Mohon tunggu...
KOMENTAR
Cerpen

My Love in New York City part 4

28 November 2011   09:59 Diperbarui: 25 Juni 2015   23:06 189 0
Bel pulang berdering, menandakan waktunya untuk pulang. Tapi tidak untukku. Bel pulang saat itu berarti waktunya aku berbicara dengan Daniel. Membicarakan permasalahan yang terjadi saat itu. Aku siap untuk menerima apa yang akan terjadi nanti. Bahkan aku siap bila aku harus kehilangan Daniel. Jika memang itu yang terbaik.

***

Aku menghampiri Daniel yang duduk sendiri di kelas. Dia terlihat sangat kacau. Aku tidak tega untuk mengajaknya memusyawarahkan permasalahan ini. Tapi mau bagaimana lagi, jika aku tidak memusyawarahkannya, masalah ini tidak akan selesai.

” Hey, mari kita bicarakan masalah ini. Mungkin, jika kita membicarakannya baik-baik, kita bisa menemukan jalan keluar.” ajakku

” Hai, ya aku kira mungkin kita harus membicarakannya. Agar masalah ini terselesaikan.” Balas Daniel

” Ya, kau benar. Tapi sebaiknya jangan di kelas, di taman saja ya? “

” Iya, terserah kau saja. Aku setuju-setuju saja dengan usulanmu”

” Baiklah “

Awal pembicaraan yang baik, tidak ada ketegangan antara kami. Kami berjalan menuju taman sekolah. Aku memilih taman, karena suasananya yang sejuk, bisa menenangkan hati sekalipun sedang dalam emosi berat. Kami mencari tempat duduk yang nyaman di sana. Setelah itu, Aku memberanikan diri untuk memulai pembicaraan.

” Daniel, aku punya banyak pertanyaan yang ingin ku ajukan padamu. Apalagi setelah masalah yang tadi. Aku tau mungkin peristiwa tadi adalah hal sepele yang tidak perlu dipermasalahkan bagimu. Tapi bagiku, itu bukanlah hal sepele. Aku merasakan ada seuatu yang berubah darimu. Bukan fisik, tapi sikapmu. Kau mungkin tidak merasakan perubahan dalam sikapmu. Tapi aku, merasakannya.”

” Ya, kau benar. Tapi, sikapku yang mana yang berubah, Joe? Beritahu aku, mungkin aku bisa merubahnya. Maafkan aku, aku tidak memikirkan perasaanmu saat itu.”

” Sikapmu yang selalu perhatian dan peduli pada orang yang kamu sayang. Akhir-akhir ini, kau lebih sering bersama dengan Lily, dan mengabaikankku. Mungkin, kau benar-benar menyukai Lily. Sehingga perhatianmu hanya tertuju padanya, dan aku diabaikan. Sekarang, tolong jawab dengan jujur. Aku tidak akan marah. Ini satu-satunya jalan agar masalah ini bisa terselasaikan. Apa kau menyukai Lily? “

” Sekali lagi, maafkan aku. Aku tidak bermaksud untuk melukai hatimu. Tapi jika aku memang harus jujur, memang benar akhir-akhir ini aku mulai mempunyai rasa pada Lily. Maafkan aku.”

” Tidak perlu minta maaf. Kau sudah menjawab yang sebenarnya. Aku sudah memaafkanmu dari awal. Aku meminta ketegasanmu Daniel. Kini, kau memilih aku atau Lily?”

” Joe, kau sangat baik. Dibandingkan dengan Lily, kau itu lebih sempurna daripadanya. Apakah aku harus memilih Lily? Untuk apa aku memilih Lily jika aku mempunyai kamu yang lebih baik darinya?. Cukuplah sudah Joe. Aku berjanji padamu, tak akan menyakiti hatimu lagi.”

” Kau mengatakan hal yang sama seperti sebelumnya. Tapi, kau telah melanggar apa yang kau katakan sebelumnya. Aku tidak bisa langsung percaya padamu. Aku mungkin bisa menerimanya jika kau benar-benar tulus mengatakannya.”

” Ya, kau benar aku telah melanggar janji pertamaku. Tapi kali ini, aku mengatakan yang sejujurnya. Aku mengatakan ini dengan tulus. Kini, terserah padamu. Apa kau akan mempercayaiku atau tidak.”

” Aku masih ragu padamu. Sulit untuk memberikan kepercayaan yang kedua kalinya. Tapi, jika kau bisa membuktikannya padaku. Aku bisa memberikan kepercayaanku padamu”

” Berikan aku kesempatan terakhir, aku akan membuktikannya padamu. “

” Baiklah, sepakat.”

Pembicaraan tadi serasa sangat singkat. Bahkan aku tidak bisa menanyakan semua pertanyaan yang sudah muncul sebelumnya. Aku terkunci akan jawaban darinya. Tapi, sepertinya dia mengatakan semua dengan tulus dan jujur. Meskipun begitu, aku masih ragu akannya. Hanya satu yang bisa membuktikan apakah dia tulus atau tidak. Hanya satu, yaitu dirinya.

