[caption id="attachment_276043" align="alignleft" width="300" caption="Kemacetan seperti ini kerap terjadi setelah liburan panjang (foto: google.com)"][/caption] Kemacetan di bunderan Cibiru bukan hanya terjadi di saat momen mudik. Hari ini, Sabtu (2/10) kemacetan parah sedang terjadi di bunderan Cibiru. Hal ini terjadi akibat penumpukan kendaraan dengan sumbat botol (
bottle neck) berada di jalur Cibiru-Cileunyi. Akibatnya, 6-8 lajur kooridor By Pass Soekarno-Hatta menuju arah timur (Cileunyi-Sumedang-Garut) dan ditambah 3-4 lajur dari arah Ujungberung dijadikan
satu jalur oleh petugas. Hasilnya, antrean panjang kendaraan bak ular. Kemacetan
sekarang sih dapat dimaklumi karena kampus UIN Sunan Gunung Djati sedang menggelar hajatan wisuda. Akibatnya, kendaraan bercampur aduk dengan ratusan kendaraan wisudawan, tim penggembira dari berbagai daerah di Jawa Barat tumplek ruah di daerah Cipadung Ujungberung ini. Macet di Bunderan Cibiru menjadi potret rutin terutama pada jam sibuk. Banyaknya limpahan kendaraan dari arah timur Kota Bandung dan banyaknya kompleks perumahan di tiap pertigaan menyumbang besar kemacetan. Ditambah, aktivitas lalu lalang di depan Kompleks SDN Cibiru pun menyumbang kemacetan yang bikin gerah para sopir dan penumpang. Jalan pintas bagi sepeda motor
sih bisa melalui Kompleks Panyileukan dan Cibiru Tonggoh. Akan tetapi bukan solusi bagus, karena di bawah bayangan genangan banjir di Panyileukan juga kalau ke Cibiru tonggoh memungkinkan tersesat bagi pengendara baru, karena jalan berbelok belok diantaranya melalui gang kecil. Sebenarnya, kemacetan di Bunderan Cibiru dapat diurai dan diatasi dengan :
pembukaan akses pintu tol Gedebage secepatnya. Kendaraan dari Garut dan Sumedang yang menuju Ujungberung dan Cicaheum bisa keluar dari mulut gerbang ini. Dengan demikian
Bunderan Cibiru praktis dihindari. Sekarang ini pintu tol terdekat ada di Buahbatu, membuat para sopir memilih bunderan Cibiru karena harus memutar amat jauh.
Rekor kemacetan yang saya alami, sehari sesudah Idul Adha dua tahun silam, di mana kendaraan terjebak tak bergerak sama sekali, itupun sepeda motor. saya tidak bisa membayangkan bila menggunakan mobil. Malam itu, dari perempatan
Sindangreret - Cibiru menuju perempatan Cibiru Hilir berjarak
kurang lebih 500 meter ditempuh
3,5 jam. Padahal cuaca terbilang cerah, tanpa banjir atau genangan air.
Hemhh, kendaraan mati langkah. Para pengendara memilih memarkirkan sepeda motornya dan menggelar tikar menunggu lancar atau pagi. Adapun yang memaksa, memilih mematikan mesinnya, karena tak bisa ke tepi, maju atau mundur. Skatmatt.. Bunderan Cibiru sering jadi "mimpi buruk" bagi pengendara yang mengejar waktu. (**)
KEMBALI KE ARTIKEL