(Oleh : Raf Soemitro)
Tujuh belas purnama , ku lalui peredaran masa
Menjalani sekelumit kisah-kisah yang tak ku tahu kapan berakhirnya
Semua berjalan, seperti air sungai yang mengalir
Tanpa ku tahu berakhir dilaut manakah yang akan ditujunya
Aku nampak seperti orang yang tak punya tujuan
Selain ingin tahu air itu akan berakhir di mana
Aku nampak cemas, memikirkannya setiap saat
jika kelak nanti, ku tahu airnya berakhir dengan keruh bukan jernih seperti yang ku harapkan
Itulah perasaanku dengannya
Tak tahu tujuan berakhirnya dimana
Namun, setiap saat terus memikirkannya
Harap-harap cemas, jika perasaan ini tak ada artinya
Tujuh belas purnamaku
Ku seperti memikulnya sendiri, memikirkannya tanpa batas
Hanya sekat-sekat yang mudah rapuh
Sedikit membantuku sejenak, melepas beban fikiran tentangnya
Tujuh belas purnamaku
Hanya ada gambaran wajahnya dalam benakku
Menggelayutiku setiap waktu
Tanpa permisi, merasuk dalam fikiranku
Tujuh belas purnamaku
Entah mengapa, sampai waktu ini
Tuhan mengujiku
Menghadirkan segala fikiran tentangnya
Menerobos dalam dinding sukmaku
Bersemayam di dalamnya
Merasuki fikiranku
Hingga aku seperti orang gila karna cinta
Tujuh belas purnamaku
Aku seperti orang yang tak berterima kasih
Tuhan menghadirkannya dalam sukma ku
Namun, aku tak pernah menjamunya dengan sopan
Malah, tutur kataku acap kali menyakitinya
Bersifat angkuh dengannya
Bersifat dingin dengannya
Hingga dia tak kembali nyaman
Berangsur-angsur pergi meninggalkanku tanpa perasaan sedikitpun sama sekali
Tulungagung, 30 Mei 2020