Kehidupan masa lalu dengan masa sekarang merupakan hal yang berbeda dan tidak dapat disamakan. Pola pikir masyarakat tidak seutuhnya tenggelam dalam masa lampau karena perlu adanya pembaharuan demi terciptanya jalan kehidupan yang memiliki wawasan.
Sikap individualisme dapat memengaruhi seseorang dalam organisasi kemasyarakatan yang banyak menimbulkan kontra pada kehidupan sehari-hari. Seorang individualis tidak dapat menilai peristiwa atau kejadian yang sedang terjadi di lingkungan nya dan lebih tertutup sehingga enggan untuk bersosialisasi.
Indonesia dikenal dengan masyarakat nya yang memiliki sikap ramah, sopan, dan selalu berkontribusi antarsesama demi terciptanya kesejahteraan bangsa dan negara. Untuk mempertahankan hal-hal seperti ini tentunya sangat sulit dan memerlukan upaya yang cukup kuat agar masyarakat Indonesia tetap bisa mencintai, serta melestarikan kebudayaan bangsa nya sendiri.
Gotong-royong merupakan suatu kebudayaan yang mencolok bagi bangsa Indonesia karena membawa dampak positif dan dapat mempersatukan dari berbagai perbedaan yang ada, serta menumbuhkan semangat nasionalisme, terutama di era sekarang yang memiliki banyak tantangan untuk dihadapi.
Kegiatan gotong-royong disebut sebagai suatu aktivitas yang dapat memajukan keberlangsungan hidup bangsa Indonesia. Adanya aktivitas tersebut membuat masyarakat di lingkup daerah masing-masing menjadi dekat dan saling membantu antara satu sama lain. Gotong-royong tidak akan pernah terlaksana jika masyarakat nya selalu mementingkan diri sendiri dan memiliki ego yang kuat.
Kegiatan yang mencolok sebagai budaya bangsa Indonesia tidak hanya gotong-royong, tetapi masih ada banyak hal yang menjadi sorotan bagi bangsa Indonesia. Adapun manfaat dari kegiatan ini bertujuan untuk mengurangi sikap individualisme yang terjadi di Indonesia.
Individualisme merupakan suatu sikap yang menjadikan masyarakat terpengaruh akan adanya perubahan-perubahan dan seringkali merugikan bagi diri sendiri maupun orang lain. Individualisme menekankan atau berpegang teguh pada kebebasan atau kemerdekaan pada suatu individu.
Sikap individualisme sangat memengaruhi kehidupan. Sikap ini muncul dari adanya budaya barat yang berkembang di Indonesia, terutama pada saat era globalisasi ini. Individualisme dapat dilihat dari bagaimana seorang manusia mengabaikan keadaan lingkungan sekitar dan seolah-olah tidak akan membutuhkan bantuan orang lain. Padahal, manusia diharuskan menjadi makhluk sosial demi menciptakan interaksi yang baik antarsesama.
Manusia akan tetap membutuhkan orang lain sekuat apapun dirinya. Oleh karena itu, penting untuk tetap memelihara relasi yang baik antarsesama dan membangun etos kerja dengan masyarakat lain. Hal ini dapat diasumsikan dengan pancasila butir ketiga yang mana dijelaskan mengenai "Persatuan Indonesia".
Adapun maksud dari butir tersebut menjelaskan bahwa bangsa Indonesia adalah negara yang satu, utuh, dan tidak terpecah, meskipun dengan adanya keanekaragaman suku dan budaya.
Di tengah peradaban ini, bangsa Indonesia sedang kehilangan jati diri nya yang membuat sikap gotong royong pada diri masyarakat terhambat. Sikap gotong royong ini sudah jarang ditemui di kota-kota besar, dimana lebih mendahulukan kepentingan diri sendiri daripada kepentingan bersama.
Akses informasi maupun interaksi antara satu dengan yang lain juga telah tergantikan dengan teknologi yang semakin canggih. Hal ini dapat diasumsikan bahwa di era digital ini, teknologi juga mengakibatkan muncul nya sikap individualisme yang membuat dimensi jarak antara masyarakat secara nyata terminimalisir. Namun, di sisi lain, teknologi juga memiliki dampak positif, yaitu mudah nya pengaksesan internet untuk kepentingan pendidikan, pekerjaan, dan kehidupan sehari-hari.
Dampak dari globalisasi juga memengaruhi pola pikir masyarakat. Keadaan dimana manusia memiliki harta yang cukup, tetapi harta tersebut digunakan untuk membeli barang-barang tidak berguna dan enggan untuk bersedekah kepada orang yang membutuhkan. Selain itu, generasi muda lebih tertarik dengan budaya barat dan meniru budaya tersebut tanpa mengingat budaya bangsa nya sendiri.
Bentuk sikap individualisme juga dapat dilihat dari kurangnya informasi identitas tetangga karena tidak pernah berkomunikasi antara satu sama lain. Kejadian seperti itu yang menjadikan sikap individualisme semakin berkembang dan sulit sekali untuk diminimalisir. Padahal, munculnya masyarakat individualisme mengakibatkan sulitnya orang tersebut untuk bersosialisasi dengan yang lain. Maka dari itu, sikap ini dapat memunculkan perpecahan dan memudarkan solidaritas, kesetiakawanan, maupun mufakat bersama.
Indonesia juga mengalami distorsi, pelunturan, ataupun kehilangan daya tarik antara satu dengan lain nya. Dari hal tersebut, kita harus mempertahankan nasionalisme bangsa negara. Dengan ini, kita tahu bahwa orang yang cenderung individualis tidak senang dengan hal-hal yang ramai dan tidak ingin memiliki interaksi dengan khalayak umum.
Orang individualis muncul akibat krisis kepercayaan kepada orang lain sehingga menyebabkan ia merasa benar dalam melakukan sesuatu dan apa yang dilakukan orang lain salah. Pada intinya, masyarakat pun akan terjun langsung dalam urusan masyarakat lain jika menurutnya dapat memberikan manfaat atau keuntungan terhadap dirinya sendiri.
Manusia memang tempatnya salah, tetapi lebih baik sebagai makhluk ciptaan-Nya harus dapat memperbaiki diri dan selalu berada di jalan yang benar. Bangsa Indonesia terkenal dengan sikap religius yang tinggi. Artinya bangsa Indonesia memeluk agama sesuai kepercayaan masing-masing yang dapat dijadikan pedoman atau pandangan selama hidupnya.
Sikap individualisme masyarakat menjadi penyebab menurunnya moral ataupun akhlak yang dimiliki oleh seseorang. Dengan itu, perlu adanya pemahaman dan peningkatan mutu masyarakat agar terciptanya manusia yang selalu bisa menghargai keberadaan orang lain, serta dapat menjadi pemimpin penerus bangsa.
Tentunya mempertahankan sikap gotong-royong dapat diamalkan dengan nilai-nilai Pancasila dan bisa selektif terhadap perubahan yang ada. Masyarakat selalu hidup berdampingan sehingga sebagai warga negara Indonesia harus saling merangkul dan menyelesaikan tugas atau kegiatan secara bersama, guna terciptanya kehidupan yang rukun, aman, adil, sejahtera, dan makmur.
__
Fisikawati, A. R., Anggraeni, Y., & Wardani, I. (2018). Individualisme Pada Siswa Di Zaman Global. Prosiding Seminar Nasional, 0291, 189--193.
Kerja, E. P. T. (1967). Berubahnya Sikap Gotong Royong Menjadi Sikap Individualisme. Angewandte Chemie International Edition, 6(11), 951--952., 13(April), 15--38.
Lestari, E. Y., Janah, M., & Wardanai, P. K. (2019). Menumbuhkan Kesadaran Nasionalisme Generasi Muda Di Era Globalisasi Melalui Penerapan Nilai-Nilai Pancasila. Adil Indonesia Jurnal, 1(1), 20--27.
Lokal, K., & Hospitalitas, D. A. N. (n.d.). DI TENGAH DUNIA MODERN LOCAL WISDOM AND CHRISTIAN HOSPITALITY AS AN EFFORT TO PREVENT INDIVIDUALISM THAT CONTINUES TO DEVELOP IN THE SOCIETY OF TORAJA.
Nasution, R. D. (2017). Pengaruh Perkembangan Teknologi Informasi Komunikasi Terhadap Eksistensi Budaya Lokal. Jurnal Penelitian Komunikasi Dan Opini Publik, 21(1), 30--42.
Saletti-cuesta, L., Abraham, C., Sheeran, P., Adiyoso, W., Wilopo, W., Brossard, D., Wood, W., Cialdini, R., Groves, R. M., Chan, D. K. C., Zhang, C. Q., Josefsson, K. W., Cori, L., Bianchi, F., Cadum, E., Anthonj, C., NIH Office of Behavioral and Social Sciences, Deci, E. L., Ryan, R. M., ... IOTC. (2020). Pengaruh Modernisasi Terhadap Semangat Nasionalisme dan Gotong Royong Pada Generasi Muda. Sustainability (Switzerland), 4(1), 1--9. https://pesquisa.bvsalud.org/portal/resource/en/mdl-20203177951%0Ahttp://dx.doi.org/10.1038/s41562-020-0887-9%0Ahttp://dx.doi.org/10.1038/s41562-020-0884-z%0Ahttps://doi.org/10.1080/13669877.2020.1758193%0Ahttp://sersc.org/journals/index.php/IJAST/article
Sutria, D. (2019). Implementasi Metode Batu Pijar Dalam Pembelajaran Matematika Untuk Meningkatkan Aktifitas Dan Hasil Belajar Siswa Sd Negeri 47 Kota Jambi. Jurnal Pesona Dasar, 7(2), 1--9. https://doi.org/10.24815/pear.v7i2.14753