Pada kenyataannya, tenaga kesehatan, termasuk perawat dan dokter, memiliki peran yang setara sebagai mitra yang bekerja sama untuk memberikan perawatan berkualitas. Berdasarkan Pasal 12 UU Rumah Sakit, sumber daya manusia terdiri dari tenaga medis dan penunjang medis, tenaga keperawatan, tenaga kefarmasian, tenaga manajemen Rumah Sakit, dan tenaga non-kesehatan, oleh karena itu tenaga keperawatan merupakan tenaga non-paramedis.Perawat memiliki keahlian unik yang tidak mudah digantikan oleh teknologi canggih seperti Artificial Intelligence (AI), menjadikan mereka tidak tergantikan dalam dunia kesehatan yang terus berkembang.
Berbeda dengan AI yang tidak memiliki sensitivitas emosional, perawat menghadirkan sentuhan manusiawi dalam interaksi dengan pasien, menyesuaikan respons mereka dengan kondisi mental dan fisik setiap individu. Pendekatan empatik ini menjadi dasar dari pelayanan kesehatan yang efektif. Dan keahlian inilah yang sebenarnya sangat dibutuhkan oleh para pasien yang pastinya dalam keadaan tidak baik-baik saja sehingga membutuhkan lebih banyak pendekatan emosional.
Perawat berperan sebagai garda terdepan dalam layanan kesehatan, sering kali menjadi titik kontak pertama bagi pasien di fasilitas medis. Dalam konsultasi awal, mereka memainkan peran penting dalam menilai kondisi pasien dan memastikan komunikasi yang efektif. Kemampuan mereka untuk menjelaskan informasi medis dengan jelas dan empati membantu pasien merasa dipahami dan nyaman, bahkan dalam situasi yang penuh tekanan. Selain itu, perawat menciptakan suasana nyaman melalui penerapan prinsip 5S: senyum, sapa, salam, sopan, dan santun yang telah diajarkan sejak awal pendidikan keperawatan.
Pemeriksaan awal yang dilakukan oleh perawat sangat penting untuk menjaga efisiensi layanan kesehatan tanpa mengurangi kualitasnya. Mereka mengidentifikasi data pasien dan memastikan bahwa rekam medis administratif akurat dan terbaru. Proses ini melibatkan pengumpulan informasi dasar seperti nama, tanggal lahir, dan alergi obat yang mungkin dimiliki pasien, serta melakukan pengukuran ulang seperti tinggi badan, berat badan, tekanan darah, dan tingkat saturasi oksigen. Perawat juga mencatat keluhan pasien yang kemudian disampaikan pada dokter yang bertugas.
Rekam medis yang telah diperbarui dan keluhan pasien yang disampaikan oleh perawat memungkinkan dokter menganalisis kasus dengan cepat, sehingga pengambilan keputusan perawatan dapat dilakukan secara tepat waktu dan sesuai kebutuhan. Kerja sama antara perawat dan dokter ini menunjukkan saling keterkaitan peran mereka, memastikan pasien menerima perawatan yang menyeluruh dengan efisien.
Meskipun kontribusi mereka sangat besar, perawat di Indonesia masih menghadapi stereotip yang meremehkan profesi mereka. Mereka sering kali dianggap sebagai pendukung dokter dan hanya mendapatkan pengakuan signifikan terhadap pekerjaan mereka selama pandemi COVID-19. Apabila dibandingkan, gaji yang ditetapkan untuk perawat di Indonesia memiliki jarak yang cukup jauh dengan gaji perawat di luar negeri. Hal ini dapat disebabkan oleh perbedaan kualitas pendidikan serta besarnya apresiasi masyarakat sekitar terhadap profesi ini. Oleh karena itu, meningkatkan persepsi masyarakat terhadap perawat menjadi langkah yang sangat penting untuk kemajuan layanan kesehatan secara keseluruhan.
Meningkatan apresiasi publik terhadap perawat tidak hanya menghargai dedikasi mereka, tetapi juga menginspirasi generasi mendatang untuk mempertimbangkan profesi mulia ini. Pengakuan yang lebih besar dapat berkontribusi pada pemahaman yang lebih baik tentang peran mereka dan membantu meningkatkan kualitas asuhan keperawatan, yang akhirnya bermanfaat bagi kesehatan masyarakat.
Komitmen, ketelitian, dan empati yang dimiliki perawat tetap menjadi bagian integral dari sistem kesehatan. Upaya kolektif untuk menghargai dan mendukung profesi ini akan membuka jalan bagi peningkatan layanan kesehatan di seluruh Indonesia.