Mohon tunggu...
KOMENTAR
Ilmu Sosbud

Upaya Raden Wijaya Mengalahkan Jayakatwang dan Mendirikan Kerajaan Majapahit

25 Oktober 2024   21:24 Diperbarui: 25 Oktober 2024   21:31 52 0
Kerajaan Majapahit adalah suatu kerajaan yang pernah berdiri dari sekitar tahun 1293 hingga 1500 M dan berpusat di pulau Jawa bagian timur tepatnya di daerah Tarik, Sidoarjo, Jawa Timur. Kerajaan ini pernah menguasai sebagian besar pulau Jawa, Madura, Bali, dan banyak wilayah lain di Nusantara.

Pendirian Kerajaan Majapahit diawali oleh rentetan peristiwa bersejarah. Salah satunya adalah keruntuhan Kerajaan Singasari dan berkuasanya Jayakatwang sebagai Raja Kediri.

Secara singkat, Kerajaan Majapahit bisa disebut sebagai lanjutan dari Kerajaan Singasari yang didirikan Ken Arok. Sebelumnya, kerajaan tersebut runtuh akibat pemberontakan Bupati Gelanggelang Jayakatwang.

Jayakatwang adalah Bupati Gelang-gelang (kini sekitar Madiun) yang merupakan bagian dari wilayah Kadiri (Kediri) atau Panjalu, sedangkan Kadiri termasuk taklukkan Kerajaan Singasari (berpusat di Malang).

Gara-gara dendam dan termakan hasutan, Jayakatwang kemudian memberontak terhadap Maharaja Kertanegara demi membangkitkan kembali Kerajaan Kadiri yang berpusat di Daha

Ketika Jayakatwang memberontak, kekuatan militer Singasari belum sempurna karena sebagian besar pasukannya masih dalam perjalanan pulang dari Ekspedisi Pamalayu (Sumatera).

Alhasil, Jayakatwang sukses melancarkan gerakan pembangkangan dengan meruntuhkan Kerajaan Singasari sekaligus menewaskan Kertanegara.

Belum diketahui dengan pasti kapan Jayakatwang dilahirkan. Namun, antara Jayakatwang yang merupakan keturunan Kerajaan Kadiri dan Maharaja Kertanegara dari Kerajaan Singasari masih terjalin hubungan kekerabatan, yakni besan, ipar, sepupu, sekaligus keponakan.

Ratna Rengganis dalam Sosok di Balik Perang (2013) menyebutkan, Jayakatwang dan istrinya, Nararya Turukbali, memiliki putra bernama Ardharaja yang nantinya menikah dengan salah putri Maharaja Kertanegara dari Singasari. Dengan kata lain, Jayakatwang dan Kertanegara adalah besan.

Sedangkan menurut Prasasti Mula Manurung dengan angka tahun 1255 M yang ditemukan di Kediri, istri Jayakatwang yakni Nararya Turukbali adalah putri dari Wisnuwardhana yang merupakan Raja Singasari sebelum dilanjutkan oleh putranya, Kertanegara.

Dengan demikian, Nararya Turukbali dan Kertanegara adalah saudara satu ayah. Artinya, Jayakatwang merupakan ipar dari Kertanegara.

Selain itu, Jayakatwang dan Kertanegara juga punya hubungan sebagai saudara sepupu. Pasalnya, masih berdasarkan Prasasti Mula Manurung, ibunda Jayakatwang dan ayahanda Kertanegara (Wisnuwardhana) adalah kakak beradik.

Kekuatan militer Kerajaan Singasari yang belum utuh sepenuhnya lantaran sebagian pasukannya masih dalam perjalanan pulang dari Ekspedisi Pamalayu (Sumatera) membuka peluang bagi Jayakatwang untuk memberontak.

Dendam lama terhadap leluhur Kertanegara, Ken Arok, yang telah menjungkalkan buyut Jayakatwang, Kertajaya, sekaligus mengubur riwayat Kerajaan Panjalu alias Kadiri, bakal bisa dituntaskan.

Selain itu, keputusan Jayakatwang memberontak juga merupakan hasutan dari Aria Wiraraja. Dikutip dari Slamet Muljana dalam Menuju Puncak Kemegahan (1965), Wiraraja diduga kuat sebagai aktor intelektual terjadinya pemberontakan yang mengakhiri sejarah Kerajaan Singasari tersebut.

Aria Wiraraja adalah mantan pejabat tinggi di Kerajaan Singasari. Namun, oleh Kertanegara ia dimutasi ke Sumenep, Madura, lantaran sering menentang kebijakan raja. Tak heran jika Aria Wiraraja juga menyimpan kekesalan terhadap Kertanegara.

Serangan pertama dilakukan dari arah utara untuk menyebarkan ketakutan terhadap rakyat maupun warga istana Singasari. Serangan ini dijalankan oleh pasukan kecil yang diberi nama Jaran Guyang. Adapun serangan kedua dilancarkan dari selatan, diperkuat oleh pasukan yang lebih besar.

Untuk meredam ketakutan rakyat atas serangan Jayakatwang dari arah utara, Kertanegara memerintahkan menantunya, Raden Wijaya, untuk menumpasnya. Pasukan pimpinan Raden Wijaya dengan mudah bisa mengalahkan Jaran Guyang, namun itu ternyata jebakan.

Ketika pertahanan di ibu kota Singasari semakin lemah karena pasukan Raden Wijaya dikirim ke utara, Jayakatwang mengerahkan pasukan kedua dari arah selatan dengan kekuatan yang lebih besar. Tujuannya: merebut kekuasaan Singasari dan Maharaja Kertanegara.

Pasukan Jayakatwang berhasil menduduki istana, bahkan Kertanegara terbunuh dalam peristiwa tersebut yang sekaligus memungkasi riwayat Kerajaan Singasari dan menuntaskan dendam lama.

Setelah merobohkan Singasari, Jayakatwang kemudian membangkitkan Kerajaan Panjalu atau Kadiri, kerajaan leluhurnya yang dulu dihabisi oleh nenek moyang Kertanegara

Pasukan pimpinan Raden Wijaya tercerai- belai setelah mengetahui Singasari jatuh dan Maharaja Kertanegara tewas. Bersama pengikut setia yang masih tersisa, menantu Kertanegara ini melarikan diri ke dalam hutan rimba di sekitar aliran Sungai Brantas, di sekitar Mojokerto.

Raden Wijaya harus melakukan perjalanan panjang untuk bisa membalaskan dendamnya kepada para pemberontak yang menghancurkan Kerajaan Singasari. Niatan balas dendam tersebut mendapatkan jalan ketika pasukan Mongol datang ke Singasari.

Pasukan Mongol adalah tentara dari Kekaisaran Mongol yang dipimpin oleh Kubilai Khan, cucu dari Jenghis Khan. Pasukan Mongol dikenal sebagai pasukan yang tangguh, ganas, dan tak kenal ampun.

Mereka berhasil menaklukkan banyak wilayah di Asia dan Eropa dengan kekuatan militer yang luar biasa. Pada tahun 1292, pasukan Mongol datang ke Jawa dengan tujuan untuk menghukum Kertanegara, raja Singasari yang telah menolak untuk tunduk pada Kubilai Khan.

Kertanegara bahkan telah menghina utusan Mongol dengan memotong telinga mereka. Namun, ketika pasukan Mongol tiba di Jawa, mereka mendapati bahwa Kertanegara sudah tidak berkuasa lagi. Dia telah dibunuh oleh Jayakatwang, raja Kediri yang memberontak dan merebut takhta Singasari.

Raden Wijaya mendapat ide untuk memanfaatkan kedatangan pasukan Mongol untuk membalas dendam kepada Jayakatwang. Dia menghubungi pasukan Mongol dan mengaku sebagai bawahan Kertanegara yang masih setia.

Dia menawarkan untuk membantu pasukan Mongol untuk menyerang Jayakatwang dengan memberikan peta daerah Kalang, tempat Jayakatwang bersembunyi. Raden Wijaya juga berjanji akan tunduk pada Kubilai Khan jika dibantu dalam menyerang Jayakatwang. Pasukan Mongol yang tidak mengetahui situasi politik yang sebenarnya di Jawa, menerima tawaran Raden Wijaya dan bersedia bekerja sama dengan dia. Mereka kemudian menyerang daerah Kalang dengan bantuan Raden Wijaya dan berhasil mengalahkan Jayakatwang pada tahun 1293.

Dengan cara ini, Raden Wijaya berhasil menyikapi kehadiran pasukan Mongol di Singasari dengan cerdik dan bijak. Tidak hanya berhasil membalas dendam kepada Jayakatwang, tetapi juga berhasil membebaskan diri dan rakyatnya dari ancaman Mongol.

Jayakatwang yang memiliki 10.000 prajurit ternyata tidak kuasa menahan gempuran pasukan gabungan di bawah komando Raden Wijaya. Terlebih, pasukan Mongol dipersenjatai dengan meriam yang membuat tentara Jayakatwang kocar-kacir.

Kemenangan diperoleh pasukan gabungan Raden Wijaya. Jayakatwang meregang nyawa dalam rangkaian pertempuran itu.

Pembalasan dendam Raden Wijaya untuk mertuanya, Maharaja Kertanegara, tuntas sudah. Kerajaan Panjalu atau Kadiri yang belum setahun berdiri kembali harus terkubur lagi.

Setelah mengalahkan Jayakatwang, Raden Wijaya menyerang balik pasukan Mongol dan menghancurkan mereka.

Usai itu, Raden Wijaya mendeklarasikan berdirinya Kerajaan Majapahit pada 1293 dengan pusat pemerintahan di Mojokerto, yang tidak lain adalah penerus kekuasaan Singasari.

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun