Mohon tunggu...
KOMENTAR
Sosbud

Anak Belasan Tahun Merokok? Coba Tengok Guru dan Orang Tuanya

10 Januari 2012   09:01 Diperbarui: 25 Juni 2015   21:05 832 9

Sering kita temukan di pinggiran jalan, halte, mall, bahkan kantin sekolah. Anak – anak berseragam sekolah dengan nikmatnya menghisap rokok tanpa tedeng aling – aling, alias cuek bebek . Apa yang terlintas di benak anda saat itu?

Sok? Nggak tahu malu? Kurang didikan? Itu kesan yang wajar mana kala kita mendapati mereka yang mengkonsumsi rokok di usianya yang masih belasan tahun. Pendidikan mengenai bahaya merokok sudah ada dalam materi pelajaran (jaman dulu ada mata pelajaran PLKJ) dimana disana menyebutkan bahan – bahan yang terkandung di dalam rokok beserta akibatnya terhadap tubuh. Ada Tar yang bisa menyebabkan tumbuhnya kanker, ada Nikotin sebagai zat yang menimbulkan efek ketergantungan atau addicted, Karbonmonoksida yang gasnya bisa menyebabkan kematian, dan sejumlah zat lain yang sekiranya sangat bertentangan dengan apa yang tubuh butuhkan.

Hukuman atau sanksi yang sudah dibuat untuk mereka yang tertangkap merokok pun sudah dibuat oleh pihak sekolah maupun pemerintah.

Lantas apa pemicunya?

Coba kita lihat papan larangan yang ada di sejumlah sekolah. Bertuliskan “No smoking area”, yaitu larangan merokok di lingkungan sekolah. Apakah dengan membaca tulisan tersebut sudah cukup meyakinkan bahwa guru yang mengajar di sekolah tersebut pasti semuanya bukan perokok aktif? Saya yakin tidak. Karena banyak saya temukan, para guru yang ijin keluar sekolah saat jam istirahat untuk mencari warung atau tempat makan di luar sekolah untuk merokok. Atau pada jam bubaran sekolah. Mungkin bagi oknum guru yang terpenting adalah mereka tidak menyalahi peraturan untuk merokok di dalam sekolah. Tapi apakah murid – murid tidak ada yang memperhatikan kelakuan guru tersebut? Apakah murid - muris tidak memiliki penglihatan?

Karena kelakuan oknum guru yang nyeleneh itu maka papan tersebut hanya menjadi syarat untuk memberikan kesan bahwa sekolah tersebut adalah sekolah dengan predikat yang baik.

Lalu saat si anak pulang kerumah. Sampai di rumah ia mendapati ayah atau ibunya atau mungkin kedua sedang merokok. Apakah kesan pertama yang terlintas di pikiran si anak? “Kalau nyokap - bokap ngerokok, kenapa gue nggak?”

Dan sukseslah kegagalan memberikan larangan merokok untuk anak di usia dini. Apakah itu harapannya? Apakah itu yang kita inginkan? Kata – kata paling menjerumuskan yang sering kita berikan untuk anak usia dini tentang larangan merokok adalah, “Masih kecil nggak boleh ngerokok. Nanti kalau udah gede baru boleh ..” Secara tidak sadar mereka sudah terdoktrin dengan satu kalimat itu. Tapi apa bedanya saat ini atau nanti? Toh sama – sama racun yang dihisapnya. Sama – sama berbahaya.

Beberapa dari kita selalu menyalahkan lingkungan dimana mereka bergaul dan bermain. Ingat!! Menularkan sesuatu yang buruk tak hanya terbatas pada lingkungan bermainnya. Karena di lingkungan pendidikan pun si anak bisa menjadi tidak baik. Apalagi di lingkungan keluarga. Dimana lebih banyak waktu yang dihabiskan di rumah. Konsekuensi antara petuah dan perbuatan si orangtua pun harus sesuai. Jangan timpang, apalagi petuah tanpa pembuktian.

Tips alternative untuk orangtua maupun guru, jika anda memang sudah kecanduan merokok tapi tidak mau menularkan kebiasaan ini pada anak yaitu , usahakan jangan merokok di hadapan anak / murid. Carilah tempat untuk merokok yang aman dari jangkauan anak. Kalau perlu yang berjarak puluham kilometer. Jangan sengaja meng-expose kebiasaan merokok anda di hadapan anak karena itu memicu anak untuk melakukan hal yang sama entah saat ini atau nanti. Tapi yang paling baik adalah anda pun berhenti merokok. Selain menyehatkan diri juga memperkecil kemungkinan anak anda akan menjadi pecandu rokok.

Jadi, bersikaplah dengan bijak. Jangan menyalahkan anak yang jadi cerminan kita. Mereka bercermin pada orang yang dianggapnya penasehat, pemberi ilmu, dan yang dia hormati. Jika mau melihat anak kita tumbuh dengan kebaikan maka berbuatlah kebaikan terlebih dahulu.

Semoga Bermanfaat

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun