Dilansir Detik.com, Wakil Ketua MPR RI Hidayat Nur Wahid (HNW) menyesalkan munculnya kelompok/individu bangsa Indonesia yang mendukung penjajahan Israel atas Palestina. Ia mengatakan masih ada sekelompok masyarakat yang 'nyinyir' terhadap perjuangan kemerdekaan Palestina kendati mayoritas penduduk Indonesia adalah muslim.
Lebih lanjut, HNW yang juga Wakil Ketua Majelis Syura Partai Keadilan Sejahtera (PKS) ini menilai sikap para pendukung penjajah Israel yang di Indonesia sering disebut sebagai 'zionis nusantara' itu juga tidak sejalan dengan sikap kelompok-kelompok masyarakat moderat di Indonesia. Seperti, PB NU dan PP Muhammadiyah yang merupakan cerminan mayoritas bangsa. Serta partai politik seperti PKS, perwakilan rakyat di DPR dan MPR.
Kita harus menghargai hak berpendapat masyarakat di negara yang menjunjung tinggi demokrasi. Di tengah konflik Israel dan Palestina tentunya tetap ada yang berkomentar nyinyir, dan bahkan mendukung Israel. Tapi itulah realitas dari demokrasi yang harus dihargai.
Katanya ciri khas demokrasi itu tidaklah satu warna, dan menghargai perbedaan pendapat. Hak memilih dan berpendapat itu dilindungi Undang-undang. Tidak ada yang bisa memaksakan dalam negara demokrasi harus satu pendapat, dan memiliki pilihan yang sama.
PKS sebagai partai politik harusnya bisa mempelopori dan menjunjung tinggi perbedaan. Jangan ketika kita sendiri berpendapat yang berbeda tidak ada yang boleh melarang, gilirannya orang lain harus satu pendapat dengan kita, itu arogan namanya.
Harus juga dipercayai bahwa sebagian besar rakyat Indonesia, tidak mendukung penjajahan dan kekerasan terhadap rakyat Palestina. Indonesia sudah punya komitmen untuk mendukung kemerdekaan Palestina. Hanya saja setiap orang berbeda-beda dalam memberikan respon terhadap tragedi kemanusiaan yang dihadapi Palestina.
Dalam memandang tragedi kemanusiaan yang dihadapi Palestina, kita tidak lagi berpihak pada suku, agama dan ras, karena kemanusiaan tidaklah berbatas dengan apa pun. Harus diakui, sikap kita berbeda dalam memandang berbagai tragedi kemanusiaan yang terjadi di muka bumi ini.
Terhadap Palestina kita lebih memprioritaskannya, meskipun kita juga melihat ada tragedi kemanusiaan yang tidak kalah memprihatinkan di Yaman. Sehingga gaungnya pun berbeda antara Palestina dengan Yaman.
Bagi pihak-pihak baik yang secara diam-diam, atau pun terang-terangan mendukung Israel, tidak pantas juga di sematkan 'Zionis Nusantara,' karena secara otomatis sudah membelah masyarakat menjadi dua bagian. Apakah HNW ingin mengadu kedua belah pihak yang sudah terbelah? Lantas dimana demokrasi yang sudah kita junjung tinggi?
Sekuat apa pun dukungan kita terhadap Palestina, tetap saja soal merdeka atau tidaknya Palestina nantinya tergantung bagaimana rakyat Palestina menyelesaikannya. Karena Tuhan tidak akan mengubah nasib suatu kaum kalau kaum itu sendiri tidak mengubahnya.
Kita juga jangan menutup mata kalau ditubuh Palestina itu sendiri belum bersatu, dan teridiri dari berapa faksi yang memiliki kepentingan politik sendiri-sendiri. Inilah juga yang mengurangi kekuatan persatuan di negara Palestina.
Kita jelas tidak bisa menengahi antara Israel dengan Palestina, karena Indonesia sebagai negara sudah berpihak pada salah satunya, yakni Palestina. Mau ikut konfrontasi jelas tambah tidak mungkin. Jelas kita prihatin dengan nasib rakyat Palestina, namun kita tidak bisa berbuat banyak. Sebagai negara, Indonesia terus memberikan support terhadap Palestina.
Sebagai bangsa yang memiliki solideritas terhadap kemerdekaan Palestina, hanya bisa membantu secara diplomasi, dukungan moril dan materil, selebihnya keputusan ada ditangan rakyat dan pemerintah Palestina dan sekutunya.
Jangan juga hanya karena perkara dukung mendukung Palestina bangsa kita sendiri dipecah belah. narasi 'Zionis Nusantara' yang bermuatan politik tidak perlu dilontarkan terhadap masyarakat, hanya akan merusak persatuan dan kesatuan bangsa. Entahlah kalau PKS memang punya agenda untuk memecah belah bangsa dengan sebutan 'Zionis Nusantara.'
Ajinatha