[caption id="attachment_106592" align="alignleft" width="274" caption="Mari jabat erat antar anggota ASEAN (Foto: Aditia Noviansyah/Tempo)"][/caption] ASEAN didirikan di Bangkok, 8 Agustus 1967. Oleh lima negara pemrakarsa, yaitu Indonesia, Malaysia, Filipina, Singapura dan Thailand melalui
Deklarasi Bangkok. Deklarasi Bangkok ditandatangai oleh para Menlu yaitu Adam Malik (Indonesia), Narciso Ramos (Filipina), Tun Abdul Razak (Malaysia), S. Rajaratnam (Singapura), dan Thanat Khoman (Thailand). Organisasi ini bertujuan untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi, kemajuan sosial, dan pengembangan kebudayaan negara-negara anggotanya, serta memajukan perdamaian di tingkat regionalnya. Kemudian disusun Brunei Darussalam seminggu setelah mendapat kemerdekaaannya dari Inggris tanggal 7 Januari 1984. Kondisi politik yang mulai kondusif di negara-negara eks komunis, ASEAN kembali menerima anggota baru, yaitu Vietnam (28 Juli 1995), Laos (23 Juli 1995) dan negara pemrakarsa KAA dikenal non-blok, Myanmar (23 Juli 1997). Kemudian disusul Kamboja (16 Des 1998). Satu lagi Timor Leste tengah menanti untuk masuk ASEAN, ditargetkan tahun 2012 menjadi anggota ASEAN. Sementara Papua Nugini dan Rep. Palau (sebelah utara Halmahera) lebih memilih menjadi anggota Forum Pasifik Barat Daya. Kini organasasi regional memiliki wilayah seluas 4.479.210,5 km2 (lebih luas dari Uni Eropa) dan penduduk sekitar 601 juta jiwa perlahan tapi pasti merealisasikan cita-citanya. Hambatan dan halangan di beberapa sektor mulai diminimalisir. Kerjasama di bidang politik, ekonomi, pendidikan, kebudayaan, dan lain-lain terus digelorakan. Di bidang olahraga, pendirian organisasi sepakbola Asia Tenggara (AFF) dengan beberapa agendanya secara positif menumbuhkan rasa solidaritas dan kebersamaan di kalangan anggotanya. Kalau dilihat secara historis, negara-negara Asia Tenggara pernah berada di bawah penjajahan bangsa Eropa berbeda. Inggris menduduki Semenanjung Malaya, Myanmar, Singapura dan Brunei. Perancis berkuasa di Indocina. Spanyol dan AS menjajah Filipina. Belanda di Indonesia. Sementara Portugis bercokol hingga tahun 1975 di Timor Leste. Kemudian Jepang menyapu bersih mereka dan menjejakan pengaruhnya di Asia Tenggara. Tentu kebudayaan dan kebijakan politik dijalankan berbeda dan kadangkala bertabrakan memicu pertikaian dengan tetangganya. Begitu juga riak perselisihan dan perbedaan bersifat ego kebangsaan masih menyelimuti di anggota ASEAN. ASEAN didirikan 1967 beberapa tahun begitu Konfrontasi Indonesia-Malaysia usai. Perang dingin antara blok Barat dan Timur, membuat negara-negara Asia Tenggara tercabik dalam tiga blok besar, yakni komunis sekutu Soviet berkuasa di Indocina dan Barat dipimpin AS meliputi Thailand, Filipina, dsb. Satu blok lagi memilih politik luar negeri non-blok terdiri Indonesia dan Burma (sekarang Myanmar). Perang pun pecah di Vietnam antara Vietnam Utara (komunis) dan Vietnam Selatan (pro AS) di tahun 1975 membuat bumi Asia Tenggara membara. Api dalam sekam pun muncul, ketika Vietnam pun menginvasi Kamboja. Dan seluruh Indocina menganut paham komunis yang merupakan musuh negara pro-Barat. Di pihak lain, AS dan sekutunya mendirikan Pakta Pertahanan Asia Tenggara (SEATO) dengan anggota-anggotanya negara pro-Barat dan hadirna Pangkalan AS di Subic, Filipina adu kekuatan dua blok di Asia Tenggara semakin nyata. Kini ASEAN dihadapkan konflik perbatasan Thailand - Kamboja kini memanas. Riak kecemburuan selalu panas dingin antara Indonesia Malaysia dalam berbagai bidang dan sentimen perbatasan, juga isu HAM dan demokratisasi di Myanmar yang menyita perhatian. Perselisihan lain bersaing membuat klaim teritorial atas Laut Cina Selatan. Perselisihan tersebut dianggap sebagai titik konflik Asia yang paling berpotensi bahaya. Berdasarkan situs:
id. wikipedia.org.id, perselisihan berbahaya ini dapat menyulut pecahnya pertikaian di kalangan Asia Tenggara, yakni:
- Indonesia, RRC, dan Taiwan atas daerah perairan di timur laut Kepulauan Natuna
- Filipina, RRC, dan Taiwan atas ladang gas Malampaya dan Camago
- Filipina, RRC, dan Taiwan atas Scarborough Shoal.
- Vietnam, RRC, dan Taiwan, Vietnam, RRC, Taiwan, Brunei, Malaysia, dan Filipina mengklaim Kepulauan Spratly.
- Kepulauan Paracel dipersengketakan antara RRC dan Vietnam.
- Malaysia, Kamboja, Thailand dan Vietnam atas daerah di Teluk Thailand.
- Singapura dan Malaysia di sepanjang Selat Johor dan Selat Singapura
KEMBALI KE ARTIKEL