Kebetulan suaminya ada shift malam saat itu, jadi sekalian saya menemani mbak di rumahnya. Di rumah yang didominasi warna putih dan cokelat itu, kami hanya bertiga. Saya, Mbak Rin, dan Afan (bayi yang masih merah).
Ada tiga kamar di rumah itu. Saya di kamar depan, Mbak Rin dan Afan di kamar tengah, serta satu kamar lagi dibiarkan kosong. Setelah nonton acara "Siapa Takut?" di TV, saya mulai mengantuk. Akhirnya saya beranjak ke kamar depan, dan saat itu Mbak Rin sudah tertidur selepas isya.
Saya menengok jam dinding kuning yang jarumnya menunjuk angka 10. Karena habis nonton acara "hantu-hantuan" saya jadi kepikiran sebelum tidur.
"Emang pocong beneran ada?" tanya saya dalam hati.
Lantas muncul-lah pertanyaan-pertanyaan lain seperti: pocong itu beneran loncat atau tidak; bagaimana wajah pocong; cara geraknya gimana; bisa nembus dinding atau nggak; kalau ngetuk pintu gimana...
Dan... pertanyaan absurd lainnya yang sangat unfaedah.
Singkat cerita, saya tertidur saat berpikir. Dan tiba-tiba terbangun pukul 1 pagi tanpa alasan yang jelas. Tirai jendela berwarna hijau botol dan renda-renda emas itu bergerak seolah tertiup angin dari luar. Saya hanya mengawasi dari kasur tanpa berniat mendekat, perasaan jendelanya ketutup deh...
Selama beberapa saat, tirai terus melambai hingga akhirnya saya pun menyerah. Saya menghampiri jendela dengan selimut yang tetap bergulung di tubuh karena udara di Malang memang cukup dingin saat malam.
Saya mengintip jendela dan langsung dihadapkan oleh satu sosok yang saya pikirkan sebelum tidur. Pocong!
Jantung saya deg-deg an (apakah ini yang dinamakan cinta? Eh, bukan tolol!). Saya berhenti bernapas untuk sekian detik. Saya menutup tirai, tapi entahlah... dasar bodoh! Saya kembali mengintip di samping tirai. Saya jelas melihat sosok tubuh setinggi orang dewasa berbalut kain kafan putih berdiri tepat di balik jendela.
Sangat dekat posisi kami, tapi dia membelakangi saya hingga saya tidak bisa melihat wajahnya. Tapi dari belakang, saya bisa melihat lekuk tubuh di balik kain dan ikatan khas itu. Di bawah lampu yang temaram dan malam yang senyap itu, saya melihat pocong sungguhan untuk pertama kalinya dalam hidup saya. Kembali saya terkejut ketika sosok itu tanpa diduga bergerak mengetuk jendela dengan bagian belakang tubuhnya (punggung).
Tok... Tok... Tok...
Sosok itu berhenti!
Seolah menyadari saya mengawasinya dari balik tirai, dia menggerakkan kepalanya ke samping...
Krekkk...!
Sebelum jelas terlihat wajahnya, saya tutup tirai dan langsung menutupi seluruh tubuh dengan selimut. Tak henti saya membaca doa-doa yang bisa saya ingat di otak saya saat itu. Hingga saya tertidur dengan ketakutan dan bangun dengan perasaan paranoid karena "tamu" yang datang semalam.
Jangan pikirkan mereka sebelum tidur, atau mereka akan benar-benar datang!