Syurohbil bin Hasanah dan Amr bin 'Alqomah serta disaksikan oleh lebih dari delapan puluh orang sahabat nabi, diantaranya adalah Zubair bin Awwam, Miqdad, Ubadah bin Shomit, Abu Darda', Fudholah bin Ubaid, dan 'Uqbah bin Amir. Sedangkan urusan Mihrob diserahkan kepada Ubadah bin Shomit dan Rofi' bin Malik.
Upaya-upaya pemugaran dan perluasan masjid Amru bin Ash berulang kali dilakukan. Hal itu dikarenakan luas bangunan masjid tidak dapat menampung jumlah jama'ah yang kian hari kian memadati masjid. Terlebih-lebih bila sholat jum'at. Upaya-upaya perluasan tadi diantaranya adalah perluasan masjid dengan menambah panjang masjid kea rah timur dan mendempelkan dengan rumah sahabt Amru bin Ash serta penambahan kolam air yang dilaksanakan oleh Maslamah bin Makhlad Al Anshory, seorang gubernur Mesir pada masa pemerintahan Mu'awiyah bin Abi Sofyan pada tahun 53 H. dan yang tak kalah penting dari periode ini adalah pembuatan menara masjid yang digunakan untuk mempersatukan adzan di daerah Fusthath.
Rehabilitasi kedua dilaksanakan oleh Khalifah Abdul Aziz bin Marwan pada tahun 79 H./698 M. dengan merobohkan bangunan lama terlebih dahulu dan membangunnya kembali serta menambah luas masjid ke arah barat serta menambahkan serambi. Pemugaranjuga dilaksanakan oleh saudaranya yaitu Abdullah bin Marwan ketika menduduki jabatan gubernur Mesir pada tahun 89 H. dengan meninggikan atapnya.
Mengingat masjid ini merupakan masjid yang bersejarah, pemerintah Mesir baik dari dinasti manapun dan sampai pada era modern ini, selalu memperhatikan kemakmuran masjid dan menjaga kelestarian bangunannya. Dalam usaha itu pemugaran berulang kali tercatat. Dan terahir pada tahun 1979 M. Sedangkan luas bangunan masjid yang kita bisa lihat sekarang merupakan hasil pemugaran yang dilaksanakan oleh Abdullah bin Thohir atas perintah dari Khalifah Ma'mun pada tahun 212 H. luas bangunan masjid sekarang adalah 120,5 X 112,5 M. atau 13556,25 meter persegi.
Dari berbagai sumber