Setelah pembicaraan itu, aku diantar pulang olehnya. Sore hari aku sampai ke apartemen. Hari itu, orangtuaku belum juga pulang. Aku masih menunggu mereka, mungkin lusa mereka akan pulang. Karena sudah terlalu sore, aku langsung membersihkan diri kemudian istirahat. Sambil termenung di kamar tidur, aku merenungkan apa yang mungkin akan terjadi besok. Apa Daniel akan menepati janjianya, atau tidak? Kita lihat saja besok.

***

Jam bekerku berdering, waktunya untuk bangun dan bersiap pergi ke sekolah. Aku mandi dan langsung bersiap untuk pergi. Tak lupa aku sarapan terlebih dahulu. Tiba-tiba saja handphoneku bergetar. Ada pesan, dari Daniel. Dia bilang, dia sudah ada di depan pintu apartemen. Wow ! aku syok membaca pesannya hingga aku tersedak. Cepat-cepat aku keluar apartemen. Dan benar saja, saat aku membukakan pintu Daniel sudah berdiri di depan dengan tampannya.

” Kenapa kau datang sepagi ini?”

” Tidak apa, aku hanya ingin menemanimu sarapan. Kau sendiri kan? orangtuamu sedang ke canada?.”

” Ya memang benar, Tapi apa tidak merepotkan? Kau diantar sama supir kan?”

” Tidak sama sekali. hemm kau akan tau nanti”

” Baiklah, ayo masuk. Tidak enak jika ngobrol diluar”

” Baiklah.”

Aku sarapan bersama Daniel. Rasanya, apartemen menjadi lebih hidup. Walaupun hanya berdua, tapi rasanya seperti ada banyak orang di apartemen. Kami bersenda gurau sambil menikmati sarapan kami. Ini, adalah hal yang paling berkesan. Daniel sepertinya benar-benar tulus.

Setelah selesai sarapan, kami turun ke lobby untuk segera bergegas menuju sekolah. Di lobby, aku tidak melihat mobil Daniel yang biasa terparkir di depan. Aneh, apa mungkin mobilnmya di parkir di tempat lain?.

” Daniel, dimana mobilmu? Biasanya diparkir disana”

” Hm, ayo ikut aku. Nanti kau akan tau”

Daniel meraih tanganku, berjalan bersama menuju area parkir lain. Ternyata area parkir sepeda yang kami tuju. Kini aku tau, dia pergi ke apartemenku menggunakan sepeda, dan itu pagi-pagi sekali. Sebuah sepeda sport dengan boncengan dibelakang diraih oleh Daniel. Daniel membawa tasnya yang di simpan di sepeda, dan kemudian memboncengiku. Betul-betul berkesan. Aku sangat suka pergi ke sekolah dengan sepeda. Daniel benar-benar tulus. Kami pun berangkat ke sekolah.

Sesampainya di sekolah, Daniel mempersilahkanku duduk bersamanya. Semua kegiatan di sekolah, ku lalui bersamanya. David dan Lily, terlihat tidak suka melihat kami dekat kembali. Aku memberitahukannya pada Daniel. Namun, entah apa yang dilakukan Daniel pada mereka setelah aku memberitahunya. Tapi yang jelas, Lily dan David menjadi lebih dekat. Benar-benar aneh. Tapi syukurlah, dengan begitu tidak ada lagi yang akan mengganggu kami.

Hingga pulang sekolah pun, aku masih bersama Daniel. Dia selalu ada disisiku. Aku diantar pulang olehnya, tentunya pakai sepeda lagi. Dan kini semuanya terbukti. Daniel memang tulus dan menepati janjinya. Aku ingin mengajaknya bicara sekali lagi. Untuk memberikan kepercayaanku padanya. Mungkin besok.

Sesampainya kami di apartemen. Aku berterimakasi padanya karena sudah mau mengantarku pulang. Karena sudah sore, dia langsung bergegas pulang karena takut kemaleman dijalan. Aku pun masuk ke apartemen.

Saat aku buka pintu apartemen, ternyata orangtuaku sudah pulang. Mereka pulang lebih cepat ternyata. Syukurlah, aku tidak akan kesepian lagi di rumah. Tapi, mereka sepertinya sedang sibuk berkemas sampai kedatanganku saja mereka tidak menyadarinya.

” Hai, ibu. Hai, Ayah!”

” Halo nak” sapa ayahku

” kenapa ayah dan ibu sibuk berkemas? memang ada apa?”

” Oh iya, ayah dan ibu lupa memberitahumu. Lusa, kita akan pulang kembali ke negara kita. Pertemuan di canada itu membahas tentang pelanjutan sekolah. Ternyata kita bisa pulang lusa ke negara kita. Ayah dan ibu akan melanjutkan sekolah di negara kita. “

” Apa? Aneh! kenapa bisa pindah? kalo memang melanjutkan sekolah disini ya harus sampai tuntas dong. Bukan ada perlanjutan kaya gini. “

” Kami juga tidak paham, tapi apa boleh buat kita harus menaati keputusan mereka, nak.”

” apakah harus secepat itu? Aku bahkan baru belajar di sekolah selama 6 bulan -__-“

” Maafkan kami nak. Tapi mau tidak mau kita harus menaati keputusan yang sudah ditetapkan”

” ya sudah, lagian aku tidak bisa berbuat banyak. “

Keputusan yang aneh, tidak bisa dimengerti oleh logika. Menyimpang dari peraturan yang sewajarnya. Sebetulnya, bukan sekolah yang aku khawatirkan. Tapi, Daniel. Aku harus berpisah selamanya dengan Daniel. Padahal baru saja hari ini dia membuktikan semuanya. Dan lusa, aku harus berpisah selamanya. Terpisah dengan benua dan lautan diantara kami. Ini semua membuatku sedih. Aku menangis, dan sulit untuk berhenti. Hingga aku tertidur karena tangisanku.

***

Keesokan harinya, aku masih bisa untuk bersekolah. Dan hari itulah hari terakhir aku belajar di sekolah elit itu. Dan terakhir kalinya untuk bertemu dengan Daniel. Seperti yang dia lakukan kemarin dia menjemputku dengan sepeda. Raut muka ku sedih.

” Kau kenapa joe? Sakit?”

” Tidak, aku tidak sakit. aku baik baik saja. Sepulang sekolah nanti kau ada acara?”

” benarkah? tidak-tidak ada acara. ada apa?”

” Ajak aku jalan-jalan”

” tentu saja”

Hari terakhir aku belajar di sekolah ini. Rasanay tidak mood untuk belajar. Aku hanya ingin melepas rindu berasama kawan-kawan. Aku tidak memperhatikan guru, mengerjakan tugas pun tidak. Aku menghabiskan waktu di sekolah untuk bersenda gurau bersama teman-teman. Hingga pulang sekolah tiba.

Pulang sekolah, aku diajak berjalan-jalan ke tempat dimana Daniel menyatakan perasaannya padaku. Sungguh menyedihkan, tempat dimana awal kita dipersaatukan, kini menjadi tempat dimana hubungan ini diakhiri. Aku sedih, dan tak terasa air mataku mengalir.

” Kau kenapa, Joe?”

” Aku ingin mengatakan sesuatu padamu”

” apa itu?”

” Aku pernah memberikan janji kepadamu. Aku akan memberikan kepercayaanku padamu jika kamu bisa membuktikannya. Kini aku memberikan semua kepercayaanku padamu. Selamat Daniel kau berhasil.”

” Terimakasih banyak Joe. Kau sangat baik. Tidak salah aku memilihmu”

Mendengar Daniel mengatakan itu, semakin berat rasanya utnuk mengatakan ” Aku Harus Pergi ” dan berat rasanya utnuk meninggalkan Daniel. Hatiku menjerti, aku menangis tak tertahan.

” Kau kenapa Joe? kau membuatku khawatir”

” Maafkan aku daniel. “

” kenapa kau minta maaf? kau tidak punya salah apapun padaku”

” jelas aku punya salah, besok aku akan pulang ke negaraku. Orangtuaku harus menaati keputusan yang dibuat sekolahnya. mereka harus kembali ke negara asal untuk melanjutkan. Itu keputusan aneh sangaat aneh aku tidak bisa menerimanya. Dan itu membuat kita harus berpisah. berpisah selamanya”

” kenapa harus selamanya? aku masih bisa mengikutimu ke negara asalmu. kau masih bisa berkomunikasi denganku.”

” Tetap saja kita harus berpisah”

” Sudahlah Joe, jangan menangis. Aku akan bersabar menunggumu jika kau akan kembali nanti. Jika tidak, hubungi aku dan aku akan menyusulmu ke sana. Jangan bersedih, aku tetap ada untukmu”

” Aku.. Akuu.. sangat menyukaimu “

” Aku juga, jadi jangan tinggalkan aku. Kau harus tetap berkomunikasi denganku”

Keesokan harinya, aku pulang. Kembali ke negara asalku. Banyak kenangan indah yang aku tinggalkan di kota ini. Disinilah tempat bertemunya aku dan Daniel. Disinilah kisah cintaku bersemi. Disini juga perpisahanku dan Daniel terjadi. Oh, New York.. berat untuk ditinggalkan, begitu manis untuk diingat.

Daniel, sebuah nama yang akan selalu mengisi hatiku meskipun kami terpisah oleh samudera dan benua. Daniel tetap ada, di dalam hatiku...

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun