Mohon tunggu...
KOMENTAR
Sosbud

Me"Nyepi"

5 Maret 2011   03:28 Diperbarui: 26 Juni 2015   08:03 232 0
Hari ini jatuh pada hari raya nyepi, selamat berhari raya nyepi untuk saudara yang merayakannya. Bertepatan hari ini mengigatkan saya pada bertahun lalu ketika saya tinggal di Bali, dan bisa menikmati hari raya nyepi. Sehari sebelum nyepi, oleh saudaraku yang sudah agak lama menetap di Bali diingatkan agar aku berbelanja extra untuk 2 hari atau lebih kebutuhan pokok dan segala perlengkapan dapur lain untuk persediaan selama nyepi. Juga dianjurkan membeli bolam 5 watt dan menutupi seluruh jendela kost ku dengan koran. Ternyata berdasar penggalaman memang harus agak bermain curang kita umat yang tidak merayakan nyepi. Karena tidak ada perkecualian bagi agama lain ( yang jelas minoritas disana) selain harus juga ikut "amati lampu"... namun kebanyakan mereka kulihat juga berlaku sama seperti aku, yaitu menutupi seluruh jendela rumah dan lubang-lubang yang sekiranya bisa dilihat "pecalang"/ petugas adat/ hansip mungkin kalau di daerahku... yang selalu keliling kampung dan tak segan-segan memperingatkan dengan keras jika ada yang menyalakan lampu dan bebunyian (tape, TV ). Namun ada perayaaan menarik lain yang tidak boleh dilewatkan dengan serangkaain upacara nyepi ini. Sehari sebelum nyepi, diadakan perayaan ogoh-ogoh yang ramainya luar biasa. Jalanan penuh oleh pengarak OGOH-OGOH. Satu ogoh-ogoh besar bisa diarak/diusung oleh berpuluh-puluh orang dengan pakaian adat, kulihat kebanyakan mereka yang mengusung yang muda-muda, mungkin karena beratnya Ogoh-ogoh yang berupa wajah-wajah menyeramkan itu,  yang  a khirnya nanti akan dibakar . Esensinya    jelas dalam bagi mereka dengan membakar symbol buto-buto jelek rupa itu. Pagi itu aku bangun menunaikan subuh, suasana begitu sunyi senyap, karena di depanku ada mushola jadi biasanya kalau subuh pasti terbangun oleh suara adzan, namun pagi itu begitu senyapnya. Aku mencoba killing time dengan menghidupkan TV dengan volume pelan, lampu yang 5 watt membuat kost ku agak lumayan temaram. Suasana betul-betul sunyi syahdu, tak ada bebunyian sedentingpun, bahkan mungkin kalau tetangga kost ku bercakap-cakap, aku bisa mendengarnya. Dan suasana makin syahdu dengan cuaca yang mendung pekat sehingga sampai jam menunjuk angka 9 pun suasana kuintip diluar masih temaram... Betul-betul syahdu... bagaimana berjuta-juta orang begitu tunduk "menyepi" tanpa ada satupun yang abai... mungkin skali-skali rasakanlah suasana itu, maka akan bisa dirasakan syahdu dan dalamnya suasana sepi itu... Menginjak siang, sekitar jam 11 aku dan adikku yang terkurung di ruangan kost berukuran 3x5 meter itu sudah merasakan jenuh yang luar biasa... Maka ketika kuintip ada tetangga kost ku yang keluar kamar kuberanikan diri untuk keluar kamar, dan suasana masih temaram mendung pekat seperti tadi pagi, ahhh betul-betul cuaca yang lain... jam 11 siang masih seperti jam 5 pagi... ternyata kondisi aman, tak ada petugas "pecalang " yang lewat. Kuteruskan melangkah di jalan raya yang sepi dan ternyata ada banyak sapi yang berkeliaran. Kali ini bukan banyaknya pecalang yang membuatku takut tapi justru sapi-sapi liar itu yang menakutkan... Dan waktu serasa lamban bergulir menunggu esok pagi, untuk dapat menikmati hari seperti sedia kala lagi. Penuh bunyi, dan sapa mentari... Kuhabiskan hanya menonton Tv yang nyaris tanpa bunyi......sekali-kali nikmatilah "Nyepi" di Bali teman.... Hatimu pasti akan merasa sendiri... Jalan yang sepi, suasana yang sepi, tanpa bunyi... membuat hati justru mengapai...andai sehari saja kita mampu menyepi dan menyendiri bersama Sang Pemberi.... Mungkin akan bersih kembali esok hari.... Selamat Hari Raya Nyepi Salam " alfina"

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun