Mohon tunggu...
KOMENTAR
Cerpen

Telepon yang Berakhir Jam Dua Dini Hari

18 Februari 2012   10:25 Diperbarui: 25 Juni 2015   19:30 2155 3
Sudah tigapuluh menit saya berada di dalam kamar mandi. Membasuh tubuh dengan air dari kepala sampai kaki, dari kaki sampai kepala. Saya berharap air bisa membersihka noda yang ditinggalkan lelaki itu dari tubuh saya. Noda yang selalu membuat saya benci dan jijik. Sementara itu, suara ngorok terdengar dari kamar tidur. Itu suara ngorok Joko, suami saya yang telah terlelap karena lelah dan nikmat. Suara ngorok yang menjadi lagu pengantar tidur selama tiga tahun kami bersama. Joko tidak pernah tahu, saya selalu menghabiskan waktu lama di kamar mandi setelah bergumul denganya. Saya benci dan jijik setiap kali dia menyentuh saya. Saya benci dan jijik setiap kali tangannya menggerayangi seluruh tubuh saya. Saya benci dan jijik setiap kali bibirnya mengecup seluruh kulit saya. Saya benci saat dia memasuki saya, menari jalang di atas tubuh saya dan menodai saya dengan cairan yang dia sebut benih (saya lebih baik mati bila benih itu berbuah di dalam rahim saya). Sungguh saya benci dan jijik kepada suami saya, tetapi saya hanyalah perempuan lemah yang hanya bisa menyimpan segala kebencian dan rasa jijik itu di dalam hati dan berakting setengah mati untuk tidak jijik dan benci. Kalau sudah begini ingin rasanya saya menelpon Ari, dia selalu bisa menghilangkan rasa jijik dan benci sehabis bergumul dengan suami saya.

*

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun