Mohon tunggu...
KOMENTAR
Pendidikan

Teruslah Menulis dan Buktikan Apa yang terjadi!

29 September 2010   06:05 Diperbarui: 26 Juni 2015   12:52 250 0
[caption id="attachment_273045" align="alignleft" width="300" caption="berkumpul sama rekan se-Tanah Air (2008)"][/caption] "Teruslah menulis dan buktikan apa yang terjadi!," sebuah komentar sahabat Kompasianer, Om Jay pada satu postingan saya di Kompasiana.  Benar-benar luar biasa menulis ini. Meminjam istilah Pramudya Ananta Tur, "Orang boleh pintar setinggi langit. Selama tidak menulis ia akan hilang ditelan bumi. Karena Menulis bekerja untuk Keabadian". Banyak umur tulisan lebih awet bahkan melebihi usia penulisnya.  Menulis di dunia maya akan menambah konten sejumlah informasi di jagat maya menembus ruang dan waktu bahkan abadi, seperti yang dilakukan para kompasianer ini. Menulis  memberi kepuasan dan kebanggaan. Ternyata kegiatan menulis dapat merajut silaturahim dengan kawan kita yang bertahun-tahun terputus informasinya. Ketika Majalah Suara Guru PB PGRI (Pusat) memuat tulisan saya berjudul"Guru dan Pentingnya Organisasi Profesi" Edisi Khusus HGN - Desember 2008 mencantumkan nomor telepon saya... waah saya jadi selebriti tingkat nasional.  HP  berdering dari penjuru Nusantara dari Kalimantan, Papua, hingga Aceh, mulai yang penasaran,  berdiskusi, hingga pertanyaan iseng tentang statusku hehehe... Begitu juga saat Majalah Dinas Propinsi Jabar "Bhinneka Karya Winaya" memunculkan nomor telepon di bawah kolom penulis, mendadak banyak telepon masuk termasuk dari rekan-rekan sekuliahan dulu yang tersebar se-Jawa Barat. Silaturahim pun terajut kembali. Beberapa tulisan yang sejatinya sudah beres tuntas, ternyata memunculkan kabar gembira secara tiba-tiba.  Biasanya terkait tulisan di media cetak, tuntas manakala honor tulisan dicairkan. Tiba-tiba sepucuk surat datang ke sekolah memberitahukan untuk bersiap-siap menerima "kepercayaan" sebagai Pemenang Terbaik "Pikiran Rakyat" di Cirebon, 2006 dan Sentul, "2007". Kadang-kadang "Kompas Biro Jabar" suka tiba-tiba saja mengundang para penulis desk opini, pada momen tertentu: Pameran Karikatur Om Pasikom di ITB, Temu Cagub/Cawagub, dll bersilaturahim dan olalala.. suka memberi cinderamata buku-buku Gramedia tuk nambahin koleksi di rumah. Begitu juga minggu-minggu sebelumnya, secara tidak terduga,  PIH Kemendiknas 2010 dalam Hardiknas 2010 dan Proklamasi 2010 mengundang saya atas artikel saya yang sudah dimuat setahun sebelumnya,  yang saya sendiri hampir lupa tema artikelnya. Ternyata secara diam-diam PIH memberi penilaian atas artikel tentang pendidikan di berbagai media cetak. Baca artikel: (Bertemu mendiknas) Hari Selasa kemarin (28/9) saya menerima berita yang tak terduga lain.  Saya menerima surat panggilan calon penerima bantuan sosial atas karya naskah buku saya pada  Sayembara Buku Pengayaan 2009 dari Pusbuk yang ditandatangani Kepala Pusbuk, Dr. Sugijanto. Naskah buku yang sudah terbenam selama 2 tahun, tak pernah saya buka lagi, tiba-tiba saja memaksa saya mencari kembali dokumen ini, untuk di_CD-kan sesuai persyaratan penerima hibah.  Padahal kalau dicermati, kini era Sayembara Pusbuk 2011. Untuk tingkat Jawa Barat, calon penerima hibah dikumpulkan di Disdik Jabar Jl. Radjiman 6 Bandung Selasa (28 September 2010).   Naskah buku yang lolos penilaian pertama dan tidak juara adalah salah satu syarat seleksi memperoleh bantuan sosial ini. Artinya, naskah saya telah lolos seleksi pertama, meskipun tidak menang. Bantuan diberikan kepada penulis buku teks pelajaran, buku paket, dan buku pengayaan untuk pagu tahun 2008 dan 2009. Naskah sayembara 2010 saya yang gagal,  mudah-mudahan mendapat berkah berikutnya, syukur-syukur dicetak penerbit. Benar kata Om Jay untuk "terus menulis dan buktikan apa yang terjadi!" Kesimpulannya, "Banyak sesuatu yang tidak terduga".(**) Salam blogger, ajeng kania

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun