Mohon tunggu...
KOMENTAR
Humaniora

Teruslah Seperti Itu, Kang Emil...

1 September 2013   15:42 Diperbarui: 24 Juni 2015   08:31 823 0
"Percaya sama saya, saya bagian dari anda." Ini adalah kata-kata Kang Ridwan Kamil --yang akrab disapa Kang Emil, walikota Bandung terpilih, kemarin sore. Ini adalah kalimat sederhana, tanpa diksi yang berat atau puitis, tapi terdengar sangat bersahabat. Kalimat sederhana ini, terus terngiang-ngiang di hati dan pikiran saya. Kemarin siang, saya menghadiri acara Ngabandungan 6 yang bertempat di Bober Cafe, di Jalan Sumatra. Ngabandungan adalah public hearing, sebuah bentuk 'forum warga' yang diadakan berupa obrolan santai dan komunikatif. Ngabandungan sendiri, dalam bahasa Sunda maksudnya ialah mendengarkan dengan seluruh perhatian. Menyimak dengan segenap panca ingera. Atau dengan kata lain: sungguh-sungguh mendengarkan. Sebagai orang awam dan pendatang di Bandung, saya pikir Ngabandungan memiliki penggalan kata: "Nga-Bandung-an", karena Kang Emil sendiri terpilih menjadi walikota Bandung. Tapi ternyata, Ngabandungan memiliki arti yang lebih dalam. Dan saya rasa, pemilihan nama ini tepat, karena acara yang diadakan kemarin benar-benar menyenangkan dan bersahabat. Saya pribadi, banyak mendapat inspirasi dari sosok seorang Ridwan Kamil. Humble. Itu adalah kesan pertama saya ketika melihat beliau keluar dari salah satu ruangan di Bober Cafe tersebut. Dan ternyata, kesan pertama saya tidak meleset. Karena dari awal hingga akhir Kang Emil berbicara, kesan humble tersebut terus melekat. Ketika berbicara, Kang Emil sering menggunakan bahasa sunda, dan menyisipkan candaan bersahabat. Saya tidak melihat kesan arogan dari sosok Kang Emil. Ketika ada yang mempresentasikan program-program di komunitasnya pun, Kang Emil memperhatikan dengan sungguh-sungguh, Ngabandungan. Poin yang juga menarik perhatian saya, Kang Emil paham sejarah. Kang Emil sendiri bercerita bahwa ia hobi membaca tentang sejarah. Dan ketika sesi tanya jawab dimulai, dan Kang Emil diminta kesediaannya untuk memberikan pertanyaan, maka pertanyaan tentang sejarahlah yang muncul. Saya pribadi, sangat menghormati orang yang memahami sejarah. Karena menurut saya, orang yang menghargai bangsanya adalah orang yang memahami sejarahnya. Pun begitu dengan agama. Karena terlalu banyak hikmah dan pelajaran yang bisa kita ambil dari sejarah. Kang Emil selalu memegang sebuah buku kecil. Kalau tidak salah warnanya biru. Karena saya hampir selalu melekatkan pandangan kepada sosok walikota kebanggaan saya itu (walaupun tinggal di Bandung hanya menumpang :p), saya tahu persis, Kang Emil menyimak dengan sungguh-sungguh tiap-tiap kalimat yang diucapkan warganya, dan menggerakkan penanya untuk mencatat hal-hal penting, aspirasi dan inspirasi dari warganya untuk kota Bandung. Dan, aa.. Kang Emil bercerita, bahwa ternyata buku itu memang buku catatan, apa-apa saja yang harus ia perbaiki di Bandung, dan per-enam belas poin, akan berusaha ia wujudkan, lalu berlanjut ke per-enam belas berikutnya. Saya berharap dan percaya, bahwa itu bukan semata-mata janji manis belaka. Kang Emil bahkan baru akan dilantik tanggal 16 September nanti, tapi visinya untuk kota Bandung lima tahun kedepan sudah jelas. Ia juga sudah memiliki target dengan berbagai jangka. Dan Kang Emil selalu mengajak kami, warga Bandung, untuk bersama-sama mewujudkannya. Kata-kata yang sering Kang Emil ucapkan kemarin diantaranya: "Mohon dibantu ...", "Saya punya alat tapi saya nggak punya pasukannya", "Saya bisa kasih uangnya, saya bisa permudah birokrasinya, tapi saya nggak bisa ngelakuin itu sendirian." dan sejenisnya. Selain itu juga, Kang Emil merupakan sosok yang kreatif dan inovatif. Beliau juga konkrit. Misalnya, kala beliau bercerita tentang rencana pembuatan Bus Pariwisata untuk para turis (karena konon katanya jalur yang dilewati turis mayoritas itu-itu saja), beliau langsung menanyakan pada audiens siapa yang bisa membuat desain bisnya, silakan langsung hubungi panitia. Gayung pun bersambut. Lepas break shalat Ashar, panita memberitahukan bahwa sudah ada diantara audiens yang menghubungi panitia untuk desain tersebut. Nah! Saya masih takjub dengan cara berfikir Kang Emil yang out of the box, super kreatif dan inovatif. Kang Emil juga 'melek teknologi' dan sangat berjiwa muda. Banyak inovasi baru dari Kang Emil, yang saya yakin akan bisa memajukan Kota Bandung. Salah satu yang saya ingat betul, adalah kebijakan Kang Emil untuk setiap dinas di kota Bandung wajib memiliki akun twitter. Dan para warga, bisa dengan mudahnya mengadukan keluhan mereka kepada dinas terkait. Kang Emil juga berencana untuk membuat (nah. saya lupa, entah program, entah web, entah apa), yang disana para warga bandung juga bisa mengadukan keluhan mereka, yang ada historynya. Sehingga para dinas wajib merespon keluhan warga tersebut, dan secara berkala, Kang Emil akan mengecek, apakah keluhan warganya sudah mendapat respon dari dinas yang bersangkutan atau belum. (Saya sih mikirnya, ini semacam pengembangan dari aplikasi Ngabandungan kemarin. Eh. Tapi nggak tau ding. Allahua'lam) Kang Emil sendiri memiliki akun twitter dengan jumlah follower hampir mencapai seratus ribu! Saya yakin, banyak sekali keluhan yang beliau terima dari mentions di akun Twitternya tersebut --selain sapa atau salam hangat dari warganya, karna saya yakin beliau termasuk sosok pemimpin yang dicintai rakyatnya. Satu lagi hal simpel yang membuat saya kagum: Kang Emil mungkin tidak bisa menjawab semua mentions yang ditujukan padanya (karna jumlahnya juga saya yakin sangat banyak sekali). Namun Kang Emil sering mem-favorit-kan tweet-tweet tersebut yang kebanyakan bernada pengaduan atau sesuatu untuk diselesaikan. Mungkin untuk dibaca di lain waktu. Salute.

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun