Empat tahun yang lalu, aku berdiri di depan rumahmu, seraya menatap haru dan tak percaya jika jasad yang terbujur kaku di depanku adalah kamu. Lantunan doa mengiring kepergianmu yang sangat mendadak, isak tangis para pelayat menandakan kamu sangat berharga bagi mereka. Aku tergerak untuk menengok sejenak ibumu, terlihat wajah penuh kesedihan ditinggal anak kesayangannya. Ku ingin mendekat, sejenak meringankan kesedihannya, namun aku sendiri tak mampu meringankan kesedihanku.
Akhirnya keranda itu dibawa ke peristirahatan terakhirmu, akupun turut serta sebagai penghormatan terakhir pada orang yang aku sayang. Tempat peristirahatan terakhirmu begitu sejuk, di bawah pohon bambu. Orang tuamu sengaja memilihkan tempat itu, agar kamu tak kepanasan. Rasanya tak rela ketika jasadmu dimasukkan ke liang lahat, itu tandanya kamu tak akan pernah lagi datang menemuiku. Masih teringat jelas semua tentangmu, canda tawamu dan sebuah kecupan pertama dan terakhir. Aku menyesal tak sempat mengucapkan "Aku sayang kamu".
Ga hanya aku yang bersedih atas kepergianmu, namun juga alam yang hari itu begitu redup. Aku beranjak dari tempat peristirahatanmu dan berharap semua ini hanya mimpi buruk. Aku tak ingin kehilangan orang yang aku sayang, bagiku kamu berarti dalam hidupku. Kamu selalu ada saat aku senang dan sedih, kamu selalu membuatku melupakan kesedihanku. Terima kasih untuk semuanya, sampai kapanpun aku menyayangimu, dan akan ada sebuah tempat di hatiku untukmu.
Yanuk, semoga kamu mendapatkan tempat terindah di sisiNya... amin..